13

23K 3.4K 381
                                    

(VOTE sebelum membaca ya gengsku, tq)



























"Saya gak tau soal itu. Pantas saja kakak saya menerima lamaran dari ayah kamu dengan begitu mudahnya tanpa berpikir." Kata om daniel.

Gue tertunduk dengan mata memandangi dasi milik om daniel yang basah karena air mata gue.

Gue menceritakan semuanya pada om daniel dan om daniel tidak tau soal Cindy yang merupakan anak kandung ayah gue. Padahal gue pikir om daniel mengetahuinya dan sengaja tidak memberitahukan ke gue.

Ternyata om daniel memang benar-benar tidak tau. Sebab om daniel pikir ayah kandung Cindy telah meninggal dunia saat Cindy lahir.

"Terus gue harus apa?" Tanya gue.

"Kamu bilang kamu mau memisahkan ayah kamu dan kakak saya. Lakukan saja itu. Kamu sayang sama ibu kamu kan?" Tanyanya.

Keinginan itu memang masih ada. Keinginan untuk memisahkan ayah gue dan ibunya Cindy. Walau Cindy adalah anak kandungnya ayah, tetap saja gue tidak rela.

Ada dua cara yang bisa gue lakukan. Pertama gue menjadi direktur lalu memberitahu kakek tentang kebenarannya. Kedua adalah menerima tawaran om daniel yang waktu itu.

Kalau gue berhubungan dengan om daniel, otomatis ayah akan menentangnya. Mana bisa ayah gue membiarkan putrinya menjalin hubungan dengan adik iparnya.

Gue tersentak saat merasakan bibir om daniel berada dicuping telinga gue. Menciumnya lalu menggigit pelan cuping telinga. Hembusan nafasnya terasa hangat.

"Jadi gimana? Mau terima tawaran saya gak?" Bisik om daniel tepat ditelinga gue. Membuat gue merinding seketika mendengar suaranya yang sengaja dibuat rendah.

"O-om.." gue mendorong pelan dada om daniel tapi tenaga gue tidak sebanding dengan om daniel.

"Tawaran saya ada batasnya," bisiknya lagi.

Om daniel menurunkan kepalanya sedikit hingga bibirnya kini menyentuh leher gue dan menciumi leher gue dengan gerakan yang lembut. Gue menggigit bibir bawah gue untuk menahan suara aneh.

Tangannya kini berada diatas paha gue yang terbalut jeans. Walau begitu, gue sedikit sensitif terhadap sentuhan. Gue akan merasa geli saat bagian kaki dan paha gue disentuh.

"Ayolah, Rina. Masa kamu mau biarin mereka terus bersama?"

"Okay deal." Kata gue.

Tetap saja gue mau mereka berdua terpisah. Apapun yang terjadi. Ibu gue pasti menderita dan sakit hati. Gue mau membalaskan itu semua pada ayah gue dan juga ibunya Cindy itu.

Om daniel menarik tengkuk gue dan menempelkan bibirnya diatas bibir gue lalu melumat bibir gue dengan lembut. Gue mengalungkan tangan gue ke leher om daniel karena bibirnya yang terasa lebih nikmat dari vodka yang sebelumnya gue nikmati.

Apa ciuman bersama laki-laki dewasa memacu adrenalin yang menantang seperti? Sepertinya iya.

Ciumannya benar-benar membuat gue membalas setiap lumatan yang om daniel berikan. Bahkan saat lidah om daniel menelusup masuk, gue menyambutnya.

Ciuman kami semakin intens, kasar, dan panas. Apalagi ciumannya dilakukan di dalam mobil seperti ini. Sesekali kami melepaskan tautan bibir kami untuk menghirup oksigen. Namun itu tidak lama karena bibir kami kembali bertemu.

Gue mengerang pelan saat salah satu tangan om daniel menyentuh kembali paha gue dan mengusapnya dengan lembut. Membuat gue merasa geli.

Sudah cukup lama bibir kami bergulat. Akhirnya om daniel menjauhkan wajahnya dari wajah gue. Kedua tangannya menangkup pipi gue dan menciumi sekitar wajah gue.

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang