19. Sepasang Mata Bola

42 10 11
                                    

PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA

"Yang perlu kita lakukan adalah terbiasa. Terbiasa menjauh, terbiasa tak lagi memperhatikan, terbiasa tak saling menyapa dan terbiasa dengan jalan masing-masing, karena tujuan akhir kita tidak lagi sama,"

-Senja dan Seberkas Cerita-

"Anjir, Sialan lo, Jun," teriak Senja.

Senja tidak terima karena Arjun menarik rambutnya yang di kuncir kuda. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut. Tarikan Arjun pada rambutnya tidak main-main hingga rasanya rambut Senja akan rontok pada saat itu juga. Ingin membalas perbuatan Arjun, Senja lantas menarik tas ransel yang berada di punggung cowok itu. Gerakan Senja yang cepat hampir membuat Arjun jatuh tersungkur ke lantai. Beruntung, ia mampu menyeimbangkan tubuhnya dengan baik. Arjun menggertakkan giginya. Ditatapnya tajam sang pelaku yaitu Senja tengah berlari menjauh dari amukannya. Arjun yang tak mau mengalah kemudian berlari mengejar Senja untuk membalas perbuatan sahabatnya itu.

Ketiga sahabat Senja yang berjalan di belakang hanya tertawa. Tak terkecuali dengan Farel. Melihat aksi kejar-kejaran antara Arjun dan Senja bukan lagi hal yang aneh. Kedua orang itu memang tidak pernah akur jika disandingkan. Arjun yang suka menjahili Senja dan Senja yang mudah marah adalah sebuah kesatuan yang sanggup membuat perang dunia ke tiga pecah. Lebih parahnya, baik Senja maupun Arjun sama-sama tidak mau mengalah. Mereka akan terus membalas perbuatan satu sama lain dan akan berhenti jikalau Farel sudah ambil andil. Arjun dan Senja akan diam membisu karena Farel pasti menasehati mereka panjang lebar. Meraka yang terkenal tidak bisa akur dan sering berbeda pendapat, hanya sepakat mengenai satu hal, yaitu bahwa nasehat Farel benar-benar membosankan.

Senja menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Arjun nyaris menabrak tubuhnya. "Sen, kalo berhenti itu jangan tiba-tiba kenapa. Untung gue bisa ngerem mendadak, kalo nggak gimana coba? Masa gue harus nabrak lo trus kita jatuh sama-sama trus akhinya jatuh cinta," omel Arjun.

Senja tergelak, "Lo pikir kita lagi syuting ftv," balas Senja.

"Udah, gue nyerah sama lo, lo menang. Btw, gue duluan ya mau ambil buku bentar, nanti kalian tungguin gue di parkiran aja, oke?" setelah mengatakannya Senja berlari meninggalkan Arjun dan sahabatnya yang telah sampai disana.

Kelvin mengernyitkan dahinya, seingatnya Senja sudah memasukkan semua buku pelajarannya tadi. Kelvin melihat bangku Senja telah kosong ketika hendak keluar kelas. Sewaktu pulang, Senja memang pergi terlebih dahulu untuk menghampiri Farel di kelasnya. Ia meninggalkan Kelvin di kelas karena cowok itu masih sibuk menyalin beberapa materi di papan tulis. Merasa ada yang tidak beres, Kelvin lalu mengikuti kemana Senja pergi namun ia terlebih dahulu pamit kepada sahabatnya untuk pergi ke toilet.

"Kalian duluan aja, gue mau ke toilet. Nanti Senja biar sama gue," pamit Kelvin.

"Oke, langsung ke rumah Arjun ya," pesan Oksan.

Kelvin tak menjawab, ia hanya mengacungkan jari jempolnya tanda setuju. Setelah itu ia langsung mengejar Senja yang telah menghilang.

-Senja dan Seberkas Cerita-

"Nan, gue mau ngomong sama lo," kata Senja sambil menepuk bahu Nandia pelan. Nandia diam untuk beberapa saat kemudian ia mengangguk. Ia menatap Axcel yang ada di depannya dan berujar "Kak aku mau ngomong sama Senja dulu. Nanti aku ke parkiran,"

Sebelum pergi meninggalkan mereka berdua, Axcel melempar tatapan sinisnya pada Senja dan dibalas dengan senyum miring oleh cewek itu. Selepas kepergian Axcel, Senja menggeser posisinya menjadi berdiri tepat di hadapan Nandia. Senyum miring yang semula tercetak di bibir Senja perlahan mulai menghilang. Ekspresi datar yang Senja tampilkan sungguh tidak bisa ditebak oleh Nandia. Namun menurut firasatnya, Senja pasti ingin membicarakan tentang hubungannya dan Farel yang telah berakhir.

"Kenapa lo putusin Farel?" tepat sasaran, pertanyaan Senja sesuai dengan apa yang Nandia tebak. Nandia diam hingga Senja meneruskan perkataannya.

"Farel bilang kalo kalian putus karena sama-sama ngerasa nggak cocok. Tapi gue nggak percaya tuh. Kenapa ya kok gue malah mikirnya kalo lo yang mutusin Farel karena pengen sama Kak Axcel?" nada bicara Senja tidaklah tinggi namun sanggup membuat Nandia menahan air matanya.

"Farel itu sahabat gue, Nan. Gue nggak terima ngeliat lo nyakitin dia. Dia itu sayang sama lo, tapi lo. Lo sama sekali nggak peduli sama itu semua. Lo malah jalan sama Kak Axcel dan ya kalian bahkan berangkat ke pesta Agnes sama-sama. Nggak cuma sekali gue liat kalian bareng, berkali- kali, Nan. Gue selalu coba buat nggak berpikiran negatif tentang hubungan lo sama Kak Axcel. Tapi salah, lo emang jahat dan nggak seharusnya gue ngizinin lo masuk ke kehidupan Farel walau cuma sebentar. Sekarang gue minta tolong sama lo buat menjauh dari Farel, jangan bikin dia sakit lagi kalo lo nggak bisa nyembuhin," tandas Senja kemudian bergegas meninggalkan Nandia yang telah meneteskan air matanya.

"Lo nggak tau yang sebenarnya, Sen," kata Nandia lirih, terlalu lirih sampai Senja tidak mampu mendengarnya berucap.

-Senja dan Seberkas Cerita-

Dari kejauhan, Senja mengulas senyumnya melihat Kelvin tengah bersandar pada bumper mobilnya. Di sekeliling cowok itu tidak ada satupun sahabatnya yang lain. Senja mengira pasti mereka bertiga pergi terlebih dulu ke rumah Arjun dan menyuruh Kelvin untuk menunggunya. Sedikit mempercepat langkahnya, Senja akhirnya sampai di depan Kelvin. Cowok itu memejamkan matanya, mungkin silau karena posisinya sedang menghadap pada Sang Surya yang berpamitan pada Cakrawala. Kelvin tetap pada posisinya, dia tidak sadar jika Senja telah berdiri didepannya menghalau sinar matahari yang menyilaukan.

Kelvin mengerjapkan matanya saat merasa ada sesuatu yang menghalau sinar matahari. Ia menyipitkan matanya membuat Senja gemas. Senja selalu suka melihat mata Kelvin yang sipit seperti sekarang ini. Bukan hanya mata sipit Kelvin tapi semua tentang Kelvin Senja suka.

"Sejak kapan ada disini?" tanya Kelvin. Dia menegakkan badannya, tidak lagi bersandar pada bumper mobil.

"Baru kok, lo tidur ya tadi?"

Merasa Senja menatapnya tajam, Kelvin spontan mengusap tepi bibirnya takut kalau Senja secara tidak sengaja melihat bekas air liurnya. Senja terbahak melihat sikap gugup sekaligus khawatir milik Kelvin. "Enggak kok, nggak ada ilernya, Vin," kata Senja.

"Lo sengaja ya, orang gue nggak tidur kok," balas Kelvin sembari merapikan seragamnya yang kusut.

"Kalo enggak tidur ngapain pake gelagapan kaya tadi. Takut gue ngeliat lo ngiler ya?"

"Apasih, udah cepetan kita udah ditungguin yang lain," Kelvin beranjak dan membuka pintu mobilnya. Diikuti oleh Senja yang masih setia menyunggingkan senyumnya.

"Lo tau Vin, ngeliat tingkah lucu lo kaya gini malah bikin gue tambah suka sama lo, andai aja kalo lo nggak cuma nganggep gue sebagai sahabat lo, tapi lebih seperti apa yang selalu gue harapkan," kalimat itu tidak keluar dari bibir Senja, melainkan hanya disuarakan oleh batinnya sendiri.

Bersambung... 

Bagaimana pendapat kalian setelah membaca cerita ini?

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ya...

Terima kasih

Senja dan Seberkas CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang