DIX-SEPT (Revisi) 5

50.3K 2.3K 101
                                    

🌹budayakan_voment🌹

Author Pov

         Reuel, pria itu masih setia menemani Adriana yang terlelap lelah di ranjang rumah sakit. Ingin rasanya ia memeluk wanita di depannya dengan erat, menyalurkan seluruh kekuatan yang ia punya untuk menguatkan Adriana. Entah apa yang membuatnya begitu peduli pada Adriana, mata yang seharusnya bercahaya itu telah meredup karena kepahitan yang ia rasakan. Entah kenapa Reuel juga merasakannya, ikut merasakan luka yang Adriana rasakan. Seakan ia yang terluka walau bukan dia yang seharusnya terluka.
"Kehilangan anak oleh tangan suaminya sendiri, semoga dia tidak benar-benar menjadi gila. Hidupnya terlalu rumit" gumam nya.

          Adriana sebenarnya mendengarnya, namun ia tetap terus memunggungi Reuel dengan menahan tangis. Adriana di kagetkan dengan tangan lembut yang mengusap rambutnya perlahan, membuat hatinya melembut dan mengukir senyum simpul di bibirnya. Adriana lalu memutuskan untuk berbalik, dan menatap Reuel intens. Awalnya Reuel kaget, namun berubah lembut di detik berikutnya.
"Aku ingin keluar dari rumah sakit ini el, aku tidak ingin biaya rumah sakit membengkak. Tabunganku tidak cukup banyak."
"

Jangan kau pikirkan masalah biaya, aku masih bisa membayarnya. Yang penting kau pulihkan kesehatanmu dulu."

"Tapi el, aku -"
"

Tidak ada tapi-tapian, sekali membantah sekali ciuman. Jadi menurut saja" goda Reuel.

"Aku juga penasaran" goda Adriana balik. Mereka lalu tertawa bersama, namun suara ponsel membuyarkan tawa mereka. Ponsel Adriana, Tristan yang menelpon.

"Halo kakak?"
"Aku ingin bertemu denganmu, kakak rindu"
"Memang ada apa kak? Tumben?"
"Kakak akan pergi ke london, tidak tahu sampai kapan. Yang jelas kakak ingin melihatmu dulu."
"Baiklah. Aku akan menemuimu di bandara, jam berapa kakak berangkat?"
"Jam 2 siang"
"Baiklah kak, sampai jumpa nanti."

Pik.

"

Kakakmu?" tanya Reuel.

"Ya, dia akan berangkat ke london pukul 2. Dia ingin bertemu denganku."
"Oh, baiklah aku akan memesan setelan untukmu."
"Terima kasih."
"Untuk apa?"
"

Untuk setelan, kebaikanmu dan untuk tidak bertanya lebih jauh."

"Aku tau kau belum siap, jadi biarkan semuanya berjalan seperti ini hingga kau siap memberitahu segalanya padaku."

         Secara spontan, Adriana langsung memeluk Reuel dan menangis di dada bidangnya. Kataka Adriana seperti wanita murahan saat ini, memeluk pria asing yang tidak ia kenal bahkan hanya dalam hitungan hari setelah ia menandatangani berkas perceraiannya. Tapi ia tidak peduli, baginya jika Reuel orang baik maka ia memilih orang yang tepat. Namun jika sebaliknya, ia akan dengan bersenang hati di bawa mati oleh pria asing itu.
"Terima kasih kau mau berada di sampingku di saat semua meninggalkanku."isak Adriana.
"Jangan menangis an, kau ingin kakakmu curiga?"

Adriana membalasnya dengan gelengan mantap dengan masih menempel pada dada Reuel.
"

Gadis pintar, sekarang aku akan memanggil suster untuk memandikanmu. Mereka akan membantumu."

"Tidak mau"
"Lalu kau ingin aku yang memandikanmu? Begitu? Dengan senang hati!" jawab Reuel pura-pura antusias.
"Hahahah, dasar pria. Semangat sekali melihat tubuh wanita. Aku akan mandi sendiri."

"Ya sudah hati-hati dengan perutmu, meskipun buka operasi namun kau harus hati-hati."
"Iya iya, el. Kau seperti ibu-ibu saja, hahaha" ucap Adriana seraya tersenyum selebar kuda.

***

"Kau tunggu disini saja el, aku tidak akan terlalu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tunggu disini saja el, aku tidak akan terlalu lama."
Adriana lalu keluar dari mobil Reuel dan segera menghampiri tempat kakaknya. Lalu langkah Adriana terhenti tepat di depan kakaknya yang telah menunggu di depan pintu yang di buat khusus untuknya.
"Kakak!!" seru Adriana senang.
"Adriana!!" seru Tristan seraya memeluk adriana erat.
"Mungkin aku tidak akan bisa bertemu kakak setelah ini, Reynand sedikit posesiv kau tau. . ."
"Ya. . . aku tau.  Kakak juga akan sibuk beberapa hari ini, tapi usahakan untuk menemui kakak dan uncle ya."
"Baiklah kak. .  "
Tristan lalu menggendong adriana ala bridal style dan memutar-mutarnya di udara.
"Ahahaha kakak sudah hentikan, pusing"
"Hehe iya maafkan aku an." ucap Tristan seraya menurunkan Adriana.
"Ya sudah berangkatlah kak, hati-hati waktu bekerja dan aku menyayangimu" Adriana lalu mencium pipi kakaknya itu dan mendorong Tristan pergi.

         Saat Tristan sudah masuk sempurna, adriana pun pergi menuju mobil reuel. Ia melihat reuel tengah menunggu di luar mobil dan Adriana berlari mendekatinya. Namun tiba-tiba perutnya sakit, ada darah yang mengalir di bajunya. Dengan sigap Reuel segera menghampirinya dan wajahnya sangat panik.
"Sepertinya terjadi sesuatu dengan perutku, kakak tadi mengayunkanku ke udara. Dan tadi aku berlari-lari" rintih adriana.
"Lain kali berhati-hatilah an. . ."

***

         Disisi lain tak jauh dari tempat adriana , ada sepasang mata mengamati setiap gerak gerik adriana. "Ia mengantar Tristan ke bandara, lalu menghampiri mobil seorang pria. Aku sudah mendapat banyak fotonya. "
"Bagus!"

.
.
.

TBC

Sleeping With My Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang