5

22.7K 3.6K 223
                                    

(VOTE sebelum baca gaes, tq)






















Gue sedang menyantap nasi goreng yang gue masak sendiri sembari membaca novel. Gue sudah terbiasa makan sembari membaca buku atau sambil bermain hape.

Karena gue selalu sendirian sejak ibu kandung gue meninggal, gue selalu makan malam sendiri. Ayah gue pulang saat larut malam ketika gue sudah tertidur. Sekarang pun, gue makan malam seorang diri.

Bukan karena tidak ada orang dirumah jadi gue harus makan malam sendirian. Melainkan gue yang sengaja makan malam saat penghuni lain rumah ini selesai makan malam. Bahkan gue yang memasak makan malam untuk gue atau bahkan memesannya.

Alasannya sederhana. Gue tidak mau makan bersama orang yang gue benci. Hal itu dapat membuat nafsu makan gue hilang.

Sehabis menyantap makan malam seorang diri, gue mencuci piring bekas gue makan. Ini udah malam dan pembantu gue pasti tidur. Tidak mungkin gue membangunkan pembantu gue hanya untuk mencuci piring disaat gue bisa melakukannya seorang diri.

Selesai mencuci piring, gue memeriksa laci dapur dan menemukan banyak makanan ringan. Tanpa pikir panjang, gue mengambil kantung plastik transparan dan mengisi plastik itu dengan makanan ringan sampai penuh. Ini untuk persediaan gue nanti. Karena gue pasti tidak punya waktu untuk menyiapkan saat pagi.

Gue masuk ke kamar gue dengan tangan yang memegang buku dan juga kantung plastik berisi makanan ringan. Gue memindahkan makanan ringan itu ke dalam tas ransel gue yang berwarna hitam. Tidak lupa gue mengecek dompet, kartu kredit, paspor, dan juga tiket yang ada ditas ransel gue itu.

Lalu gue mengemas pakaian gue ke dalam koper. Tidak banyak. Hanya beberapa potong pakaian saja. Karena gue harus menyediakan ruang untuk laptop, buku, dan map berisi file penting yang akan gue butuhkan nantinya.

Besok pagi gue harus berangkat ke bandara.

Bukan untuk berlibur. Gue ada seminar di NYU bersama dengan dosen serta mahasiswa perwakilan lainnya selain gue dan besok keberangkatan gue. Entah kenapa pihak kampus memilih untuk mengambil penerbangan jam 10 pagi.

Gue akan berada di New York selama empat hari saja. Yah walaupun gue nantinya akan pulang lebih lambat mungkin. Sekalian gue liburan.

Sejujurnya, ayah gue belum tau tentang hal ini. Gue berniat untuk memberitahukannya besok saat gue mau berangkat.

***

"Mau kemana kamu pagi-pagi bawa koper?" Tanya ayah begitu gue duduk dimeja makan untuk sarapan pagi.

Cindy dan ibunya itu memfokuskan pandangan kearah gue yang berpakaian cukup rapi.

Gue memakai jaket bomber berwarna abu-abu serta celana jeans berwarna hitam. Tidak lupa gue memakai sepatu boots pendek kesukaan gue yang berwarna cokelat terang. Rambut panjang gue dikepang dengan rapi dan menyisakan poni gue.

"Rina mau ke New York hari ini. Ada seminar di NYU dan Rina sebagai salah satu perwakilan." Gue menjawab pertanyaan ayah gue.

"Kenapa kamu bilang sama ayah sekarang? Kenapa gak dari kemarin-kemarin? Memangnya tidak ada surat persetujuan dari orangtua?" Protes ayah gue.

Tangan gue meraih dua lembar roti tawar dan menaruhnya ke piring gue. Lalu gue mengolesnya dengan selai cokelat kesukaan gue.

"Rina bukan anak dibawah umur lagi. Jadi udah bisa membuat keputusan." Kata gue sebelum melahap roti tawar yang telah diolesi selai cokelat.

"Setidaknya kamu bisa ngomong dulu sama ayah. Ayah bisa suruh Cindy untuk ikut ke New York. Biar kamu sama dia bisa liburan bareng selesai seminar." Kata ayah gue.

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang