40. Sudut Penyelesaian

534 70 12
                                    

Perpisahan tidak selalu memisahkan.
Karena kenangan yang menetap,
Tidak akan lupa akan tugasnya:
Menyatukan.


Pergilah gundah

Jauhkan resah

Lihat segalanya lebih dekat

Dan 'ku bisa menilai lebih bijaksana

Mata Lana terpejam. Menikmati nada demi nada yang mengalun melalui earphone miliknya, meresapi rangkaian kalimat indah di setiap liriknya. Lirik yang dibuat Mira Lesmana memang tidak pernah mengecewakan. Apalagi jika dipadukan dengan komposisi musik hebat milik Elfa Secoria dan suara indah Sherina—seperti di lagu ini.

Mengapa bintang bersinar?

Mengapa air mengalir?

Mengapa dunia berputar?

Lagu yang memiliki banyak kenangan memang selalu membekas di hati. Rasanya tidak pernah terasa terlalu sering di dengarkan, karena bukan hanya alunan nadanya saha yang terdengar indah, namun cerita dan kenangan di balik itu semua lah yang membuat lagunya istimewa.

Bagi Lana, lagu ini adalah kenangan.

Kenangan dengan Mama, Papa, Kaisar.. kenangan pada masa kecilnya.

Lana merindukan masa-masa itu. Masa dimana yang ia pedulikan hanyalah hal-hal yang membuatnya bahagia. Dimana bisa menaiki sepeda beroda dua adalah suatu hal yang patut disombongkan, memakai plester di bagian tubuh yang sama sekali tidak luka adalah hal yang keren, juga dimana tidur siang menjadi hal yang sangat tidak disukai. Lana ingat dirinya sering kabur ke lapang dekat rumahnya karena tidak mau tidur siang. Bermain sendiri disana, karena memanggil teman-temannya pun percuma, mereka semua tengah tertidur siang di rumah masing-masing.

"Aku kemarin gak tidur siang, loh!"

Sombong Lana pada teman-teman selingkung rumahnya, yang selalu merespon pernyataan Lana dengan mata berbinar. Antusias.

"Wah, Lana kuat banget! Kaya anak gede."

Lana terkikik geli membayangkan itu semua. Dasar bocah, batinnya malu sendiri. Jika diingat, Lana saat berusia lima tahun memang sedikit congkak. Tapi hanya pada orang yang juga congkak. Lana sangat tidak mau kalah, kompetitif, passionate. Pokoknya, Lana kecil sangat mendambakan menjadi seorang jagoan. Katanya biar bisa membela yang lemah. Biar kaya Sherina, terus bisa ngelawan orang-orang kaya Sadam dan antek-anteknya, katanya sih begitu. Ah, film Petualangan Sherina memang sebegitu berpengaruhnya di hidup Lana.

Hingga sebuah peristiwa memukulnya telak, merubahnya menjadi pribadi yang baru.

Lana rindu menjadi Lana yang berusia lima tahun. Meskipun agak memalukan karena terkadang ia bersikap terlalu congkak, Lana rindu untuk bersikap seenaknya. Tanpa peduli itu tindakkan baik atau tidak. Lana rindu menjadi Lana yang mengutamakan kepentingannya sendiri jauh dari apapun.

Cklek

Pintu kamarnya terbuka, menampakkan kedua pasang manusia yang semakin hari ntah mengapa terlihat semakin serasi. Papa terlihat sedang menggoda Tante Audi yang lucunya malah memukul pelan lengan Papa sambil menutup pintunya. Antara malu dan menahan tawa.

"Cieee, happy bener! Bagi-bagi, dong Pa, Tan." Goda Lana. Tante Audi langsung membalas dengan gerutuan sebal. Seperti biasanya, sangat Tante Audi.

"Papa kamu tuh, Lan, nyebel—Mas kamu tuh yaampun, sebel aku sana pergi jauh-jauh, ah!"

Papa hanya tergelak, begitu pula Lana. Pemandangan Tante Audi yang salah tingkah ketika di goda dengan kata-kata jail Papa memang yang terbaik. Lucu sekali. Lihat saja Papa yang sepertinya tidak pernah puas untuk menggoda calon istrinya.

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang