Realisasi

1.7K 71 30
                                        

*SJK’s POV*

Aku menatapnya terakhir kali sebelum berjalan ke arah ke mobilku dan pergi.

Di depanku ini adalah gadis yang kucintai, gadis yang rela untuk kuserahkan seluruh hidupku tapi dia merasa tidak pantas menerimanya. Aku tahu dia keberatan. Aku sudah tahu sejak awal. Dia telah sangat dikhianati oleh orang itu, orang yang sangat dia percaya hingga dia takut mempercayai cinta lagi. Dia jadi sangat takut untuk terluka lagi, ditinggalkan lagi, oleh sebab itu dia telah membangun tembok yang begitu tinggi di sekeliling hatinya.

Aku ingin memberitahunya kalau aku akan berjuang untuknya, jika dia menginginkanku. Aku ingin mengatakan padanya kalau aku bersedia menunggu, jika dia memberitahuku, tapi aku tahu dia tidak akan membiarkanku, dan aku harus menghormati itu. Mungkin aku tidak memahami sepenuhnya, kenapa dia tidak menginginkan aku untuk mencintainya, tapi aku cukup mempercayainya untuk mengetahui kalau dia memiliki alasan di balik keputusannya.

Ayahnya benar. Dia selalu mengebelakangkan perasaannya untuk menyenangkan orang lain. Dia selalu bersedia memberi jalan untuk memastikan kalau orang-orang di sekitarnya tidak sampai terluka. Selalu saja masalah perasaan orang di sekitarnya, dan bukan perasaannya sendiri. Dan inilah satu-satunya saat dia meminta seseorang, dalam hal ini aku, untuk menghormati apa yang dia rasakan. Seharusnya aku tidak mengambil kesempatan, untuk membiarkan perasaannya menuruti apa yang ingin dia rasakan. Seharusnya aku tidak memaksanya memilihku hanya karena aku mencintainya.

Dengan desahan yang dalam, aku memutuskan untuk menepati janjiku pada ayahnya. Untuk memberikan apa yang dia inginkan daripada apa yang aku butuhkan. Aku menyalakan mobil lalu pergi, sambil mencoba melawan semua emosiku. Ini yang terbaik, Joong Ki. Ini yang terbaik, aku terus mengatakan pada diriku sendiri. Bahkan aku belum pergi jauh, ada perasaan menusuk dadaku. Aku mencoba untuk mengabaikannya, tapi tidak juga hilang, justru terus bertambah buruk. Semakin aku berkendara menjauh darinya, semakin tambah hancur hatiku. Dan kemudian menghantamku, Tidak, aku tidak bisa begini. Aku tidak bisa.

Baru aku akan mencapai tikungan, aku berbalik lalu kembali menuju ke arah rumahnya. Masa bodoh dengan kehormatan, aku tidak bisa melepaskannya.

Dia berbalik, terkejut karena aku kembali lagi dan dengan cepat keluar dari mobilku, memberi diriku kesempatan untuk menjadi egois sekali ini saja. Aku mengambil langkah besar dan sampai ke tempatnya dalam waktu singkat. Mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang aku lakukan itu benar, aku merengkuhnya di lenganku, secara protektif, posesif.

 Mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang aku lakukan itu benar, aku merengkuhnya di lenganku, secara protektif, posesif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan aku, Hye Kyo," kataku sambil menenggelamkan wajahku ke lehernya, menghirup aromanya. "Aku tahu aku telah berjanji, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi."

"Joong Ki," dia mendesah dan aku mengencangkan pelukanku padanya, tidak ingin melepaskan.

"Aku mencoba semua yang aku bisa untuk melupakanmu, tapi aku tidak bisa. Aku masih melihatmu dimana-mana. Aku mencoba melelahkan diriku sendiri, aku berusaha sangat keras untuk melupakan. Aku minum dan melakukan segala yang aku bisa. Tapi aku masih sangat merindukanmu. Aku mencoba mengabaikan fakta bahwa aku selalu mengingatmu sepanjang waktu, tapi tidak ada gunanya. Segalanya mengingatkanku padamu. Tidak peduli apa yang aku lakukan, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Hatiku masih rindu padamu... "

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang