28

24K 2.5K 529
                                    

(VOTE sebelum membaca itu sangat penting ya, tq)








































Gue mendusel didada om daniel yang tidak berbalut apa-apa. Sama halnya dengan gue yang tidak memakai sehelai benang kecuali selimut putih yang menyelimuti gue dan om daniel.

Percintaan panas yang baru saja gue dan om daniel lakukan, benar-benar luar biasa. Gue tau kalau om daniel memang kinky. Tapi percintaan panas tadi, benar-benar memperlihatkan serta menjelaskan arti dari kata kinky sebenarnya.

Tapi tiba-tiba pikiran gue melayang pada mantan istri om daniel. Apa saat mereka melakukannya, Jennifer memanggil om daniel dengan sebutan yang biasa gue sebut? Membayangkan om daniel dengan perempuan lain membuat dada gue sesak. Walaupun mereka sudah bercerai dan mantannya itu sudah menikah lagi, tetap saja menyesakkan jika membayangkannya.

Semua itu kembali lagi pada diri gue. Gue yang sejak awal menerima kondisi om daniel dan tau jika ia pernah menikah. Gue sama sekali tidak berhak untuk merasakan cemburu atau semacamnya. Karena hal itu terjadi dimasa lalu. Yang terpenting sekarang om daniel bersama gue.

Kami berdua belum tertidur. Om daniel memainkan rambut gue dengan tangannya sedangkan gue menonton film melalui ipad milik om daniel. Gue ingin tertidur tapi gue malah memilih menonton. Gue tau itu konyol dan itulah gue.

"Kamu mau tau sesuatu?" Tanya om daniel.

Sedangkan gue hanya mengangguk karena fokus menonton film, The Longest Ride. Film romantis dan tokoh prianya benar-benar seksi, Scott Eastwood benar-benar seksi dan tampan dengan pakaian koboi.

"Dia bukan kakak kandung saya."

Apa?

Apa yang barus saja om daniel katakan?

Lantas gue mempause film dan mendongak kearahnya. Apakah om daniel sedang melucu? Kenapa tiba-tiba om daniel mengatakan hal itu.

Om daniel menghela nafas. "Saya tau kamu pasti gak akan percaya, Rina. Tapi saya gak berbohong. Saya gak pernah bohong sama kamu dan sa-" gue memotong om daniel.

"Kok bisa? Kok bisa penyihir itu bukan kakak kandung om?" Gue menatap om daniel dengan penuh tanda tanya. Si penyihir itu bukan kakak kandung om daniel?

"Saya, diadopsi." Kata om daniel yang membuat gue terkejut. Om daniel bukan anak dari keluarga Anderson?

Gue berusaha mencerna dan berpikir, padahal gue sendiri tidak tau apa yang gue pikirkan. "Om diadopsi? Tapi perusahaan om sepenuhnya atas nama om. Kok bisa? Maksudnya kan perusaha-" om daniel dengan tiba-tiba menabrakan bibirnya pada bibir gue melumat lembut bibir gue.

Ciuman om daniel benar-benar bisa membuat gue melupakan sesuatu dan menenangkan gue. Om daniel sendiri seperti candu yang sulit dihilangkan. Seperti zat adiktif yang membuat seseorang mengalami ketergantungan. Buka hanya ciumannya. Sentuhannya, suaranya, senyumnya, dan apapun yang berhubungan dengan om daniel, seakan membuatnya terlihat seperti zat adiktif yang membuat gue bergantung padanya.

Om daniel menjauhkan wajahnya dari wajah gue setelah menenangkan gue dengan ciumannya. Wajah gue memerah dan om daniel sadar karena ia sedang tertawa pelan melihat wajah gue yang memerah ini.

"Saya mau jelasin semuanya sama kamu," ujar om daniel dan gue mengangguk dengan senyuman diwajah gue. Menunggu om daniel untuk menjelaskan.

"Saya diadopsi sejak umur sepuluh tahun. Sebelumnya saya tinggal dipanti asuhan. Waktu saya berumur dua puluh tahun, orangtua angkat saya meninggal. Lalu kenapa perusahaan bisa sepenuhnya milik saya karena pada awalnya perusahaan itu cuma perusahaan kecil. Kakak saya gak tau cara untuk menjalankan perusahaan dan saya mengambil alih hingga menjadi sukses." Jelas om daniel.

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang