"Mama sayang Dasa, kan?"
"Iya dong."
"Mama ga akan ninggalin Dasa, kan?"
"Adek ngomong apa sih? Emang mama mau ke mana?"
"Dasa denger di telepon ... Mama mau pergi ninggalin Papa. Mama mau bawa Kakak. Dasa mau ikut, Ma."
"Mama nggak akan ninggalin Adek."
⚫⚫⚫
"Mama sama Kakak mau ke mana? Dasa mau ikut," rengek bocah berumur sepuluh tahun itu. Yang ditanya enggan menjawab, hanya mampu menggigit bibir dan mempercepat langkah, tidak peduli dengan sang anak yang ikut terseret karena menarik pakaiannya.
"Jangan tinggalin Dasa ... Maaa ....
"Katanya Mama ga akan ninggalin Dasa ....
"Bawa Dasa, Ma ....
"Papa ga suka sama Dasa."
Tidak peduli seberapa keras usaha Dasa untuk memohon, menghamburkan suaranya dengan percuma hingga tenggorokannya serak, perempuan yang dipanggil 'mama' itu tetap melanjutkan langkahnya, menarik tangan anaknya yang lain, terburu-buru. Sementara anak kecil yang telah berlinang air mata dan menarik-narik pakaiannya itu terus memohon untuk ikut.
"Mama sama Kakak mau pergi. Dasa baik-baik sama Papa, ya, Nak."
Kehabisan suara, sang anak hanya bisa menggigit bibir, menahan tangis yang menyeruak ingin keluar.
"Fira, kamu mau bawa Windu ke mana?!" Rahardi yang baru datang dari kantor segera melompat dari mobil dan memburu istrinya yang telah masuk ke dalam mobilnya dengan membawa koper dan putra sulungnya.
"Mau kamu bawa ke mana anakku, Fira? Kamu boleh pergi ke mana pun bersama laki-laki berengsek mana pun, tapi jangan bawa anakku!"
Fira tidak peduli apa pun yang dikatakan laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Tidak peduli pada tangisan Windu yang memanggil ayah dan adiknya. Pun tidak peduli pada tangisan putra bungsu yang merengek ingin ikut.
"Windu juga anakku, Mas." Fira segera menutup pintu mobil setelah mengucapkan kalimat singkat itu.
Tidak menyerah, Rahardi menggedor kaca mobil dengan keras, bahkan ikut berlari mengejar sambil berteriak.
"FIRA! BERHENTI! JANGAN BAWA ANAKKU! BERHENTI, FIRA!
"SAYA AKAN MENEMUKAN KAMU DAN MEMBAWA WINDU PULANG!"
Dasa ikut berlari mengejar mobil ibunya. Berusaha lari sekencang-kencangnya dengan kaki-kaki kecilnya tanpa alas. Berteriak memanggil ibunya seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Ia terus berlari mengikuti ayahnya, hingga mobil menghilang dari pandangan.
"Mamaaa ...! Bawa Dasaa ...!"
Percuma. Ibunya dan Windu telah pergi. Ibunya membohonginya.
Dan ayahnya ... laki-laki itu melangkah kembali ke rumah sambil mengumpat-umpat, tanpa mengajak Dasa yang menangis sesenggukan. Atau sekadar menghibur sang anak karena baru saja ditinggal pergi oleh sang ibu.
Jangankan diajak pulang dan dihibur, dilirik pun tidak.
Tidak sama sekali.
Tlut. Tlut. Tlut.
Dasa tersentak bangun dari tidurnya. Wajahnya basah oleh keringat campur air mata. Dadanya tiba-tiba sesak. Sangat sesak.
Untuk beberapa detik, Dasa mengusap wajahnya dengan kasar. Detik selanjutnya, pandangannya tertuju pada 'botol ajaib' yang ada di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Das-Ter✔
Teen FictionMenurut kamu, apa Tuhan dan neraka itu benar-benar ada? ●●● Apa kamu percaya pada eksistensi Tuhan? Kalau Dasa, sih, tidak. Dasa punya pemahaman sendiri tentang Tuhan dan perkara-perkara ghaib yang dipercayai keberadaannya oleh orang-orang. Menurut...