(VOTE sebelum membaca ya gaes, tq)
"Memangnya kamu gak takut kalau sesuatu terjadi diantara kita berdua dalam keadaan mabuk? Biarpun kamu sering minum, tapi saya tau kalau kamu gak bisa terlalu banyak minum." Jelas om daniel.
'Sesuatu' yang om daniel sebutkan itu, gue tau maksudnya.
Gue sudah cukup dewasa untuk mengetahui maksudnya. Gue memang harus berhati-hati. Biar bagaimanapun juga om daniel tetaplah laki-laki yang jauh lebih dewasa dibanding gue. Perbedaan umur kita yang cukup jauh menjadi buktinya.
"Kalau gitu biarkan gue yang minum dan om jangan." Celetuk gue asal.
Om daniel malah terkekeh pelan. "Banyak hal yang pastinya akan terjadi saat kamu mabuk nanti. Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu bukan keponakan saya?"
Perkataan om daniel membuat gue terdiam. Gue memang suka minum tapi tidak pernah sampai mabuk. Ada dua tipikal orang yang mabuk. Pertama, tidak bisa mengingat apapun saat sadar nanti. Kedua, bisa mengingat apapun saat sadar nanti.
Gue adalah tipe yang kedua. Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah saat gue mabuk gue akan melakukan hal-hal gila walaupun gue sendiri akan ingat nantinya.
Sahabat gue pernah bilang waktu gue mabuk, gue melakukan hal yang aneh. Yaitu gue akan melepas pakaian gue. Untungnya gue mabuk dirumah sahabat gue saat pesta ulangtahunnya.
"Kamu pikir apa yang akan terjadi disaat seorang perempuan mabuk dihadapan laki-laki yang bukan siapa-siapanya itu? Terlebih dengan perempuan cantik." Lanjut om daniel dengan enteng.
"Gue akan minum setelah mendapatkan pacar baru kalau begitu," ujar gue sekenanya.
"Pacar baru?" Om daniel menatap gue dengan tajam. Seolah ada yang salah dengan ucapan gue sebelumnya.
"Kamu itu masih kecil. Belum pantas untuk berpacaran." Kata om daniel.
Gue mendengus geli. "Belum pantas? Lalu yang pantas untuk berpacaran hanya Cindy? Itu maksud om? Hanya dia yang boleh pacaran setelah merebut cowok gue?"
"Sebegitu bencinya kamu sama Cindy dan juga kakak saya?" Tanya om daniel dengan serius.
"Menurut om?"
"Yang membawa mereka berdua adalah ayah kamu sendiri. Bukankah itu terlalu berlebihan kalau kamu terlalu membenci mereka? Harusnya kamu tanyakan mengapa ayahmu itu menikahi kakak saya. Bukannya malah membenci mereka berdua." Jelas om daniel.
Mau bagaimana pun, gue mungkin terlahir untuk diperlakukan seperti ini. Tidak ada satu orang pun yang berpihak ke gue. Seharusnya gue mencoba untuk kabur dan menginap dihotel atau dirumah sahabat gue.
Walaupun ayah gue yang membawa mereka, tetapi bukan berarti mereka lantas merebut apa yang seharusnya menjadi milik gue. Termasuk kasih sayang serta perhatian dari seorang ayah yang jarang gue dapatkan walau ibu kandung gue masih hidup.
"Sepertinya, tidak ada gunanya gue disini. Lebih baik gue pergi." Kata gue sambil berdiri.
Namun baru saja gue berdiri, om daniel menarik gue untuk kembali terduduk disofa.
"Siapa yang mengizinkan kamu untuk pergi?" Tanyanya.
"Ini sudah malam, Rina. Kamu mau kemana lagi? Kalau kamu memang merasa sesak dirumah kamu sendiri, kamu bisa menginap disini." Kata om daniel.
"Kenapa gue harus kesini?" Tanya gue.
"Saya om kamu dan kamu keponakan saya," balasnya dengan enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush, Bang
Fanfiction(sudah terbit) •Kang Daniel Fanfiction• He had fifty shades on himself and I get to know one by one slowly *beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbit *hush bang masih bisa diorder, silahkan hubungi penerbit 9 September 2017 - 10 Agus...