*SHK's POV*
"Jadi, bagaimana kencannya?" Lee Jin bertanya lewat telepon, Dia menelepon untuk menanyakan pendapatku mengenai aksesoris apa yang harus dia pakai untuk sebuah acara yang akan dia hadiri minggu depan.
"Begitulah," kataku saat aku mengacak lemari pakaianku mencari sesuatu untuk kupakai besok. Aku melihat mini dress yang aku beli minggu lalu dan tersenyum, mengingat betapa q Joong Ki menentang pemakaian rok pendek.
"Hanya begitulah? Tidak ada lagi yang lain yang mau kamu ceritakan?" dia menuntut dan aku tertawa lembut. Sahabatku ini kadang suka sekali menuntut.
"Baiklah, dia mengajakku ke Tani Next Door, Jadi menurutku itu artinya selera makanannya cukup tinggi, dan dia sering membuatku melakukan semua hal dengan alasan 'pasangan normal'," ku kerlingkan mataku, mengingat kejadian siang itu. "Maksudku, bisakah kamu percaya dia menyuruhku melakukan selfi dengan pose aneh lalu diposting ke facebook?!"
"Kenapa? Apa masalahnya? Aku tidak melihat ada yang salah dengan itu. Pasangan normal melakukan hal seperti itu, bahkan aku dan pacarku juga melakukannya," katanya.
"Tapi menurut Hae Jin itu kekanak-kanakan," kataku, dan tiba-tiba aku mempertimbangkan kembali perkataanku setelah mengingat foto yang aku lihat kemarin. Apa mungkin pandangannya berubah?
"Dalam kasus ini kamu jangan lupa, Joong Ki itu bukan Hae Jin," kata Lee Jin. "Di samping itu, jika kamu ingin orang-orang percaya kalau kamu benar-benar telah bertunangan, kamu harus melakukan hal-hal seperti itu. Mau suka atau tidak."
"Oke baiklah, aku paham." Aku tidak ingin berdebat lagi. Aku tahu dia hanya akan memberikan bukti lebih jauh lagi.
"Oh, aku baru ingat. Ada yang akan ulang tahun ke 26 beberapa hari lagi" katanya. "Apa rencananya? Kemana kita akan merayakannya?"
"Kamu kan tahu aku tidak pernah merayakan ulang tahunku," ucapku.
"Masih? Tapi sudah lama kita tidak merayakannya. Kamu sudah bertambah tua," katanya dan aku memotong.
"26 tahun belum bisa dibilang tua," Aku berpendapat. Dia saja sudah berumur 26 tahun. Kalau aku tua, artinya dia juga sudah tua.
"Oke ya? Mari kita rayakan!! Woohoo!"
"Tidak."
"Tapi Hye Kyo, ini ulang tahunmu!" dia merengek.
"Lalu?" aku menantang.
"Kita harus rayakan keberadaanmu!" dia bersikeras dan aku mendesah.
"Aku masih belum nyaman dengan itu. Merayakan hari ulang tahunku itu sama artinya merayakan saat... Bisakah kita tidak membicarakan hal ini?" kataku, benar-benar tidak nyaman membicarakan topik itu. Ini masih masalah sensitif bagiku.
"Baiklah. Tidak ada perayaan pas tanggal ulang tahunmu, tapi kita harus merayakannya setelah tanggal itu." Katanya, dan aku mendesah lagi. Sahabatku ini tak henti-hentinya memohon.
"Baiklah!" kataku, kudengar dia berteriak "Yes!" di telepon, membuat telingaku sakit.
"Aku harus pergi, aku juga masih harus menelpon Eomma, kamu kan tahu dia sangat khawatir meskipun aku sedang berada di luar negeri," katanya. "Nanti kita ngobrol lagi, Aku mencintaimu!!"
"Araso, Aku juga mencintaimu!!" kataku menutup telepon.
Aku baru mau mengambil gaun yang lain dari gantungan baju saat ponselku berdering lagi. Lee Jin kadang-kadang maunya nempel terus.
"Apa lagi? Masih kangen? Aish, jinjja," aku becanda.
"Iya," suara pria menjawab, aku hampir menjatuhkan ponselku karena kaget. Aku cek nama penelpon dan mataku melebar saat membaca "Big Boss" di layar ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (Fated)
Fiksi PenggemarGadis tinggi hati dan manja, yang mencoba mandiri dari ayahnya yang over protektif, bertunangan dengan pria tampan namun serius yang bertekad mendapatkan kepercayaan dari ayahnya. "Kamu masuk ke dalam hidupku layaknya badai. Kamu membuatku lengah, t...