18

36.7K 3.1K 323
                                    

(VOTE sebelum membaca ya gengsku, tq)



























Gue perlahan membuka mata gue karena cahaya matahari yang masuk melalui celah tirai jendela dan menerpa wajah gue.

Mata gue kini terfokus pada seseorang bertubuh jauh lebih besar dibanding gue, tertidur pulas disebelah gue dengan tangan yang melingkar pada pinggang gue. Seketika ingatan gue akan apa yang dilakukan orang itu pada gue tadi malam, berputar dikepala gue.

Masih teringat bagaimana ciumannya yang memabukkan itu hingga membuat gue menyerahkan diri gue sepenuhnya padanya dan juga pergumulan panas yang gue dan orang ini lakukan.

Karina, lu udah melakukan sesuatu yang besar dan juga mengejutkan.

Gue menyerahkan apa yang gue miliki pada laki-laki berumur tiga-tiga dan memiliki seorang putra bernama Lucien. Hebat sekali. Ditambah orang ini merupakan adik ipar ayah gue.

Rasanya gue ingin menyesal. Tapi semalam gue tidak melakukan penolakan terhadap apa yang dilakukannya pada gue. Gue malah, yah bisa dibilang menikmatinya. Orang ini benar-benar membuat gue gila dalam waktu singkat. Apa yang dilakukannya benar-benar diluar dugaan gue.

Om daniel benar-benar. Ini pertama kalinya gue terbangun diatas tempat tidur dengan seorang laki-laki dewasa.

Tenggorokan gue terasa kering dan gue ingin minum. Perlahan, gue menyingkirkan tangan om daniel dari pinggang gue. Gue terkejut melihat penampakan mulai daerah leher hingga dada gue penuh dengan bercak merah saat gue meraih cermin kecil di nakas untuk melihat penampilan gue.

Tangan gue meraih kemeja tidur om daniel yang berada tepat disamping gue dan menutupi tubuh gue dengan kemeja tidur itu.

"Arghh.." gue meringis kesakitan ketika hendak turun dari tempat tidur, bagian bawah gue terasa nyeri.

Kenapa sejak gue terbangun, gue tidak merasa nyeri? Apa karena gue tidak bergerak sedikit pun atau bagaimana?

Tapi bagian bawah gue memang terasa nyeri dan sedikit sakit. Semua ini pasti gara-gara om daniel. Tentu saja gara-garanya karena dia yang 'menghajar' gue semalaman.

"Kamu kenapa?" Tanya seseorang dengan suara serak khas baru bangun tidur. Ya. Om daniel sepertinya terbangun ketika mendengar gue merintih kesakitan.

Gue menatapnya dengan tajam sayangnya tidak bertahan lama karena om daniel tidak memakai atasan dan melihat tubuh atasnya membuat gue kembali teringat kejadian tadi malam. Sehingga gue langsung membuang wajah gue ke samping.

"Gara-gara om." Kata gue.

"Ah. Pasti sakit ya? Maaf karena semalam saya terlalu kasar."

Gue memilih untuk diam tidak membalas apa yang diucapkannya olehnya.

"Kamu.. marah?" Tebak om daniel.

Marah? Sepertinya tidak. Gue hanya merasa malu dan tidak tau harus berbuat apa saat ini.

Gue menggelengkan kepala gue. "Gue cuma.. haus."

Detik selanjutnya, gue merasakan tempat tidur gue bergerak. Tanpa sadar, gue menoleh untuk melihat apa yang dilakukan oleh om daniel. Om daniel sedang menuangkan air ke dalam gelas.

Punggung om daniel terdapat bekas cakaran yang dibuat oleh gue tentunya. Om daniel memunggungi gue, karena itu gue bisa melihat bekas cakaran dipunggungnya. Ditambah lagi om daniel hanya memakai boxer saja.

Gue menundukkan kepala gue saat melihat om daniel berjalan kearah gue dengan segelas air ditangannya. Lalu om daniel duduk dihadapan gue dan menyodorkan segelas air untuk gue. Tanpa pikir panjang lagi, gue meraih gelasnya dan meminumnya hingga tandas.

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang