PEMBACA YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG MENGHARGAI KARYA PENULISNYA
"Kamu tau lilin? Dibalik cahayanya yang terang, ia menyiksa dirinya sendiri agar orang lain tidak merasakan kegelapan,"
Senja Rahina
"Seperti periwinkle, kamu adalah gugusan memori indah yang sempat singgah. Aku baru menyadarinya sekarang bahwa singgah dan menetap itu tidaklah sama,"
Erythrina Hernandia
-Senja dan seberkas Cerita-
Senja berjalan di lorong sendirian. Agnes sedang sibuk dengan rapat Osis hingga ia tidak bisa menemani sahabatnya itu ke kantin. Bisa saja Senja mengajak teman sekelasnya yang lain, namun cewek itu lebih memilih ke kantin sendirian. Jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya yang lain selain Agnes membuat Senja terkadang canggung jika mengajak salah satunya pergi ke kantin atau sekedar melakukan sesuatu. Senja memang orang yang tertutup, ia juga susah bergaul, menurutnya satu teman yang setia lebih baik dari pada seribu teman tapi berkhianat.
Senja tidak sengaja mengalihkan pandangannya ke arah lapangan basket. Jarak antara kelas Senja dan kantin bisa dibilang cukup jauh. Agar bisa sampai di kantin Senja bahkan harus melewati lorong yang menghubungkan kelas sebelas dan dua belas, dimana terdapat lapangan basket disana. Senyum Senja terbit seketika mengetahui Kelvin sedang melambaikan tangan kepadanya. Sedetik kemudian Kelvin memberi isyarat agar Senja tetap tinggal pada posisinya karena Kelvin akan menghampiri gadis itu.
"Sendirian aja?" Tanya Kelvin sembari merangkul bahu Senja.
Senja menoleh "Agnes lagi rapat Osis,"
"Mau kekantin?" Tawar Kelvin.
Senja mengangguk kemudian Kelvin segera menurunkan tangannya yang ada dibahu Senja dan menggenggam tangan gadis itu. Berjalan beriringan. Perlakuan manis Kelvin tentunya mengundang perhatian murid yang melintas. Akan ada pesaing pasangan Farel dan Nandia rupanya. Beberapa pekikan dari murid disana sama sekali tak Kelvin ambil pusing. Toh, Senja adalah sahabatnya.
Sesampainya di kantin Senja mengedarkan pandangannya guna mencari bangku yang masih kosong. Beruntung ia menemukan ketiga temannya sedang duduk di bangku panjang yang terletak di pojok kantin. Tak mau berlama- lama, ia menarik tangan Kelvin supaya mengikutinya mendekat ke arah tiga cowok yang Senja kenal.
"Eh, Senja," kata Arjun.
Senja mengulas senyumnya. Ia lalu mendudukkan diri disamping Farel. "Duduk Vin," perintahnya pada Kelvin karena cowok itu terlihat sedikit melamun. Mungkin wajah tiga cowok dihadapannya membuat otaknya berpikir keras, ia merasa tak asing dengan rupa ketiga cowok itu.
Mengabaikan otaknya yang berusaha memutar reka adegan yang berpeluang menjawab pertanyaannya tentang siapa ketiga cowok itu, Kelvin akhirnya duduk seperti yang Senja perintahnya. Ia mengambil duduk diantara Senja dan Arjun.
"Mukanya kaya familiar deh," ungkap Oksan yang turut hadir disana.
"Dia siapa Sen?" Tanya Farel.
Senja melipat kedua tangannya didepan dada. "Dia, Kelvin temen kita waktu kecil yang pindah ke Bandung," tutur Senja membuat Farel, Oksan dan Arjun melongo. Walaupun Farel pernah mendengar cerita Senja bahwa ia bertemu dengan Kelvin namun ia sama sekali tidak kepikiran bahwa cowok yang kini duduk disamping Senja adalah Kelvin, sahabatnya.
"Gila lo Vin, pindah gak kabarin kita," Arjun menoyor kepala Kelvin. Bukannya marah Kelvin justru terkekeh. Tidak salah lagi, cowok disampingnya ini pasti Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Seberkas Cerita
Teen Fiction[ON GOING-UPDATE SETIAP HARI MINGGU] "Pacaran yuk, Ra." Senja terhenyak. Otaknya seolah berhenti sejenak ketika kalimat sakral itu terlontar dari mulut Kelvin. Senja duduk membeku. Semuanya serba mendadak. Dari mulai Kelvin yang kembali muncul secar...