(VOTE sebelum membaca ya gengsku, tq)
"Rina." Om daniel memanggil gue.
Namun gue tidak menjawab atau merespon dan memilih untuk menyembunyikan seluruh tubuh gue ke dalam selimut. Bukan karena gue tidak mau melihat om daniel. Tetapi setiap kali gue melihat om daniel, bayang-bayang ayah gue selalu bermunculan begitu saja.
"Rina, ayo bangun. Seharian kamu belum makan."
Om daniel sedikit mengguncangkan tubuh gue yang kelamaan membuat gue menjadi terganggu. "Om, Rina gak nafsu makan. Biarin Rina tidur."
"Kamu udah cukup tidur. Kamu bahkan gak masuk kuliah hari ini. Jangan buat saya cemas." Kata om daniel.
Memang benar apa yang dikatakan om daniel. Seharusnya gue kuliah hari ini namun mengingat Cindy juga masuk kuliah walau dalam keadaan sakit, gue menjadi malas untuk kuliah jika harus melihat Cindy nantinya.
Soal ibunya Cindy yang hamil itu, gue benar-benar tidak tau. Selama ini gue tidak pernah memperhatikan bentuk fisik ibunya Cindy karena melihat wajahnya saja membuat gue muak. Apalagi memperhatikannya.
Apa sekarang keinginan gue untuk memisahkan ayah dan ibunya Cindy hilang? Jawabannya iya.
Karena gue tidak akan memisahkan mereka. Melainkan membuat mereka hancur. Bahkan membuat mereka berpisah namun dengan keputusan yang mereka buat, bukan karena paksaan. Membuat mereka sadar apa yang mereka lakukan dulu dan sekarang itu salah. Juga membuat ayah menyesali perbuatannya dan merasa bersalah pada ibu kandung gue.
Ayah gue sedang menikmati masa dimana apa yang diinginkannya terwujud. Bersama dengan sosok wanita yang pernah dicintainya dulu sehingga melahirkan anak diantaranya.
Kalau dipikir-pikir, gue dan Cindy hanya berbeda enam bulan. Gue lebih tua dari Cindy enam bulan namun masih dalam tahun yang sama. Itu berarti ayah masih berhubungan dengan ibunya Cindy ketika ibu kandung gue masih mengandung gue. Ayah memang luar biasa.
"Rina..." panggilan dari om daniel membuat gue terbangun dari lamunan.
"Ini udah malam dan kamu belum makan. Jangan siksa diri kamu kayak gini." Lanjut om daniel.
Perasaan bersalah perlahan menghantui gue. Bersalah karena membuat om daniel cemas sehingga meliburkan dirinya ditengah pekerjaannya yang menumpuk.
Akhirnya gue menurunkam sedikit selimut gue dan duduk diatas tempat tidur om daniel. Wajah gue pasti berantakan. Begitu pula dengan penampilan gue. Terbukti karena sekarang om daniel mengambil sisir dan menyisiri rambut gue dengan telaten.
"Jangan buat saya merasa bersalah karena kakak saya yang buat kamu jadi kacau," ujar om daniel.
"Apa sekarang om daniel akan pergi dari Rina?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut gue tanpa gue pikir terlebih dahulu.
Om daniel yang mendengarnya langsung menyimpan kembali sisir keatas nakas. Kedua tangannya menangkup pipi gue dan mensejajarkan wajah gue ke wajahnya. "Jangan pernah berpikiran kayak gitu, Rina. Saya gak punya niat untuk pergi."
Gue melepaskan tangan om daniel dari pipi gue dan tertunduk. "Tapi ibunya Cindy hamil."
Tubuh gue ditarik oleh om daniel ke dalam pelukannya. Pelukan om daniel yang selalu memberikan ketenangan dan juga kenyamanan.
"Saya gak berniat buat lepasin kamu, Rina. Sekalipun banyak pihak yang menentang, saya gak sanggup kalau harus jauh dari kamu. Cukup anak saya yang jauh. Kamu jangan." Tutur om daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush, Bang
Fanfiction(sudah terbit) •Kang Daniel Fanfiction• He had fifty shades on himself and I get to know one by one slowly *beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbit *hush bang masih bisa diorder, silahkan hubungi penerbit 9 September 2017 - 10 Agus...