Kesempatan yang Hilang

1.3K 55 40
                                    

2 tahun kemudian

*SHK's POV*

Aku sedang menyusuri jalanan di Korea Selatan, menikmati hari senggangku, yang sangat langka sekarang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sedang menyusuri jalanan di Korea Selatan, menikmati hari senggangku, yang sangat langka sekarang ini. Bisnis perhiasanku telah berjalan sangat baik, bahkan saat ini telah berkembang menjadi salah satu merek perhiasan top di negara ini. Kami bahkan berencana untuk memperluas bisnis perhiasan kami dengan merancang lampu gantung dan sejenisnya. Karena sangat padatnya jadwal hingga hampir tidak ada hari libur. Aku tidak mengeluh. Sungguh menyenangkan bila profesimu merupakan hasratmu. Sama sekali tidak terasa seperti sedang bekerja dan aku sangat menikmati bagaimana segala sesuatunya berjalan.

Bekerja di SGC juga bagus. Meskipun aku tidak lagi berlatih sebagai CEO, aku masih aktif di perusahaan ini sebagai bagian dari anggota dewan, untuk menepati janjiku kepada ayah. Appa akhirnya pensiun dan sekarang menikmati waktu luangnya dengan bepergian ke berbagai tempat, tapi kali ini untuk kesenangan dan bukan untuk pekerjaan, terkadang mengeluh kalau ayah merindukan pekerjaannya karena ayah tidak terbiasa menghabiskan waktu sebanyak ini.

Onew, di sisi lain, telah mengambil alih perusahaan dan melakukannya dengan cukup baik. Ternyata menjadi pemimpin perusahaan sangat cocok untuknya, karyawan mencintainya dan dia bekerja sangat keras. Meskipun dia masih membutuhkan bimbingan dari ayahku dari waktu ke waktu, itu membuktikan bahwa dia akan menjadi salah satu CEO hebat. Dia masih belum terbiasa kalau orang-orang memanggilnya Ketua, dan bersikeras agar mereka tetap memanggilnya Onew. Aigoo, sepupuku itu, dia selalu rendah hati.

Cuaca bagus hari ini jadi aku pergi jalan-jalan untuk menikmatinya. Dengan menyenandungkan irama gembira, dari jauh aku melihat sebuah kafe yang sudah tidak asing lagi bagiku, restauran yang aku dan Joong Ki kunjungi pada kencan pertama kami. Melihat lagi ke belakang, Aku ingat bagaimana aku mencacinya karena membawaku ke coffee shop yang tampak biasa saja padahal dia bilang akan mengajakku ke tempat yang bagus. Aku pikir dia tidak punya selera sampai dia membuka pintu dan aku disambut oleh interior yang indah. Kalau aku memikirkannya lagi, cafe itu seperti dia, selalu dinilai dari luarnya saja, namun saat kamu mengenalnya lebih dekat, kamu akan terkejut.

Dari luar, orang pasti berpikir bahwa dia hanyalah anak dari seorang presiden perusahaan besar yang angkuh, sombong dan menjengkelkan, yang selalu mengandalkan kekayaan dan pengaruh ayahnya untuk mendapatkan segalanya, tapi begitu kamu mengenalnya lebih baik, kamu akan tahu kalau dia sebenarnya adalah orang yang baik dan pekerja yang berdedikasi. Kurasa itulah salah satu hal yang aku pelajari darinya. Bahwa jangan pernah menilai seseorang berdasarkan standarmu.

Joong Ki. Aku bertanya-tanya di mana dia sekarang dan bagaimana keadaannya. Sudah dua tahun sejak terakhir aku melihatnya dan dari apa yang aku dengar, ekspansi perusahaan mereka juga berjalan dengan baik, berkat bimbingan dan gagasan kreatifnya. Aku senang karena akhirnya impiannya tercapai, namun sisi egoisku juga ingin dia berhenti mengejar impiannya dan kembali padaku.

Aku ingat obrolanku dengan Lee Jin beberapa bulan yang lalu. Kami sedang minum kopi di malam setelah kami hang out dengan teman-teman kami. Kami duduk bersila di lantai kondominiumnya, membicarakan hal yang tidak jelas dan segalanya. Tentang bagaimana kami semua tiba-tiba berubah menjadi orang dewasa dan bagaimana sekarang kami jarang sekali lagi hang out karena semua sibuk dengan pekerjaan dan meningkatkan karir kami. Betapa kami berharap menjadi sekumpulan teman SMA sekali lagi, bisa hang out dari satu tempat ke tempat lain tanpa sedikitpun peduli dengan apa yang terjadi di dunia ini, di samping bisa lulus sekolah tepat waktu dan khawatir apakah guru kami akan memberikan ujian atau tidak. Oh, hari-hari itu, kami menghela napas saat kami berdua menghirup kopi kami masing-masing.

Takdir  (Fated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang