(VOTE sebelum membaca itu wajib gaes, tq)
"Saya cuma bercanda."
Gue mengatupkan mulut gue lalu mencoba untuk tidak berteriak. Kalau gue berteriak, gue akan membangunkan Lucien yang sedang tertidur pulas dikamar.
Soal daddy dan juga kitten, gue mengerti dengan istilah tersebut.
Soal daddy dan juga kitten, gue mengerti dengan istilah tersebut.
Apa semua laki-laki mengetahui istilah tersebut? Gue rasa iya. Terutama dengan laki-laki yang berkepala tiga serta memiliki anak. Pasti mengetahuinya secara dari segi umur sudah sangat dewasa. Terlalu dewasa.
Namun haruskah om daniel berkata demikian dihadapan gue? Ditujukan untuk gue? Gue yang notabennya perempuan yang memiliki umur jauh lebih muda darinya juga anak dari kakak iparnya alias ayah gue sendiri.
"Bercanda om keterlaluan." Sahut gue.
Bercanda soal masalah seksual bukanlah sesuatu yang bagus. Gue tidak pernah bercanda soal masalah seksual ke lawan jenis begitupun sebaliknya. Ini pertama kalinya seorang laki-laki dewasa membercandakan masalah itu.
"Memangnya apa yang ada dipikiran kamu? Saya hanya bilang kamu boleh panggil saya daddy. Tidak ada maksud lain." Kata om daniel.
Gue berdehem pelan sambil mengusap tengkuk gue. Namun begitu om daniel berdiri lalu mendekat kearah gue, gue menggeser tubuh gue dan om daniel duduk disebelah gue.
Posisi gue dan om daniel benar-benar dekat. Sangat dekat. Karena om daniel mendekatkan kepalanya kearah gue dan gue langsung memalingkan wajah untuk menatap televisi serta bersikap untuk tenang.
"Apa yang terlintas dikepala kamu saat saya bilang daddy dan kitten?" Om daniel mulai menggoda gue.
Gue baru mau berdiri namun om daniel menahan gue agar gue tidak bergerak serta beranjak dari tempat gue.
Sial.
"Apa om daniel selalu seperti ini?" Tanya gue.
"Yah. Mungkin." Om daniel menjawab seperti tidak ada masalah.
Lalu gue merasa om daniel mendekatkan wajahnya ke telinga gue. Karena gue bisa merasakan hembusan nafasnya yang membuat jantung gue berdebar tidak karuan. Tangan gue bahkan meremas ujung kaos yang gue pakai.
Om daniel mengecup telinga gue membuat gue refleks menggigit bibir bawah gue karena terkejut.
"Saya tau kamu benci dengan kenyataan kakak saya dan juga ayah kamu yang menikah tanpa persetujuan kamu," ujarnya dengan pelan tepat ditelinga.
Suara om daniel membuat bulu kuduk gue merinding.
"Saya punya cara untuk memisahkan mereka." Kata om daniel.
Sontak gue langsung menoleh kearahnya.
Gue memicingkan mata kearahnya sambil berpikir. Kenapa om daniel malah punya cara untuk memisahkan ibu Cindy dan juga ayah? Apa mungkin om daniel juga membenci kenyataan kakaknya itu menikah dengan ayah gue?
Apapun itu, gue tidak peduli. Yang harus gue pedulikan adalah apakah yang om daniel katakan itu benar atau hanya sekedar iseng untuk mengerjai gue.
"Kenapa om berpikiran seperti itu?" Tanya gue.
"Kamu tertekan, Rina. Sejak kakak saya menikah, kamu jadi sering ke bar hanya untuk minum. Kamu juga pulang kuliah saat larut. Kamu bisa stres lama-lama." Tutur om daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush, Bang
Fanfiction(sudah terbit) •Kang Daniel Fanfiction• He had fifty shades on himself and I get to know one by one slowly *beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbit *hush bang masih bisa diorder, silahkan hubungi penerbit 9 September 2017 - 10 Agus...