3. Datang

1.6K 193 54
                                    

Kumpulan cewek-cewek tukang gossip, cowok-cowok penghamba games, para tukang tidur di kursi belakang yang entah melayang ke mana, mahasiswa study oriented di barisan depan yang seakan hidup di dunianya sendiri ... ah, Terra rindu suasana kelas yang seperti ini.

"Wahai rakyat-rakyat eyke! Eyke, atas nama Princess Ariel punya kabar bahagia buat yey yey semua." Ariel, yang meski melambai tapi tetap mengenakan celana kain (karena aturan kampus) berdiri di depan kelas.

"Kalian tau nggak sih, ketua maperwa kampus kita yang konon jadi ikon kampus taun 2017?"

"Bumi Megantara?" Cewek-cewek menyahut saling mendahului.

Sepertinya hanya Terra yang kudet di kelas ini. Suruh siapa baru datang pas hari terakhir OSPEK?

"Kenapa dia, Ril?"

"Iya, kenapa?"

"Dia joms kan?"

"Dia lagi sayembara nyari pacar, ya?"

"Hus ... hus ...." Ariel mengibas-ngibaskan tangan dengan kemayu. "Biarin eyke ngomong dulu, Cintakoh semuwah. So, eyke denger, dese program ulang salah satu mata kuliah semester satu. And kabar baiknya, dese sekelas sama kita."

"Sumpeh lu, Ril?"

"Iyyes. Jadi-" Kalimat Ariel terhenti bersamaan masuknya seorang laki-laki jangkung ke dalam kelas.

Kehadirannya seperti gravitasi yang menarik semua daun-daun di musim gugur. Nggak, nggak ... melihat teman-temannya yang melongo takjub, menurut Terra, laki-laki bernama Bumi Megantara itu seperti Segitiga Bermuda yang konon katanya menarik pesawat, kapal, dan makhluk hidup yang melintas di atasnya.

"Pagi," sapa Bumi dengan senyum merekah. Dilengkapi dengan lesung di kedua pipinya.

Kasak-kusuk cewek-cewek di kelas memaksa Terra memindai fisik laki-laki itu.

Alis tebal. Mata sayu. Hidung bangir. Bibir tipis. Kulit mulus. Gaya yang stylish. Postur tubuh bak model majal ....

Stop it, Ter. Terra menegur dirinya sendiri.

Kenapa? Kenapa manusia suka sekali menilai fisik sesamanya? Kenapa manusia memperlakukan sesamanya berdasarkan standar fisik yang mereka ciptakan sendiri dengan sewenang-wenang?

"Hi. Can I sit here?"

Terra menoleh refleks karena kaget. Didapatinya laki-laki yang menjadi sumber kehebohan sudah duduk di kursi sebelahnya.

"Silakan, Kak," respons Terra sesopan mungkin. Bumi tampaknya takjub. Bola matanya yang menatap saaaaaaangat lembut itu tampak membulat.

"Lo bisa bahasa Indo?"

Alis Terra mengerut. "Menurut Kakak?"

Bumi masih menatapnya, membuat Terra memalingkan wajah karena takut bakal 'dijatuhkan' oleh tatapan maut sang casanova.

"Gue kira mimpi siang bolong ketemu bidadari. Kali aja lo pake bahasa Arab ya kan?" Bumi tertawa garing.

"Saya orang Indonesia, Kak."

Bumi merapatkan bibirnya. Matanya lekat pada Terra.

Cewek bermata biru, kulit putih kemerahan dengan freckles yang entah kenapa memberikan kesan 'manis', pakai gamis warna gelap, kerudung sepinggang, dan bahasa Indonesia yang lancar plus baku.

Hmh, menarik.

"Selama satu semester ke depan, kayaknya kita bakal sering berinteraksi," ucap Bumi sambil mengulurkan tangan dan kembali berkata, "Gue Bumi."

Das-Ter✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang