Bismillah. Assalamu alaikum.
Sebelumnya, aku minta maaf karena narik cerita ini dari WP untuk semntara waktu. Yang kesisa cuma prolog, PoV Dasa, sama Epilog. Karena novel ini lagi diikutkan lomba di Kwikku 😆. Syaratnya: kalau udah di-up di lapak laen harus ditarik. Makanya aku tarik dulu naskah ini dari WP 🙏
Daster Season II tetap akan aku lanjutkan di sini, in syaa Allah (setelah ada toko penjual cas laptop yg buka dan aku punya waktu luang buat ngetik karena tgl 6 udah masuk ngajar lagi).
Kalian yang mau baca "Daster" bisa ke Kwikku. Di sana aku up tiap hari. And of course ada perbaikan-perbaikan kecil, karena naskah di WP trnyata banyak hole-nya wkwkwkwk.
Judulnya juga aku ganti jadi: A Blessing in Disguise.
Link-nya ada di dinding WP aku, yap. Sekali lagi, aku minta maaf, teman2. Ini syarat untuk ikut lomba Kwikku 🙏
❤️❤️❤️
Two Years Later
Memasuki musim gugur, waktu mulai menyapa daun-daun hingga mereka berubah warna, merah atau kekuningan. Lalu bergerak bersama angin untuk mengugurkan daun-daun itu, menyentuh jalanan yang mulai dingin, dan menyulapnya menjadi permadani yang indah.
Tak peduli pada waktu ataupun angin dingin yang menyertainya, seorang gadis membelah permadani itu dengan sepedanya. Sesekali ia menyapa orang-orang yang duduk-menikmati cappuchino-di kursi-kursi tepian sungai. Kerudung panjang dan gamisnya yang tersentuh angin bergerak mengikuti ritme musik yang mengalun dari salah satu rumah.
Musim gugur di Leiden tahun ini datang lebih cepat dari biasanya.
Gadis itu segera turun dari sepeda setelah berhenti di depan sebuah rumah tingkat dua. Ia tak sabar ingin melihat pemandangan musim gugur pertama tahun ini dari balkon kamarnya.
Anak-anak tetangganya mulai keluar rumah, mengumpulkan daun yang berguguran, lalu mereka tertawa hangat tanpa alasan. Leiden kota yang lumayan sepi, tapi sangat indah.
Gadis itu berniat mengabadikan keceriaan anak-anak di bawah sana dengan kamera ponselnya. Tapi entah bagaimana kehendak takdir, telunjuknya bergerak asal dan tanpa sengaja membuka Facebook. Perhatiannya teralihkan pada artikel yang dibagikan salah seorang teman facebook-nya. Dengan jantung berdebar, telunjuknya bergerak hendak mengklik link artikel itu. Sayang, panggilan di ponselnya membuyarkan niatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam, Ter. Lo ke mana aja baru angkat telpon?"
"Saya baru pulang, Kak. Tadi dari toko kue, bantu-bantu Umi sama pegawai di sana. Ada apa, Kak?"
"Gue barusan kirim email. Buka, Ter."
"Tumben Kak Faris kirim email? Kenapa tidak kirim lewat WA atau Line saja, Kak?"
"Duh, pesan gue panjang bener dah. Jempol gue sampe kriting ngetiknya. Buka gih sebelum kedaluwarsa." Faris tertawa di ujung kalimatnya.
Tak mau buang waktu, Terra segera membuka aplikasi G-Mail-nya setelah Faris mematikan telepon.
Hai, Ra-Aduh, lupa. Assalamu'alaikum.
Sori baru ngirim email. Dih, gue geer banget, kayak lo mau tau kabar gue aja. Tapi, gue emang nggak tau malu, soalnya gue mau ngasih tau lo kabar gue.
Suara musik dari rumah tetangga mulai terdengar, dan anak-anak di bawah sana berteriak mengikuti lagu. Bukan hanya daun yang berguguran, tapi tanya-tanya yang selama ini tumbuh dalam kepala Terra juga ikut berguguran, ketika bibirnya tak sengaja mengucapkan satu nama yang pemiliknya selalu ia tunggu untuk memberi kabar secara langsung padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Das-Ter✔
Teen FictionMenurut kamu, apa Tuhan dan neraka itu benar-benar ada? ●●● Apa kamu percaya pada eksistensi Tuhan? Kalau Dasa, sih, tidak. Dasa punya pemahaman sendiri tentang Tuhan dan perkara-perkara ghaib yang dipercayai keberadaannya oleh orang-orang. Menurut...