Waktu telah menunjukkan pukul 13.00, dimana Bandung sedang dalam keadaan panas-panasnya. Di jam ini, siapapun disarankan untuk memakai tabir surya jika ingin beraktifitas di luar ruangan. Panasnya Bandung pada jam-jam segini memang bukan main!
Jalanan Bandung masih sama, masih dipenuhi polusi dan sangat macet. Sangat jauh dari kesan Bandung satu dekade kebelakang. Sejuk, tenang, asri.
Sangat berbanding terbalik, bukan?
Tidak heran jika ada sebagian orang yang terkadang malas untuk berkegiatan di luar ruangan. Mereka biasanya tidak mau merelakan kulitnya terbakar, juga teracuni oleh polusi yang mematikan.
Tapi beda cerita dengan keempat orang yang sedang berkumpul disebuah meja salah satu warung bakso terkenal se-Bandung Raya—Kaisar, Kayara, Cakra, dan Regina. Kaisar tiba-tiba mengajak mereka semua berkumpul, katanya ada yang harus dibicarakan. Ntah apa.
Hal yang bagus karena warungnya tidak terlalu ramai, sehingga kipas angin yang terpasang di dalam ruangan tersebut terasa sejuknya. Biasanya, angin yang dihasilkan kipas angin tak akan terasa sejuk saking penuhnya orang dalam ruangan.
Syukurlah hari ini tidak terlalu ramai.
"Lana udah sampe mana katanya?" Tanya Cakra pada keempat temannya.
"Katanya sih dikit lagi sampe."
"Raka gimana?" Kini giliran Regina lah yang membuka suara.
"Kamu gimana sih, Yang? Kaya gatau aja yang sekarang lagi nyupirin Lana siapa!"
Keempat orang itu tergelak bersamaan sesaat setelah Cakra menanggapi ucapan Regina. Dari banyaknya lelucon paling lucu yang bertebaran di dunia ini, topik inilah yang akhir-akhir ini menjadi favorit mereka. Belum lama ini, Lana sering menjadi sasaran pem-bully-an keempat sahabatnya karena hubungan tidak jelasnya dengan Raka. Iya hanya Lana yang menjadi objek bully-an, karena Raka terlalu mengerikan untuk diganggu.
Reaksi Lana selama ini selalu sama. Santai, tenang, datar, tidak peduli. Namun hal itu lah yang semakin membuat mereka geregetan. Mereka jadi ingin terus mengganggunya agar gadis itu bisa meledak sekali-sekali.
"Emang mereka beneran jadian, ya?"
Kayara menggedikan kepala. Dia benar-benar tidak tau dengan apa yang terjadi antara kedua sahabatnya—tentang seperti apa hubungan yang mereka jalani. Kayara tau Raka sering menghampiri Lana di kosan yang juga tempat tinggalnya. Kayara tau mereka sering jalan bersama—ke tempat-tempat unik atau hanya jalan-jalan di sekitar Braga. Kayara tau hampir di setiap hari Lana, pasti ada Raka.
Tapi hanya itu yang Kayara ketahui.
Meskipun Lana dan dirinya cukup dekat, ia tidak pernah mendapati Lana menceritakan apapun soal Raka. Jika di tanya pun jawabannya selalu sama. Lana tidak pernah menganggap hubungannya dengan Raka seperti apa yang dibayangkan orang-orang. Lana selalu bilang tidak ada yang terjadi antara mereka selain hanya saling mengisi hidup satu sama lain. Tanpa status, tanpa kejelasan.
Mau bertanya pada Raka pun tidak ada gunanya. Jawaban mereka selalu sama. Kayara sempat curiga jika mereka memang sengaja mentembunyikan hubungannya dari orang lain. Tapi tidak begitu kenyataannya.
Hubungan mereka memang berjalan tanpa mereka berdua ketahui apa yang terjadi sebenarnya.
"Menurut gue gak jadian atau semacamnya, deh." Jawab Cakra. "Kalian tau sendiri, Lana sama Raka sama-sama gak percaya konsep pacaran. Yang satu belum sepenuhnya move on, satunya lagi prinsipal banget—sampe jomblo dari lahir." Lanjutnya yang langsung di respon oleh gelak tawa dari ketiga orang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brainwave
FanfictionKelana pikir senyuman lebarnya akan menyembuhkan. Tekadnya untuk tetap giat belajar, membangun koneksi baik dengan banyak orang, selalu bertingkah ceria.. Kelana pikir itu semua cukup untuk memperbaiki kerapuhan di dirinya. Menambal sebuah bidang ya...