12

21K 3.4K 899
                                    

(VOTE sebelum membaca, tq)























Gue berada disebuah kafe yang berada tidak jauh dari rumah sakit bersama ayah gue. Gue menuntut penjelasan yang pasti pada ayah.

"Maafkan ayah, Rina. Sekali lagi maafkan ayah."

Entah sudah berapa kali ayah meminta maaf, gue tidak ingat. Karena sejak tadi ayah minta maaf pada gue tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Ayah mendonorkan sebagian darahnya untuk Cindy. Itu cukup membuktikan kalau ayah benar-benar serius dengan ucapannya yang membuat gue terkejut. Sangat terkejut bukan main. Bahkan gue berharap bahwa gue salah dengar.

"Ambil darah saya dok. Saya ayah kandungnya."

Kata-kata ayah itu masih berputar dikepala gue. Bagaimana bisa?

"Cukup minta maafnya. Rina mau dengar penjelasan dari ayah." Kata gue dengan dingin.

"Ibunya Cindy adalah pacar ayah sewaktu dulu. Tapi kedua orangtua ayah menentang dan menjodohkan ayah pada ibumu. Ayah masih mencintai ibunya Cindy dan diam-diam kami menjalin hubungan. Cindy memang anak ayah juga." Jelas ayah.

Kalau saja gue seorang diri, pasti gue akan menangis. Menangis dengan kencang dan puas sehingga emosi gue serta rasa sedih gue berkurang. Tapi gue tidak mau terlihat lemah dihadapan ayah.

Sekarang gue mengerti kenapa ayah sangat menyayangi Cindy dan menomor satukan Cindy. Cindy adalah anak kandungnya juga. Ibunya Cindy adalah selingkuhan ayah.

Padahal sebelumnya gue memiliki perasaan bersalah pada Cindy. Tapi sekarang perasaan itu lenyap tergantikan dengan perasaan benci dan ingin melenyapkannya dari muka bumi ini.

"Apa ayah sama sekali gak memiliki perasaan sama ibu?" Tanya gue.

"Ayah sayang sama ibu. Ayah cinta sama ibu. Tapi ayah juga tidak bisa meninggalkan ibunya Cindy begitu aja." Jawaban ayah membuat hati gue mencelos.

Ayah keterlaluan. Tidakkah ayah tau kalau ibu sangat menyayangi ayah? Sekarang gue tau kenapa ayah selalu pulang larut malam dan selalu sibuk saat ibu masih ada. Ternyata ayah memiliki sesuatu dibelakang ibu.

"Apa Cindy tau?" Tanya gue dengan suara yang pelan.

Ayah menggeleng. "Ayah berniat untuk merahasiakannya. Ayah tidak mau dia merasa sedih karena hal ini."

"Tapi ayah melukai hati Rina. Bagaimana bisa ayah berkata tidak mau Cindy merasa sedih tetapi ayah berkali-kali menyakiti hati Rina." Kata gue.

"Maafkan ayah, Rina."

Gue mendengus. "Apa maaf dari ayah bisa menyembuhkan luka yang ada dihati Rina?"

"Rin-"

"Jadi ayah selama ini menganggap Rina apa? Pajangan?" Gue menyela.

"Ayah sayang sama Rina. Tapi Cindy udah lama gak deket sama ayah. Ayah jarang ketemu dia sewaktu dia masih kecil. Ayah bahkan gak sempat untuk melihatnya tumbuh." Kata ayan gue.

Tidakkah ayah gue sadar kalau hati gue tersakiti mendengarnya? Biar bagaimana pun juga, gue adalah anaknya. Tidakkah ayah tau seberapa sakitnya hati gue mendengar kenyataan yang begitu kejam?

Kalau dulu ayah mencintai ibunya Cindy, kenapa harus memilih bertahan dengan ibu? Membuat ibu seperti orang bodoh yang bertahan dengan laki-laki seperti ayah.

Bagaimana bisa ayah menjalin hubungan dengan dua wanita sekaligus? Seharusnya ayah melepaskan salah satunya. Tindakkan ayah benar-benar egois. Terlalu egois. Apa semua laki-laki didunia egois?

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang