24

23.7K 2.7K 324
                                    

(VOTE sebelum membaca ya gengsku, tq)






























Gue hampir menjerit saat sepasang tangan melingkar dipinggir gue. Sehingga gue menjadi sedikit kesulitan saat sedang memasak spageti.

"Om, bisa menjauh dulu? Rina lagi masak." Kata gue.

Namun bukannya menuruti gue, om daniel malah mengeratkan pelukannya. Bahkan kepalanya kini berada diceruk leher gue sehingga gue bisa merasakan nafasnya yang hangat.

Sebenarnya gue mengerti tingkah om daniel saat ini. Sebab belakangan ini om daniel tengah sibuk dengan proyek hotel yang dibangunnya. Sehingga om daniel harus bekerja ekstra dan bahkan pulang larut. Saat om daniel pulang, gue sudah terlelap dan oleh karena itu hanya ada sedikit waktu untuk bersama.

Sekarang hari minggu dan om daniel libur. Jadi ada waktu untuk kita berdua.

"I miss you a lot," bisiknya tepat ditelinga gue.

Selanjutnya gue merasakan kecupan ringan pada leher gue. Mau tidak mau gue mendoronh kepala om daniel lalu berbalik untuk menghadapnya. Tangan om daniel masih berada dipinggang gue dan memamerkan senyum-tak-berdosanya itu.

"Om, I'm hungry right now." Kata gue.

"Me too." Sahutnya dengan santai.

Gue memutar mata gue dengan malas. Gue tau maksud om daniel. Tapi gue juga benar-benar lapar dan butuh asupan makanan.

"Don't you dare to roll your eyes again or you'll get some punishment," ujar om daniel yang membuat gue mengusap kasar wajah gue sendiri.

"Hands off ." Titah gue.

Om daniel malah menggeleng dan memajukan wajahnya. Namun tepat sebelum om daniel menyentuh bibir gue, gue menahannya dengan menutup bibir om daniel dengan tangan gue. "We already did it about one hour ago. I need food so hands off." Kata gue.

That's right. Gue dan om daniel sudah melakukannya sekitar satu jam lalu tepat setelah gue mandi pagi tadi. Gue belum sarapan gara-gara om daniel dan sekarang gue benar-benar lapar.

Sekarang gue tau dan mengerti bahwa om daniel adalah laki-laki dewasa dengan nafsu yang tinggi. Mungkin ini adalah salah satu dampak memiliki kekasih seseorang yang sudah dewasa atau benar-benar dewasa.

"Tidak pernah cukup jika itu menyangkut kamu," ujar om daniel sembari menurunkan tangan gue yang menutupi mulutnya.

"Tapi Rina bener-bener butuh makan om," ujar gue sembari mendorong om daniel dan kembali fokus pada spageti yang gue masak.

Gue melirik om daniel yang kini duduk dimeja makan sembari membaca koran. Lalu gue menghidangkan spageti ke atas piring dan bergabung dengan om daniel dengan duduk dihadapannya. Tidak lupa gue menyodorkan sepiring spageti untuknya dan segelas kopi kesukaannya.

Om daniel menurunkan korannya dan melirik hidangan yang gue sajikan. Namun selanjutnya om daniel malah kembali membaca koran seakan sedang mengabaikan gue.

"Om dimakan spagetinya," ujar gue.

Namun om daniel malah mendiamkan gue dan tetap fokus pada korannya. Gue memutuskan untuk mendiamkannya juga dan fokus pada makanan karena gue lapar.

Setelah selesai dengan sarapan, gue meletakan piring keatas tempat cuci piring. Tidak perlu gue cuci dulu karena om daniel belum menyentuh makanannya. Sehingga gue memilih untuk memeriksa kulkas karena gue merasa persediaan bahan makanan sudah habis dan ternyata dugaan gue benar.

Hush, BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang