*SJK's POV*
Kesadaran menghantamku bagai rangkaian peluru bahwa yang aku rasakan untuknya tidak lagi palsu. Ini nyata. Sangat nyata. Semua terasa bergerak lamban saat dia turun dari panggung dan mendekatiku. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya.
Aku tidak tahu dari mana dan kapan semuanya bermula, tapi saat ini, aku sepenuhnya yakin dan tak dapat disangsikan lagi bahwa aku benar-benar telah jatuh cinta dengan tunangan palsuku. Ottoke, apa yang harus aku lakukan?
"Awww. Kamu terlihat sangat cantik. Gaun itu sangat cocok untukmu," kata ibuku dan dia tersenyum. Sementara itu, aku kembali ke kenyataan.
"Kami hanya perlu melakukan beberapa penyesuaian agar pas ke tubuhmu dengan sempurna," kata Patti dan aku menatap Hye Kyo sementara yang lain menjadi heboh padanya. "Oh, aku ingin menambahkan sesuatu pada rangkaian agar terlihat lebih indah, mau melihatnya, nyonya? Mari kita beri waktu sepasang kekasih ini" kata Patti, menyadari aku menatap 'tunanganku' seperti ini dan mengajak Eomma dan Hyo Jin ke kantornya, meninggalkan kami tanpa pilihan selain mengikuti. Aku berterima kasih padanya.
Hye Kyo menyaksikan ketiganya menghilang dari pandangan lalu mengalihkan perhatiannya padaku dan dia tersenyum. Napasku tersentak.
"Kamu bisa menghentikannya sekarang, kamu tahu," katanya.
"M-menghentikan a-apa?" Aku berhasil mengatakan meskipun pikiranku masih campur aduk dan berputar, baru menyadari bahwa aku jatuh cinta dengan gadis ini.
"Terlihat begitu terpesona padaku," katanya. Tapi aku memang terpesona olehmu. "Sudah tidak ada orang sekarang, kamu bisa menghentikan aktingnya," katanya, tak menyadari kenyataan bahwa orang yang berdiri di sampingnya pikiran dan emosi sedang merasa kacau.
"Aneh, kamu sangat pendiam hari ini," katanya sambil menatapku penuh tanya. "Kamu tidak terlihat sedang demam," tambahnya sambil meletakkan tangan di keningku. Keluar dari sana, Joong Ki. Kamu bertingkah aneh. Tetap tenang, tetap tenang.
"Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan disini? Kamu tidak ada pekerjaan?" dia bertanya dan akhirnya aku menenangkan diriku dan bersikap normal.
"Heh, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Lagi pula, aku ke sini untuk menyelamatkanmu," kataku tenang, tapi jauh di dalam diriku, aku gemetar. Sebelum dia bisa menanggapi, ketiga wanita itu kembali masuk ruangan.
"Hye Kyo, sayang, apa tidak masalah jika kami menambahkan beberapa detail di rangkaiannya agar lebih elegan? Beberapa manik-manik mungkin? Dan beberapa renda," saran Patti dan aku melihat Hye Kyo benar-benar mempertimbangkan ini.
"Hmm, kedengarannya bagus. Tapi jangan terlalu berlebihan," katanya dengan sungguh-sungguh.
"Baiklah, dicatat. Terima kasih sayang," kata Patti dan berbalik untuk menginstruksikan salah satu asistennya sementara asisten yang lain membantu Hye Kyo masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian. Aku mengalihkan perhatian ke ibuku, yang sekarang sibuk mengamati beberapa gaun lain yang dipajang.
"Eomma, tidak apa-apakan kalau aku menculik Hye Kyo darimu hari ini? Aku juga ingin menghabiskan waktu dengan tunanganku," tanyaku dengan air muka yang aku tahu dia tidak akan bisa menolaknya.
"Aigoo, kamu tidak perlu menggunakan wajah seperti itu padaku. Tentu saja. Pergilah bersenang-senang dengan Hye Kyo, Paling aku dan Hyo Jin hanya akan berbelanja sepatu di mal lain," katanya dan aku tersenyum lebar.
"Terima kasih, Eomma. Eomma yang terbaik," kataku sambil memeluknya.
"Semua kulakukan untuk membuatmu bahagia nak," balasnya padaku.
"Akhirnya!" Hye Kyo tersenyum, senang telah selesai mengganti pakaian saat dia mendekati kami.
"Ayo pergi," kataku sambil menawarkan tanganku.
