08. Kesalahan

531 97 5
                                    

"Sar, dimana?"

"Tunggu, saya kesana."

Raka langsung memasukkan handphonenya kedalam saku dan segera menuju ke tempat yang baru saja Isar sebutkan. Raut wajahnya mengeras. Ia berlari sekuat mungkin. Yang diinginkannya saat ini hanyalah dapat dengan cepat bertemu dengan sahabatnya itu, lalu memberi satu bogeman di pipinya, mungkin?

🍪🍪🍪🍪🍪

"Gue kesel aja Ka, akhir-akhir ini tuh Isar kek sering gitu bohongin gue..."

"Contohnya gimana?" tanya Raka santai sembari nyemil kacang telur dari toples yang ada didekapannya. Ia mencoba sefokus mungkin terhadap apa yang sahabatnya ceritakan. Walaupun sebenarnya otaknya sendiri pun sedang kalut dengan asumsi-asumsi yang sudah menumpuk sejak beberapa minggu lalu.

"Malem minggu kemaren dia batalin janji gitu aja, bilangnya sakit. Gue kan khawatir Ka, tadinya mau gue samperin tuh ke kosannya, tapi dia bilang jangan. Terus yaudah gue ngemall aja bareng Egi, malah ketemu dia di starbucks coba."

Raka berdeham tak nyaman. Jangan tanya jika tenggorokannya sedang sakit atau tidak, itu tak ada hubungannya sama sekali. Raka hanya ingin mengalihkan rasa keterkejutan yang ada pada dirinya saat Kayara mulai menceritakan keluh kesahnya pada Raka. Membuat Raka menemukan kembali potongan puzzle dalam kasus ini.

Malam minggu kemarin adalah waktu yang sama dengan saat Raka melihat Isar bersama Kelana, kan? Jangan-jangan, soal ini pun Kayara sudah tau?

"Sama cewek?"

"Sendiri....."


Kayara menyatukan kedua alisnya, heran mendengar penuturan Raka. Asal tau saja ya, Raka bukanlah tipe orang yang ngomongnya asal bunyi alias asbun, jadi yang dia katakan pasti ada sebab dan akibatnya.

"Eh eh kok nanya gitu?"

"Ya, siapa tau kaya di ftv gitu kan." jawabnya asal karna tak tau lagi harus mengarang alasan sejenis apa. Jelas-jelas ia tau sesuatu tentang Isar yang membohongi Kayara. Ia tau dengan jelas bahwa hari itu Isar jalan dengan Kelana. Tapi meskipun begitu, Raka hanya akan mencoba tutup mulut. Ia enggan memberitahu Kayara sekarang.

Ini hak Isar untuk memberitahu Kayara, kan?

"Ngaco banget sih lo, tumben? Kesambet?" ucap Kayara sambil menyentuh kening Raka yang segera di tepis oleh lelaki itu.

Raka sadar jika saat ini dirinya pasti terlihat 100% lebih bodoh dari Raka yang biasanya, dan dia sangat membenci hal-hal seperti itu. Hal cetek semacam curhatan seorang gadis dapat membuatnya kelihatan bodoh? Yang benar saja!

"Lanjut ih, gausah pegang-pegang!"

"Ish, iya iya.."

Saat ini, seperti itulah hubungan mereka berdua. Kayara yang sudah tak memedulikan soal perasaannya dulu pada Raka, juga Raka yang sudah menganggap gadis ini seperti adik kandungnya sendiri. Mereka telah melupakan kejadian beberapa tahun yang lalu, saat perasaan yang terpendam sejak lama menjadi boomerang yang menyakitkan bagi persahabatan mereka berdua, dibawah senja yang semakin gelap.

Dulu, saat Raka mengatakan bahwa tidak pernah menganggap Kayara lebih dari seorang teman, Kayara sempat menjauhi Raka. Rasanya gadis itu benar-benar membenci Raka, sampai melihat wajahnya saja enggan, sakit hati katanya.

Tapi semuanya berubah saat Isar mulai masuk ke dalam kehidupan Kayara dengan status 'pacar'. Hubungan mereka kembali baik, Kayara memperlakukan Raka seperti dulu lagi, begitupun Raka. Tidak ada lagi perasaan aneh yang menghalangi persahabatan mereka. Alih-alih benci, sekarang Kayara malah berterimakasih pada Raka karena menjadi perantara antaranya dan Isar.

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang