07. Lebih Dari Itu

512 97 4
                                    

Dengan menenteng sebuah buku yang lumayan tebal, Raka mengecek tiap-tiap rak buku bertemakan teknik di toko, masih belum mendapatkan titik terang tentang buku yang sedang dibutuhkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan menenteng sebuah buku yang lumayan tebal, Raka mengecek tiap-tiap rak buku bertemakan teknik di toko, masih belum mendapatkan titik terang tentang buku yang sedang dibutuhkannya. Mungkin karna yang ia cari adalah karangan asing, sehingga belum jelas apakah buku itu terdistribusi ke Indonesia atau tidak.

Raka mendengus, minggu depan ia harus sudah menggarap tugasnya, dan buku yang menjadi bahan utama tugasnya malah belum juga ditemukan. Raka pada akhirnya memilih menyerah dan menggerakkan kakinya menuju kasir untuk membayar buku di genggamannya terlebih dahulu.

Namun tiba-tiba langkahnya seakan terhenti secara otomatis saat melihat gadis yang tak asing baginya. Seorang gadis berbalut kaus berwarna putih dengan blue jeans tengah celingukan memandang rak-rak yang ia lewati. Nampak jelas diwajahnya, ia sedang mencari sesuatu namun tidak mempunyai clue akan apa yang ia cari.

Itu gadis yang sudah empat kali Raka temui sedang menunggu atau bersama Kaisar. Di parkiran, di depan kelas, tukang martabak, dan terakhir saat malam minggu kemarin Raka melihatnya di mall bersama Isar. Raka sampai tak habis pikir, sampai malam minggu yang biasa digunakan para pasangan untuk apel saja mereka jalan bersama?

"Hei!" sapa Raka yang menghampi Lana tepat di depan wajahnya, sedikit membungkukkan badan demi mensejajarkan tingginya.

Lana yang kaget akan sapaan Raka yang tiba-tiba itu langsung menimpuk Raka dengan sling bag yang tersoren di bahunya tanpa ampun. Selain kaget, Lana takut jika orang itu akan melakukan hal aneh padanya. "Mau macem-macem lo sama gue, hah?!" gerutu sambil terus melanjutkan kegiatannya menimpuk Raka.

"Ampun, ampun! Ini saya, Raka, aw! Sorry udah ngagetin, woy sakit!"

Pukulan Lana memelan dan akhirnya berhenti mendengar aduan lelaki dihadapannya. Lana membatin, Raka, siapa? Hingga saat Raka menegadahkan kepalanya, Lana baru menyadari bahwa lelaki yang sedari tadi ia pukul adalah Alfataraka, seniornya di kampus.

"Loh, Kak Alfa!?" Lana sedikit tersentak sebelum akhirnya mengoreksi apa yang baru saja ia katakan. "ah, maksudku Alfa.. maaf ya, aku kira orang lain." lanjutnya.

"Raka, udah berapa kali saya bilang sama kamu?"

"Gak mau ah, tadi aja Alfa manggil 'hei', aku juga punya nama kali." ucapnya dengan nada sinis.

"Saya gak tau nama kamu hehe" jawab Raka berbohong. Padahal baru saja sekitar empat hari yang lalu dia kegirangan seperti orang gila hanya karna sudah mengetahui nama Lana, tapi sekarang malah pura-pura tak tau.

Ingat dua hari yang lalu di tukang martabak? Saat gadis itu meninggalkan Raka dan pulang bersama Isar. Saat itu, anpa disadari siapa pun, ada senyum girang terukir di wajah Raka. Yang mungkin dirinya sendiri juga tidak menyadarinya. Tapi bukan karena Raka suka, ya, itu hanya karena dia yang penasaran akan gadis itu sejak hari pertama bertemu dengannya.

Kelana- gadis itu mengulurkan tangannya, mencoba memperkenalkan diri dengan baik pada Raka. Jika diingat, mereka memang tidak pernah berkenalan seperti ini sejak mereka pertama bertemu. Bagaimana bisa dua orang berkenalan jika setiap pertemuan mereka hanya diisi oleh perdebatan soal nama. "Namaku Kelana Ataletha Diaphenia, SAPPK 2015, arsitektur. Panggil Kelana sesuai nama depan, kalo kepanjangan panggil Lana, orang-orang biasa manggil aku gitu."

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang