37. Rentang Waktu

380 66 15
                                    

Kelana's 20th day in hospital

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelana's 20th day in hospital

Sudah lebih dari dua minggu, dan mata Kelana belum juga kembali terbuka. Lana masih terbaring lemas di tempat tidurnya, tanpa ada pergerakan sekecil apapun dari tubuhnya. Matanya tertutup dengan rapat, percis orang yang sedang tertidur sangat nyenyak—bedanya hanya pada selang oksigen yang menjadi alat bantu Lana bernapas.

Dalam 20 hari terakhir, telah banyak yang terjadi. Dari mulai Kaira yang menangis histeris saat mengetahui Lana tiba-tiba harus di operasi dan akhirnya mengalami koma berhari-hari, Regina yang bahkan sempat tumbang saat datang menjenguk Lana di ruang ICU, juga Kayara yang terbebani dengan rasa bersalahnya.

Hari ini Kayara kembali datang, bersama seikat bunga mawar putih dalam dekapannya.

Kelana suka mawar putih, jadi Kayara sengaja membawanya untuk sahabat—yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Ruangan rawat inap Lana sedang sepi, hanya ada dirinya, Lana yang terbaring lemah di tempat tidur, juga Raka yang setia berada di sisi Lana. Menggenggam tangan, membisikkan kata-kata manis, seraya berdo'a untuk kesembuhannya.

"Lana, gue dateng lagi.." ucap Kayara setelah mengganti bunga mawar putih yang beberapa hari lalu ia letakkan di sebuah vas di samping tempat tidur sahabatnya dengan bunga yang baru. Kayara menghampiri Lana dengan senyuman kecil di bibirnya. Rasa rindu, sayang, empati, juga bersalah tercipta dengan sangat jelas disana. "Maaf gue baru bisa kesini lagi ya, baru selesai sidang banget nih, gue! Liat Lan, gue masih pake setelan item putih gini, dan malem-malem mampir jenguk lo coba, kurang sayang apa lagi gue sama lo?" Lanjutnya dengan sebuah kekehan di akhir kalimat.

"Raka juga minggu depan sidang tuh, udah cerita ya, dia?"

"Udah dong, orang pertama yang saya kasih tau kan Kelana!" Sahut seseorang di seberangnya, yang juga sedang menggenggam tangan milik Lana, seperti apa yang Kayara lakukan.

Kayara tersenyum melihat Raka yang memandang Lana dengan perasaan bangganya. Saat kondisi Lana memburuk, Kayara sedikit khawatir dengan tugas akhir Raka, bukannya apa-apa, tapi pasti hal seperti ini akan mempengaruhi mentalnya walaupun sedikit. Waktu Raka juga dihabiskan dengan berada di rumah sakit, apalagi semenjak Om Arya diharuskan kembali ke Jakarta karena pekerjaan.

Tapi saat melihat Raka melakukan semuanya dengan sangat baik, kekhawatiran itu luruh dengan sendirinya. Kayara senang melihat Raka yang tidak sama sekali terganggu dengan apapun yang terjadi pada Lana. Setiap hari ia akan pergi ke rumah sakit dengan setumpuk buku referensi, dan mengerjakan tugas akhirnya bersama Lana yang tentunya masih tertidur sangat dalam.

"Tuh, bangun cepetan, makanya! Ni cowok lo mau sidang, Lan, Abang lo juga.. eh iya, udah tau belom kalo skripsi Bang Cakra udah kelar!? Kaget gak lo?"

Raka tertawa cukup keras. "Lana pasti jadi orang terkaget dan yang paling puas ceng-cengin Bang Cakra! Hahahaha." Ucapnya membuat Kayara tertawa semakin keras. Semakin keras dan nyaring. Tapi tawanya yang mengeras ternyata malah berdampak buruk. Air mata yang tidak ia sangka akan keluar hari ini, kembali keluar, membuatnya menangis di sela tawanya.

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang