*SHK’s POV*
Sudah tiga hari sejak kejadian di luar rumah waktu itu dan membuatku selalu tersenyum sejak saat itu. Aku tidak pernah merasa seperti ini selama beberapa waktu dan sejauh ini harus kukatakan kalau rasanya menyenangkan. Aku belum pernah bertemu Joong Ki selama tiga hari ini karena dia sangat sibuk memantau segala sesuatu dalam persiapan penandatanganan kontrak yang dijadwalkan pada hari Rabu minggu depan. Dan aku tidak berkeinginan untuk mengganggunya, aku tahu kalau dia memiliki banyak hal yang harus dilakukan, meskipun dia mengatakan sebaliknya. Dan aku tidak ingin menambahkan hal-hal yang harus dikhawatirkan.
Dia, bagaimanapun, beberapa kali mencoba memaksakan diri untuk mengirimiku sms di sela-sela meeting atau kapan pun dia punya waktu dan menelponku sebelum tidur, yang menurutku cukup manis. Sebagai balasan, aku tetap bertindak sebagai tunangan palsu yang mendukung, dan meminta sekretarisku untuk mengiriminya makanan dari waktu ke waktu. Saat ini kami tidak ingin ada masalah tidak perlu muncul yang membuat orang akan curiga terhadap kami, dan selain itu, dia memiliki kecenderungan untuk melewatkan makan kapan pun dia sibuk, jadi, iya, aku hanya mencoba untuk bijaksana di sini.
Joong Ki telah baik padaku dalam beberapa bulan pertunangan palsu ini dan aku ingin membantu sebagai balasannya. Ya, memang awalnya aku tidak menyukainya dan aku berpikir buruk tentangnya, tapi selalu terbukti kalau aku salah, diperlihatkan padaku betapa sebenarnya dia itu pria yang hebat. Dia memegang teguh janjinya dan masih terus memenuhinya.
Bersandar di kursi putar, aku mencoba membayangkan masa depan bersama Joong Ki. Dia terlihat benar-benar peduli padaku, dan saat ini, aku yakin sudah mulai jatuh cinta padanya, jadi apa yang menghentikanku?
Yah, dunia ini penuh dengan kemungkinan untuk aku dan dia, semua orang terlihat mendukung bertunangan kami terutama ayah kami. Bahkan kedua perusahaan akan mendapat keuntungan besar jika kami berakhir bersama, bukan karena mengambil alih perusahaan ayahku itu menyenangkan hatiku, tapi karena itu berarti aku dapat membantunya melanjutkan sebagai penerus dan bahkan berkontribusi pada kemajuan perusahaan dimana ayah bekerja hampir sepanjang hidupnya untuk membangun dan mengelolanya.
Tapi tetap saja, ada bagian pesimis dari diriku, ada hal-hal yang mungkin berjalan tidak benar yang berusaha aku abaikan tapi terus menggangguku. Segala sesuatunya tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Pasti ada maksud tersembunyi yang belum aku ketahui. Aku memiliki ketakutan ini jauh di dalam diriku yang terus mengatakan padaku bahwa perasaan bahagia ini mungkin hanya sementara dan segalanya bisa berubah menjadi buruk dalam sekejap.
Aku menggelengkan kepala pelan, mencoba menyingkirkan pikiran itu, tidak ingin merusak suasana hatiku. Kenapa aku harus memikirkan hal itu? Aku sebaiknya menikmati momen ini selama masih positif, perasaan senang seperti ini jarang terjadi pada diriku.
Menyadari bahwa sudah lewat jam kerja, aku meregangkan tubuh dan bersiap untuk pergi. Tepat sebelum aku mengambil tasku, ponselku berdenting, memberi tahu kalau mendapat pesan dari Joongki.
Big Boss: Kamu dimana?
Aku tersenyum, tersentuh atas usahanya untuk mengirimiku sms meski dia sudah memberitahuku kalau dia akan menghadiri beberapa meeting sepanjang hari ini.
Beauty: Kantor. Aku baru akan pergi. Kamu sendiri?
Big Boss: Aku mau ke suatu tempat penting.
Beauty: Oh, oke. Apa kamu akan pergi ke TMI besok?
Big Boss: Ya. Tidak bisa bilang tidak pada Ah In. Aku akan menjemputmu setelah selesai bekerja besok, tidak apa-apa kan?
Beauty: Tidak masalah buatku. Ya! Kau seharusnya jangan mengirim sms saat mengemudi. Aku harus pergi sekarang. Hati hati.
Big Boss: Ya, Nyonya. Kamu juga. J
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (Fated)
FanfictionGadis tinggi hati dan manja, yang mencoba mandiri dari ayahnya yang over protektif, bertunangan dengan pria tampan namun serius yang bertekad mendapatkan kepercayaan dari ayahnya. "Kamu masuk ke dalam hidupku layaknya badai. Kamu membuatku lengah, t...