Terimakasih buat 3000 pembaca...
🌹Bu-da-ya-kan-vo-ment🌹
***
New York, Penthouse Bezaleel Sagiv."Apa yang akan kau rencanakan?"
"Mendekatinya terang-terangan cukup berbahaya, mengingat masalahku dengan Reynand dulu." jawab tristan santai.
"Salahmu berurusan dengan wanitanya"
"Tapi kali ini aku harus mengatakannya, dia gadisku yang telah lama hilang." ucap Tristan sambil meneguk wine di gelasnya lagi.
Di balik pintu kamar Tristan yang tertutup, Nancy telah bangun dan menguping percakapan Tristan.
"Siapa gadisnya? Kenapa dia harus berhati-hati? Jika aku bertanya, dia tidak akan menjawab. Lebih baik kuselidiki sendiri " ucap Nancy sambil tersenyum licik.***
Dubai. . .
"Hei! Sudahlah rey!! Jangan menciumku terus. Aku ingin jalan-jalan!!"
"Salahkan bibirmu itu sayang, jangan salahkan aku." bibir Reynand mengerucut sempurna saat mendengar penolakan Adriana.
"Kau bisa melakukan sepuasmu di new york, kita ke Dubai bukan seperti dari desa ke kota!" gerutu Adriana.Reynand lalu menangkup wajah Adriana dan menatapnya intens.
"Kau lupa Reynand Adelardo Cetta adalah CEO Tampan paling kaya di New York??"
"Aku tau, bagaimana bisa aku tidak tau? Kau selalu muncul di majalah bisnis dengan wajah sok jual mahal"
"Apa maksudmu jual mahal??"
"Tatapan dingin menusuk, mengisyaratkan pada siapapun untuk tidak mendekat."
"Aku memang seperti itu"
"Oh benarkah?? Aku hampir tidak percaya. Lihat betapa manjanya dirimu saat ini??"
"Kau ingin aku bermanja-manja pada wanita lain? Dengan senang hati sayang"Adriana sontak memelototkan matanya pada Reynand, saat tangannya hendak mencubit pipi Reynand. Pria itu mencegahnya.
"Maksudnya ibuku sayang. . . ."
"Bohong!"
"Apa aku harus menulis perjanjian jika aku selingkuh kau boleh memotong juniorku?"
"Bukan aku tak percaya, hanya saja aku tidak ingin kehilangan untuk kedua kali"
Reynand mengelus puncak kepala Adriana dan menciumnya lembut,
"Bukan hanya kau yang pernah kehilangan sayang, aku juga. Tapi aku berterima kasih pada Tuhan, karna disaat aku kehilangan Ia memberiku yang lebih baik. ."
Mereka diam, tersenyum dan saling menatap dengan intens.
"Ku harap kita akan tetap bahagia" ucap adriana.
"Ku harap, kau tidak akan meninggalkanku"
Ucap Reynand.
"Apa kau mencintaiku rey?"
"Mungkin aku belum mencintaimu sebesar lautan, tapi aku berusaha mencintaimu sebesar alam semesta. Tanpa batas dan tak berkesudahan."
"Kau romantis sekali rey, ku kira kau akan menyiksaku seperti dalam novel-novel romance karna tidak mencintaiku."
"Kau terlalu sering baca wattpad, kau bilang hidup tidak seperti novel. "
"Hahaha, karna hanya dalam wattpad aku menemukan kisah cinta happy ending. Kita hidup di dunia nyata, bukan dunia settingan disney."
"Sepulang dari Dubai, aku mungkin akan sibuk sayang. Karna 3 hari ini aku benar-benar meninggalkan pekerjaanku dan aku ingin memiliki bulan madu sungguhan bersamamu.""Aku mengerti kesibukanmu, memang susah punya suami kaya raya."
"Bukannya enak punya suami kaya? Realita butuh uang"
"Aku tidak menyangkal, hanya saja uang tidak bisa membeli waktu. Aku hanya ingin kau tidak melupakan waktu pribadimu. Kau juga harus bersenang-senang"
"Bersenang-senang?" ucap Reynand sambil menunjukkan senyum jahilnya. Reynand lalu meloncat ke atas adriana, membuat adriana terkurung di antara kedua tangannya.
"Hari ini aku akan bersenang-senang" kekeh Reynand di sela-sela ciumanya di seluruh wajah adriana.
"Reynandd mesum!!"***
Kantor CEO Sagiv Corporation.New York.
"Besok mereka pulang, kau akan langsung menemuinya?"
"Dia pasti lelah, mungkin lusa aku akan menemuinya."
"Tapi bagaimana caranya? Kau tau akan sulit baginya menemui orang asing"
"Selalu ada caranya untuknya kembali padaku. Dia harus mengenaliku, masa laluku dengannya. Semuanya.".
.
.TBC
Thanks for reader & sider!!!
Dont forget to give me vote and share my story to your friend.
Thank you so much 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With My Boss ✔
Romance#Highest Rank di hatimu #5 dalam Romance [16/10/2017] -cerita yang aku temukan saat bermimpi- Cerita cinta yang menguras emosi dan airmata. Cerita cinta yang membuatmu hanyut, akan realita yang pahit. Cerita yang menyuratkan bagaimana realita tak s...