PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Kita ini apa?
Dua orang manusia yang saling punya rasa
Namun bersikap seolah tak pernah mengenal sebelumnya?"-Senja dan Seberkas Cerita-
"Sen, lo sebelumnya udah kenal ya sama Kelvin? Kok menurut gue kalian keliatan deket banget sih," tanya Agnes.
Senja dan Agnes berjalan beriringan di lorong sekolah yang menghubungkan kelas 11 dan kelas 12. Lorong mulai sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Senja melemparkan pandangannya ke arah lapangan basket yang terletak beberapa meter dari tempat mereka berada. Senja memperhatikan Kelvin dan temannya yang lain sedang bermain basket disana.
Agnes menghentikan langkahnya ketika tak mendapat respon dari Senja. Ia membalikkan badannya dan mendapati Senja berada bebarapa langkah dibelakangnya dengan pandangan mata yang tidak bisa lepas dari lapangan basket. Agnes mendengus kasar. Jadi, dia mengoceh sendiri sedaritadi. Agnes berjalan mundur dan berhenti tepat disamping Senja. Ia mengikuti arah pandang gadis disampingnya itu. Setelah puas, Agnes melambai-lambaikan telapak tangannya didepan wajah Senja, membuat lamunan Senja buyar seketika.
"Pantesan aja gue ajak ngomong lo nggak nyaut. Taunya lo lagi ngeliatin anak anak main basket,"
Senja menyorot manik mata Agnes tajam. Seakan ia ingin menguliti gadis itu dengan tatapannya. "Apaan si lo," Senja berjalan cepat meninggalkan Agnes. Agnes tertawa kecil melihat kelakuan Senja. Ia baru tersadar saat Senja berbelok menghilang dari lorong sekolah. Agnes menjerit. "Senja, tungguin gue dong," Agnes berlari menyusul Senja yang sudah jauh darinya. Untung saja, saat itu lorong sekolah sedang sepi, jadi tidak ada yang melihat tingkah konyol seorang Agnes.
-Senja dan Seberkas Cerita-
Senja meluruskan kakinya. Tubuhnya telah sepenuhnya duduk di kursi halte bus. Berulang kali, Senja mencoba menghubungi ibunya untuk menanyakan apakah ibunya akan menjemput dirinya atau malah menyuruhnya pulang dengan naik bus namun tak ada satupun panggilannya yang berhasil tersambung. Yang didapatinya hanyalah suara operator. Satu alasan Senja mengapa dia tidak suka pulang naik bus, yaitu karena jika ia pulang naik bus ia harus menunggu bus datang sebelumnya. Bukankan Senja sangat membenci apa yang dinamakan dengan menunggu?
Senja memutar bola matanya ke kanan dan ke kiri, belum ada bus yang melintas dan berbaik hati berhenti didepan halte. Senja sedikit membenarkan posisi tas ranselnya. Ia menumpu kepalanya dengan tangan. Entah nasib sial Senja atau memang sopir bus itu ingin mengerjainya. Sudah beberapa jam sejak Agnes meninggalkan dirinya sendirian di halte, bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Rasanya seperti, ketika kau menunggu kepastian dari seseorang, namun orang itu tak kunjung memberikannya. Sangat menyebalkan bukan?
Perlahan, matahari yang ada di ufuk barat mulai mengundurkan diri dan berpamitan pada cakrawala. Semburat merahnya sudah tampak jelas kemudian berangsur memudar. Senja melirik jam tangannya. Benar saja, ia sudah menunggu selama tiga jam dan apa yang dia dapat? Bus lagi lagi belum berniat singgah dihadapannya. Senja memejamkan matanya. Jika sedang menunggu seperti itu rasa kantuk pasti akan tiba tiba menyerang. Karena sekarang Senja tidak mempunyai senjata untuk menangkisnya, kelopak matanyapun menurut untuk menutup.
Belum sampai Senja berkelana ke alam mimpi, niat nya untuk tidur batal karena suara klakson motor. Senja mengerjapkan matanya. "Kelvin?" lagi lagi Kelvin sosok yang ditemuinya. Entah mengapa, sosok itu terus saja hadir disaat kondisi Senja yang membutuhkan pertolongan.
"Cepetan naik, gue anterin lo pulang. Bisa berjamur lo lama lama nunggu bus disini," ujar Kelvin sama sekali tak beranjak dari atas motornya. Ia membuka kaca helmnya agar Senja bisa mendengar ucapannya.
Tanpa berpikir dua kali, Senja langsung menganggukkan kepalanya dan naik ke jok motor Kelvin. Kelvin lalu memacu motornya dengan kecepatan sedang meninggalkan halte bus. Ia bahkan masih hafal betul alamat rumah gadis itu walaupun sudah bertahun tahun ia tak berkunjung ke rumah tersebut.
Sepoi sepoi angin seakan merayu Senja untuk menutupkan matanya. Tak butuh waktu lama, Senja meletakkan kepalanya yang tidak memakai helm diatas bahu Kelvin. Kelvin sempat terkejut, namun ia tak menanggapinya karena sadar betul kondisi Senja benar benar mengantuk saat ini.
-Senja dan Seberkas Cerita-
Kelvin mematikan mesin motornya begitu sampai di depan gerbang rumah Senja. Ia lantas menggoyang- goyangkan bahunya guna membangunkan Senja yang sepertinya masih sibuk bergelut dalam dunia mimpi. Mengetahui Senja belum juga bangun, Kelvin lalu menepuk pipi Senja pelan. Senja seketika terbangun dari tidurnya.
"Loh. Udah sampai ya?" kata Senja sembari mengucek matanya dan mengelap bekas air liur di sekitar mulutnya. Kelvin memperhatikannya melalui kaca spion. "Lo ilerin jaket gue ya?" tudingnya setelah melihat Senja mengelap sisi mulutnya.
"Gue nggak sengaja, Vin. Maaf udah terlanjur," Senja tidak menggubris ekspresi kesal Kelvin. Ia turun dari motor Kelvin masih dengan mata yang sedikit tertutup. "Makasih loh tumpangan sama jaketnya buat media iler gue," Senja terkekeh sebentar lalu beranjak masuk kedalam rumah tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu.
Kelvin menarik nafas dalam, ia menatap punggung Senja yang kian menjauh dari penglihatannya sebelum akhirnya ditelan daun pintu yang tertutup. "Sama-sama," Kelvin menyalakan motornya dan segera pulang kerumah.
Senja menutup pintu rumahnya dengan ogah-ogahan. Matanya sudah didera rasa kantuk, meski beberapa menit yang lalu telah beradu dengan mimpi. Senja melonjak kaget, mendengar suara Syafa, adiknya, yang datang secara tiba-tiba.
"Kak, lo tadi pulang bareng siapa?" Senja tidak menjawab. Ia mendorong tubuh Syafa agar minggir dari hadapannya. Tidak terima dengan perlakuan kakaknya, Syafa terus mengikuti Senja. Senja berhenti didepan pintu kamarnya lalu berbalik. "Gue ngantuk, gue butuh tidur sekarang," setelah mengucapkannya, Senja langsung menutup pintu kamarnya kasar, membuat Syafa menelan ludahnya sendiri.
"Lo pasti punya pacar, gue aduin lo ke ibu," Ucap Syafa sebelum melenggang pergi begitu saja.
-Senja dan Seberkas Cerita-
Farel menggenggam erat tangan Nandia, kekasihnya, seakan akan jika ia melepasnya barang sedetik saja, gadis itu akan musnah dari sisinya. Nandia memandang kaitan tangannya dan Farel sebentar, tanpa Farel sadari, senyum gadis itu terbit dari bibir ranumnya. Nandia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, walaupun sudah beberapa kali Farel melakukan kontak fisik yang romantis dengannya, namun jantungnya selalu berdetak tak beraturan sampai sampai Nandia merasa jantungnya perlahan merangsek keluar dari rongga dadanya.
Farel menghentikan langkahnya didepan stand yang menjual aneka aksesoris. Malam ini, Farel mengajak Nandia jalan-jalan di pasar malam yang ada di dekat taman kota. Untungnya, suasana sangat mendukung untuk mewujudkan kencan romantis ala Farel Arian Nugraha. Cukup mengajak Nandia pergi ke pasar malam sudah membuat gadis itu senang bukan kepalang. Bagaimana tidak, terhitung sejak mereka jadian dua tahun yang lalu, Farel sangat jarang mengajaknya kencan semacam ini, biasanya dia hanya menemani Nandia ke toko buku atau mengantar gadis itu ke perpustakaan kota. Nandia adalah gadis yang sangat gemar membaca, maka wajar jika tempat yang dikunjunginya tak jauh dari tempat tempat yang berbau edukasi dan buku.
"Mau liat-liat sebentar?" tanya Farel dan dibalas sebuah anggukan oleh Nandia.
Pandangan Nandia terkunci pada sebuah jepit rambut berwarna hijau dengan pita kecil diatasnya. Sederhana memang, namun terlihat sangat cantik. Farel memperhatikan bagaimana Nandia memandang jepit rambut itu lekat. Farel lantas mengambil jepit berwarna hijau itu.
"Bagus. Kamu suka ya?"
"Iya sih, tapi gak usah deh," ungkap Nandia lalu menggandeng lengan Farel lagi.
"Udah yuk," sambung Nandia seraya menarik lengan Farel menjauh dari tempat mereka berada sekarang.
Farel sedikit tergesa, ia meletakkan kembali jepit hijau itu ditempatnya sebelum berjalan beriringan dengan Nandia.
Bersambung...
Bagaimana pendapat kalian setelah membaca cerita ini?
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya yaa..
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...