"Aku jadi gemuk," kata Hye Kyo lalu Joong Ki mendongak dari kertas kerjanya untuk menatap istrinya yang merajuk di depan pintu kantor sementara di rumahnya."Tidak," kata Joong Ki dan Hye Kyo kesal.
"Aku terlihat jelek," Hye Kyo terus merajuk dan Joong Ki menarik napas dalam-dalam saat Hye Kyo mengungkapkan ketidaknyamanannya. Dia merasa sangat tidak percaya diri akhir-akhir ini, terus menggerutu kalau dia merasa sangat gemuk dan terlihat bengkak. Joong Ki sama sekali tidak setuju. Bahkan di usia kehamilan 9 bulan, ia masih menganggap Hye Kyo seksi. Sebenarnya, Hye Kyo hampir tidak bertambah berat badan bahkan kamu tidak akan menyangka dia sedang hamil jika tidak karena tonjolan diperutnya yang seperti baru saja menelan semangka. Tapi tetap saja, dia tidak mau mendengar semua ini.
"Tentu saja tidak. Kamu cantik," kata Joong Ki dengan tulus dan dia tahu kalau Hye Kyo masih belum percaya padanya. "Aigoo, istriku yang sensitif. Kemarilah," tambahnya dan meski merajuk, Hye Kyo mematuhi dan mendekatinya, yang membuatnya tersenyum. Dia kemudian mengisyaratkan Hye Kyo untuk duduk di pangkuannya.
"Tapi aku kan berat," Hye Kyo memprotes dan Joong Ki memberinya ekspresi "apa yang kamu katakan".
"Tidak terlalu berat, bahkan aku masih sanggup menggendongmu. Kamukan tahu aku ini kuat," katanya dan Hye Kyo mengerlingkan mata ke arahnya sebelum akhirnya duduk di pangkuannya.
"Oooff," Joong Ki melenguh saat Hye Kyo duduk dan dia cemberut.
"Sudah kubilang!" Teriaknya, mau akan bangun tapi Joong Ki menghentikannya, memeluknya.
"Aku hanya bercanda," katanya, terkekeh dan Hye Kyo melotot padanya.
"Lelucon yang buruk."
"Aku tahu. Maaf, hanya saja aku senang menggodamu," katanya sambil mencondongkan badan untuk menggesek hidungnya ke hidung Hye Kyo.
"Terkadang aku pikir kamu menikahiku hanya karena ingin menggangguku saja sepanjang sisa hidupmu," kata Hye Kyo.
"Yah, memang benar," kata Joong Ki, mendapat pukulan di dada dari Hye Kyo.
"Aku membencimu," kata Hye Kyo sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya, tapi Joong Ki terlalu kuat.
"Oh tidak, kamu tidak boleh membenciku," balas Joong Ki sambil memeluk Hye Kyo erat-erat. "Kamu mencintaiku," tambahnya sambil menancapkan wajahnya di lekuk leher Hye Kyo, menghirup aromanya.
"Benar," kata Hye Kyo menyerah atas usaha melepaskan diri dari Joong Ki. Dia tidak bisa melawan Joong Ki saat dia menggemaskan seperti ini.
"Dan aku lebih mencintaimu," kata Joong Ki, memberinya kecupan di leher sebelum menarik diri untuk menatap matanya, tampak ingin melihat melalui jiwanya.
"Begitu cantik," tambah Joong Ki sambil membelai pipinya, menyebabkan napasnya sedikit tersentak. Ketika beberapa pria menganggap kehamilan adalah hal yang tidak menarik, justru hal tersebut sama sekali tidak berlaku bagi Joong Ki. Kadang kala Joong Ki masih tidak dapat mempercayai keberuntungannya mendapatkan seseorang yang begitu cantik, tidak hanya luarnya saja, tapi juga cantik di dalam. Apalagi saat seseorang yang cantik itu mengandung anaknya, anak mereka.
Cantik. Sangat cantik. Dia akan selalu mendapati dirinya berpikir seperti orang yang sedang tidak sadar.
Sebenarnya, ada satu saat ketika Joong Ki pulang ke rumah, bersemangat untuk menghabiskan sisa hari itu bersama Hye Kyo tapi malah mendapati Hye Kyo tertidur di sofa dekat jendela. Dia pasti ketiduran saat membaca, pikir Joong Ki.
Joong Ki menahan napas saat dia melihat paras wajahnya. Dengan napas yang teratur, Hye Kyo terlihat sangat damai meski matanya masih terpejam dan rambut sedikit berantakan. Dengan sinar mentari menerobos kaca jendela, memancarkan cahaya bidadari di wajahnya, memegang sebuah buku di satu tangan sementara tangan lainnya memegang perut yang sekarang sudah tampak jelas menonjol, Joong Ki merasakan jantungnya berdegup kencang yang kemudian membuncah karena cinta dan kegembiraan, mengetahui bahwa wanita cantik ini adalah miliknya seorang.
