"Kenapa kamu bisa di sini?! Ini rumahku! Aku bisa panggil polisi buat bawa kamu!"
"Apa?! Bawa polisi? Kamu yang akan masuk penjara karena menculik anak saya!"
"Anak kamu? Dia anakku, Mas. Darah dagingku. Aku yang melahirkan dia. Kamu cuma ayah tiri!"
Kepala gue sakit karena terbangun dalam keadaan kaget. Suara ribut di luar kamar sangat jelas. Saking jelasnya, suara itu seakan ada dalam kepala gue. Gue tau itu suara siapa. Itu suara Mama dan ....
"Dan kamu juga yang buang dia!"
"Karena kamu tidak mau menerima dia, Mas!"
Papa?
Kenapa Papa ada di sini?
"Saya cuma butuh waktu untuk menerima dia. Tapi kamu malah bertindak gegabah dengan membawanya ke selingkuhan kamu yang berengsek itu! Kamu tidak pernah bisa berpikir panjang. Kamu akan korbankan siapa pun demi diri kamu sendiri, termasuk anak kamu. Ingat, Fira, dia hampir mati karena keegoisan kamu!
"Kita sudah bikin kontrak. Kalau kamu lebih memilih laki-laki itu dibanding saya, kamu tidak boleh membawa dia. Dan tidak boleh menyentuh dia sedikit pun! Ingat perjanjian kita!"
"Dengar baik-baik, Mas, Dasa sendiri yang mau ikut sama aku."
"Jangan ngarang!"
"Dasa sendiri yang menghubungi aku, Mas. Dia mencari aku selama ini. Kalau kamu tidak percaya, silakan kamu tanya sendiri sama dia." Suara Mama meninggi. Pintu tergedor. Gue yakin itu Mama. "Dasa sayang, buka pintu, Nak. Katakan pada Om Rahardi kalau kamu sendiri yang mau ikut Mama."
Gue menutup telinga. Gue nggak bisa lagi denger pertengkaran mereka. Gue nggak bisa terima kenyataan ini.
Kepala gue sakit. Kayak mau pecah. Tapi yang bisa gue lakukan cuma menutup telinga terus-terusan, meskipun yang gue lakukan ini tetap nggak ada gunanya.
"Ponselnya rusak. Bohong kalau dia hubungi kamu!"
"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Yang jelas Dasa lebih milih tinggal sama aku, Mas. Dia itu anak aku. Aku ibunya."
"Selingkuh, berzina, membuang anak hasil selingkuhan karena takut suami kamu yang kaya raya membuang kamu ... kamu bukan seorang ibu! Kamu iblis!"
Anak hasil selingkuhan? Gue?
"Dan ingat, meskipun Windu lahir dari rahim kamu, saya tidak akan memberikan kamu peluang untuk membawa dia lagi. Anak-anak saya, tidak akan saya biarkan jatuh ke tangan iblis seperti kamu!"
"Kenapa kamu terus membahas masa lalu? Aku sudah menyesal, Mas! Kembalikan anak-anakku! Windu dan Dasa anakku, Mas. Aku yang mengandung mereka dengan payah, melahirkan mereka antara hidup dan mati."
"Siapa yang tahu kamu akan melakukan apa ke depannya. Bisa jadi kamu menjual anak-anak demi kepuasan kamu. Siapa yag bisa menjamin kalau kamu sudah tidak tamak, Fira?"
"MAS!"
"Dasa memang bukan anak kandung saya, tapi saya punya hak penuh atas dia. Tidak akan saya biarkan tangan kotor kamu menyentuhnya! Seinci pun!"
Air mata gue lolos gitu aja. Rasa-rasanya, gue pengin lenyap sekarang juga. Kalimat 'dia memang bukan anak kandung saya' dari lisan Papa jadi ledakan besar dalam hati gue. Detik ini juga-kalo gue mau lebay-gue sedang hancur menjadi fragmen-fragmen yang nggak akan pernah bisa utuh lagi.
Apa yang gue lakukan ke Papa selama ini? Pantaslah dia selalu neriaki gue 'nggak tau diri', 'nggak tau terima kasih'. Karena ternyata, laki-laki yang selalu marahi gue, maksa gue sekolah, mau capek-capek nunggu gue tiap pulang sekolah, maksa gue makan, ngatur masa depan gue sedemikian rupa itu ... bukan ayah kandung gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Das-Ter✔
Teen FictionMenurut kamu, apa Tuhan dan neraka itu benar-benar ada? ●●● Apa kamu percaya pada eksistensi Tuhan? Kalau Dasa, sih, tidak. Dasa punya pemahaman sendiri tentang Tuhan dan perkara-perkara ghaib yang dipercayai keberadaannya oleh orang-orang. Menurut...