(VOTE sebelum baca gengsku dan note ini akan terus ada sampai waktu yang tidak ditentukan)
Om daniel pergi ke kantornya dan gue pulang ke rumah.
Gue pulang ke rumah bukan karena gue sudah merasa lebih baik. Tetapi gue mau mengambil beberapa pakaian gue. Karena gue berniat untuk menginap dirumah om daniel selama beberapa hari.
Bukan atas keinginan gue. Awalnya gue berniat untuk menginap dirumah salah satu sahabat gue. Namun om daniel melarang gue dan memaksa gue untuk menginap ditempatnya saja.
Mau tidak mau gue menurutinya.
Beruntungnya, tidak ada siapa-siapa didalam rumah. Hanya pembantu yang ada dan menanyakan dimana gue semalam. Namun gue mengabaikkannya.
Gue memilih untuk masuk ke dalam kamar gue dan membereskan pakaian yang akan gue bawa. Tidak lupa gue juga menyiapan peralatan mandi dan perawatan wajah gue.
Kamar Cindy tampak menarik untuk digeledah. Sehingga gue memasuki kamarnya setelah membereskan pakaian yang akan gue butuhkan. Kamar Cindy memang tidak seluar kamar gue. Kamarnya penuh dengan kanvas. Beberapanya telah dilukis.
Hal pertama yang gue buka adalah lemarinya. Tidak ada apa-apa dilemarinya. Jadi gue mengeluarkan semua pakaiannya dari dalam lemari dan melemparkannya keluar. Berantakan? Gue sama sekali tidak peduli.
Selanjutnya gue memeriksa meja rias milik Cindy. Membuka semua lacinya dan gue menemukan kartu kredit. Kartu kredit yang ayah berikan. Gue membengkokan kartu kredit itu dan membuangnya ke segala arah lalu mengacak-acak meja riasnya.
Hape gue berdering disaat gue menutup pintu kamar Cindy. Gue mendengus kesal melihat siapa yang menghubungi gue saat ini.
"Apa?" Ketus gue begitu gue mengangkat panggilan.
"Kamu udah selesai mengepak baju kamu?" Tanya om daniel disebrang sana.
Gue menghela nafas sebelum menjawabnya, "Om kayaknya pertanyaan sangat tidak penting."
"Saya harus tau dan bagi saya apapun yang berkaitan sama kamu, penting buat saya. Ayah kamu mungkin gak menomor satukan kamu. Tapi buat saya kamu nomor satu. Ingat itu dan saya serius."
Gue terdiam.
Kata-kata om daniel tidak sepenuhnya salah. Gue baru sadar kalau selama ini dia selalu memerhatikan gue. Dia lebih sering menghampiri gue dibanding menghampiri Cindy. Awalnya gue pikir om daniel hanya iseng dan mencari kesenangan.
Tidak gue sangka dia akan serius.
Walaupun kami nantinya akan berpura-pura menjadi sepasang kekasih atau semacamnya, resikonya sama besarnya dengan menjadi sepasang kekasih yang sesungguhnya. Justru resiko berpura-pura jauh lebih besar.
"Rina? Kamu masih disitu?"
Pertanyaannya itu menyadarkan diri gue dan gue segera menggeleng.
"Gue mau keluar," ujar gue.
"Keluar? Ah keluar." Sialan. Om daniel malah bercanda hal yang tidak-tidak.
"Jangan aneh-aneh om. Maksud gue keluar rumah." Kata gue dengan ketus.
Om daniel tertawa pelan dan membuat gue semakin jengkel padanga. "Memangnya apa yang kamu pikirkan saat saya bilang keluar? Sekarang siapa aneh saya atau kamu?"
"F*ck you." Umpat gue dengan kesal.
Gue tidak peduli jika diri gue sedang mengumpati orang yang lebih tua. Itu karena om daniel yang membuat gue merasa kesal karena menggoda gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush, Bang
Fanfiction(sudah terbit) •Kang Daniel Fanfiction• He had fifty shades on himself and I get to know one by one slowly *beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbit *hush bang masih bisa diorder, silahkan hubungi penerbit 9 September 2017 - 10 Agus...