Permulaan

1.7K 72 11
                                    

*SHK's POV*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*SHK's POV*

"Bagaimana kamu bisa begitu tahu banyak tentang cincin?" dia bertanya, membuyarkan lamunanku. "Katakan padaku, aku tidak bermaksud menilai atau menghakimimu, tapi kamu pasti orang yang suka membeli banyak perhiasan, benarkan? Kamu terlihat sangat tahu dari caramu menilai perhiasan."

"Aku tidak suka membeli perhiasan," kataku. "Aku suka membuatnya." Dia menatapku terkejut.

"Kalung, cincin, gelang. Buatku sangat mengasyikkan. Mereka terlihat mewah dan berkilau seperti bintang. Aku suka membayangkan pola dan desain di kepalaku lalu nanti mengubahnya menjadi objek di kehidupan nyata." Aku memalingkan kepalaku dan melihatnya mendengarkan dengan sabar.

"Asal kamu tahu, ketika aku kecil, aku bahkan bermimpi akan mengambil kursus mendesain perhiasan," aku tersenyum mengingatnya

"Kenapa tidak?" dia bertanya.

"Aku harus mengikuti jejak ayah dan mengelola bisnis kami," kataku, dan dia terlihat mempertimbangkan hal ini. "Sebagai gantinya, aku menjadikannya sebagai hobi. Kadang sebuah desain muncul di kepalaku dan tanpa berpikir, aku buru-buru menggambarnya. Hanya itu satu-satunya saat dimana aku membiarkan diriku asyik dengan segala hasratku. Lihat! Ada bintang jatuh!" kataku menunjuk ke arah langit. "Buatlah keinginan!" Aku mendesaknya dan setelah sempat ragu-ragu sebentar dia memejamkan matanya. Begitu juga aku, kupejamkan mataku dan membuat keinginan.

Aku ingin suatu saat nanti, akhirnya aku dapat menemukan kebahagiaanku lagi.

Ku buka mataku dan melihatnya sedang menatapku. Aku berpaling dan merasa malu.

"Jadi, apa keinginanmu?" dia bertanya.

"Rahasia," jawabku. "Kamu sendiri, apa keinginanmu?"

"Keinginanku adalah berharap agar keinginan mu terkabul," dia hanya berkata dan aku tersipu malu.

"Bagaimana jika tidak? Apa yang membuatmu yakin bahwa itu akan terkabul. Bagaimanapun juga, itu hanyalah sebuah keinginan. Bintang-bintang tidak dapat memberi jaminan bahwa itu akan terkabul" aku menantangnya.

"Pasti. Mereka selalu mendengarkan," katanya, dan aku tercengang.

"A-apa yang kamu katakan?" Aku bertanya dan dia memadangku. Bintang-bintang adalah teman kita, mereka selalu mendengar.

Dia baru akan menjawab ketika teleponnya berdering. Aku mengangguk padanya dan mempersilahkan dia menjawab, masih merasa bingung.

"Yeoboseyo? Ya tuan. Dia bersamaku," dia berbicara kepada penelpon. Aku menatapnya erat-erat.

Mungkinkah dia? Mungkinkah dia adalah... tidak mungkin. Mustahil. Aku menggelengkan kepala untuk menyingkirkan pikiranku. Mungkin hanya suatu kebetulan dia mengatakan itu. Lagipula, orang sering mengatakan hal seperti itu, benarkan?

"Ya, ya. Baik tuan. Aku akan mengantarnya pulang. Tidak masalah. Oke," katanya menutup telepon.

"Tadi itu ayahmu. Kita sebaiknya..." dia baru memulai dan aku mengangguk.

Takdir  (Fated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang