Pertemuan Pertama

4.6K 146 0
                                    

*SHK's POV*

Pestanya dipenuhi alunan musik, dan hampir semua orang berada di lantai dansa, sisanya menikmati minuman mereka. Sementara aku disini, merasa sedih meski dikelilingi ratusan wajah bahagia. Hari ini aku mengalami hari yang berat di kantor, ayah sungguh serius melatihku untuk menjadi CEO di perusahaan kami, dan untuk menghilangkan kesedihanku, aku berencana akan marathon menonton film hingga selesai, ditemani popcorn dan makanan cepat saji. Aku ingin cepat-cepat pulang ketika sahabatku Lee Jin menelpon dan meminta datang ke pesta ulang tahun saudaranya. Kalau tidak, dia akan datang dan menyeretku ke sana, membuatku tidak punya pilihan, lalu berdandan dan pergi ke hotel mewah tempat pesta diselenggarakan.

Aku berdiri dan hendak meninggalkan meja saat ku lihat teman-teman sedang sibuk mengobrol, tiba-tiba Kim Ji won memegang pergelangan tanganku.

"Mau kemana kamu?" tanyanya.

"Ke toilet." Aku mengerlingkan mata dan bermain-main dengannya.

Kamu baik-baik saja? Tidak ingin melarikan dirikan?" Jeon Soo Jin bertanya dengan wajah khawatir. Dia memandang pacarnya, Jasper, yang terlihat khawatir juga.

"Tentu saja tidak. Aku baik-baik saja kok, percaya deh. Lagi pula Lee Jin pasti akan membunuhku jika aku pergi tanpa memberitahunya," Aku tersenyum berharap bisa meredakan kekhawatiran mereka.

"Mau aku temani?" Tawar Yoo Ah in. Dia selalu perhatian padaku. Meski umurnya lebih muda, tapi kelakuannya sudah seperti kakak yang over protektif.

"Ke toilet wanita, serius pengen ikut?" Dia tersipu, baru mau membuka mulut ingin membantah, aku menghentikannya.

"Teman-teman, mungkin aku patah hati, tapi bukan penyandang cacat. Kalian tidak perlu khawatir, aku akan kembali dalam sekejap, oke?" Aku memberikan mereka senyum cerah dan berjalan ke arah toilet. Teman-temanku kadang sangat menjengkelkan kalau sudah khawatir.

----

Aku menatap bayanganku dicermin dan sangat terkejut melihat betapa mengerikannya kantung mataku.

Ah.., Aku menghabiskan sepanjang malam dengan menangis, membuatku terlihat seperti panda," Aku mendesah. Ku meraih tas dan keluar, dan mengingatkan diriku sendiri untuk mencari concealer yang bagus nanti.

Ketika aku sudah merasa lebih baik, musik lembut mulai dimainkan di ruang pesta. Benar-benar terasa seperti dunia sedang menggodaku.

Ku lihat ke arah meja teman-temanku, beberapa dari mereka bergabung dengan pasangannya di lantai dansa, sementara yang lain meninggalkan meja dan sibuk mengobrol satu sama lain. Ohh, aku benar-benar tidak berminat menyaksikan mereka saling memandang pasangannya dengan penuh sayang. Alih-alih kembali ke meja, aku meraih segelas anggur merah dan pergi menuju balkon, berharap bisa sendirian dan menghabiskan malam dengan tenang, jauh dari keributan dan jauh dari wajah cemas teman-temanku.

Aku menatap langit malam, takjub oleh belasan bintang yang berkedip padaku. "Setidaknya kalian ada untukku. Kalian tidak akan meninggalkanku juga kan?" Aku bergumam pada diriku sendiri sambil menyesap minuman dari gelasku.

Aku selalu nyaman kalau menyaksikan langit malam. Tidak perduli bagaimana kesalnya aku, hanya dengan melihat bintang-bintang di langit, aku akan langsung merasa lebih baik. Kadang kala aku begadang semalaman dan bercerita kepada mereka seolah-olah mereka adalah teman lamaku. Bercerita pada mereka tentang rahasiaku, hingga mereka tahu tentang deritaku. Pernah aku bilang pada Hae Jin tentang kebiasaanku ini, tapi dia hanya tertawa, mengatakan kalau aku aneh. Hae Jin. Oh.. Aku sangat merindukannya. Sudah lama sejak terakhir aku berbicara dengannya. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan saat ini. Apakah dia merindukanku juga?

Takdir  (Fated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang