34. Rumpang

329 61 3
                                    

Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tenrang mimpi buruk
Tentang kata "Maaf Sayang, aku harus pergi."
Sudah ku ucap semua pinta
Sebelum ku memejamkan mata
Tapi slalu saja kamu tetap harus pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali

Rumpang, by Nadin Amizah

Kota Bandung sedang di guyur hujan lebat. Seperti apa yang sudah di prediksikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, musim hujan di Indonesia turun pada akhir bulan Agustus. Sudah tiga hari Bandung—dan mungkin kota-kota lain di Indonesia diguyur hujan. Dari sekedar hujan gerimis di petang hari, hingga hujan lebat yang mengguyur kota sepanjang hari.

Sudah tiga hari Kota Bandung lebih dingin dari biasanya karena terguyur hujan, tapi hari ini berbeda. Hujan kali ini terasa hangat—setidaknya bagi sebagian orang.

Suasana di sebuah Rumah Sakit Umum yang berada di Kota Bandung sedang ceria. Hujan tak membuat sekelompok orang ini terlihat sendu, malah menambah keceriaan mereka. Jika kebanyakan orang yang berkunjung ke rumah sakit akan memasang wajah sedih dan prihatin, berempati, berbeda dengan sekelompok orang yang bercanda gurau sambil menyelamati satu sama lain ini.

Semua orang berkumpul mengelilingi tempat tidur pasien dengan senyum lebar, tak henti-hentinya mengucapkan selamat pada pasiem wanita yang tengah menggendong seorang bayi lucu. Bayi perempuan dengan bobot 3,0 kg yang sangat lucu.

"Gimana namanya, Neng? Udah dipikirin?" Tanya seorang wanita yang adalah ibu pasien, sambil mengelus puncak kepala putrinya lembut. "Mau Bapak yang kasih, Neng?" Tanya sang Ayah.

Wanita itu menggeleng, seraya menatap seorang pria yang berdiri tegak di sampingnya, tersenyum. "Sebenernya.. Ata teh udah siapin nama, A Arya juga udah setuju, Bu, Pak."

"Siapa namanya?" Semua orang yang sedang mengelilingi pasien tiba-tiba riuh, semuanya penasaran dengan siapa nama bayi kecil yang ada dipelukan Ata saat ini.

"Kelana.. Kelana Ataletha Diaphenia, itu namanya."

Senyuman kembali mengembang dari mereka yang sudah menantikan nama itu disebutkan. Kelana, nama yang cantik, katanya. Nama cantik dengan beberapa pengharapan di dalamnya.

"Kelana cantik anak Mama.." ucap Ata pelan sambil mengeratkan pangkuannya terhadap bayi mungil yang baru beberapa jam saja ia lahirkan. Air matanya menetes, rasanya tidak nyata. Bayi yang sudah 9 bulan hidup di rahimnya, kini sudah dapat ia peluk dengan erat. Sudah bisa ia cium harum khasnya, sudah bisa ia susui.

Diam-diam, diantara orang yang bercengkrama dengan perasaan bahagia yang sama, ada seseorang menangis, merasakan kebahagiaan yang tak tertandingi. Bahagia yang melebihi rasa bahagia orang manapun di dunia ini.

Ata akan menjadi Ibu dari seorang bayi mungil bernama Kelana.

CKLEK

Pintu kamar terbuka, menampakkan seorang anak berusia 19 bulan berjalan masuk ke ruang rawat inap. Di belakangnya terdapat sepasang orang tua yang setia mengekori anaknya.

"Eh, Kaisar gantengnya Ate udah bisa jalaaan?" Ata sedikit memekik mendapati bocah laki-laki kecil masuk ke ruang rawat inapnya dengan langkah gontai khas anak yang baru lancar berjalan. Sampai terdengar suara tangisan dari pangkuannya. Ternyata suara Ata terlalu kencang hingga mengagetkan Kelana yang tadi sedang tertidur. "Ssssh, maafin Mama sayang.. cup cup, tidur lagi ya.." Ata menimang Kelana pelan, membawa bayi mungilnya kembali ke alam mimpi.

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang