(VOTE sebelum membaca ya gengsku,tq)
Maaf updetnya lama banget karena gue bener2 gak ada waktuEntahlah apa yang terjadi dengan om daniel dan gue di kedepannya nanti.
Kehadirannya kadang menjadi sesuatu yang tidak bisa dihilangkan. Saat om daniel sibuk, gue merasa kesepian. Saat om daniel menaruh semua perhatiannya pada gue, gue merasa sangat senang walau sulit untuk mengakui hal itu.
Gue merasakan hal itu pada seorang laki-laki dewasa yang terpaut jauh dari usia gue. Ditambah lagi, dia adalah adik ipar ayah gue sekarang. Yah, gue masih membenci fakta kakaknya yang menikah dengan ayah gue dan juga kebenaran soal Cindy yang merupakan anak kandung ayah gue juga.
Tes Tes Tes
Halaman buku yang gue baca, terkena tetesan berwarna merah yang berasal dari hidung gue.
Ah. Gue mimisan.
Gue meletakan buku yang baca keatas meja lalu menarik selembar tisu dan menyumbat hidung gue dengan tisu. Akhir-akhir ini gue memang banyak pikiran sepertinya. Itulah yang menyebabkan gue mimisan.
"Kamu kenapa?" Om daniel yang tadinya fokus mengerjakan pekerjaannya menjadi panik melihat hidung gue yang berdarah. "Kita ke rumah sakit sekarang."
Gue menggeleng dan melepas tisu dari hidung gue lalu mengambil selembar tisu yang bersih untuk membersihkan hidung gue. Om daniel malah mengambil tisu yang gue pegang dan membersihkan sekitar hidung gue yang terkena darah.
"Kenapa gak mau ke rumah sakit, Rina?" Tanyanya dengan penuh ke khawatiran.
"Nggak perlu, om. Gue cuma banyak pikiran." Jawab gue.
Soal hubungan ayah gue dan Cindy yang masih menghantui gue. Mau diapakan pun, perkataan ayah gue soal menyatakan Cindy anak kandungnya masih terngiang dikepala gue.
"Soal Cindy atau ayah kamu atau kakak saya?" Tebaknya.
"Semuanya." Jawab gue.
Gue menunduk. Menyembunyikan ekspresi lemah gue dari om daniel.
"Gue benci Cindy. Gue benci ayah. Gue benci ibunya Cindy dan gue benci hidup gue sendiri."
Gue mendengar om daniel menghela nafas. Detik berikutnya, gue merasakan sepasang tangan melingkar ditubuh gue. Memeluk dengan erat dan hangat. Seperti sedang memeluk sesuatu yang berharga dan juga rapuh.
Apa pelukan om daniel rasanya selalu seperti ini? Entahlah. Gue hanya merasa, merasa seperti dilindungi.
"Tolong jangan terlalu dipikirkan. Walaupun ayahnya Cindy adalah ayah kamu, saya tetap tidak bisa melepas kamu nantinya hanya karena kebenaran itu. Kalau kamu pikir semua orang gak berpihak sama kamu, tapi saya akan berpihak sama kamu."
Gue menyembunyikan wajah gue didada om daniel. Menggesekkan wajah gue ke kaos putih yang dipakainya itu. Gue juga tidak tau mengapa gue melakukan hal ini. Insting gue yang mendorong gue untuk menggesekkan wajah gue pada dadanya yang padat dan berotot itu.
"Om.."
"Hmm?"
"Dada om berotot. Om suka olahraga ya?" Tanya gue.
Om daniel terkekeh pelan dan mengusap kepala gue. Gue merasakan dagu om daniel pada kepala gue. "Kenapa? Mau liat? Boleh-boleh aja sih kalau mau lihat. Asal saya boleh lihat yang punya kamu juga."
"Aw! Sakit, Rin!" Om daniel mengaduh. Karena gue mencubit punggungnya itu.
Padahal gue tau kalau om daniel cuma pura-pura kesakitan. Karena sulit untuk mencubit punggungnya yang juga berotot itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush, Bang
Fanfiction(sudah terbit) •Kang Daniel Fanfiction• He had fifty shades on himself and I get to know one by one slowly *beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbit *hush bang masih bisa diorder, silahkan hubungi penerbit 9 September 2017 - 10 Agus...