17. Terjatuh Perlahan

459 81 4
                                    

Falling slowly, eyes that know me
And I can't go back
Moods that take me and erase me
And I'm painted black
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won  

Falling Slowly,
by Glen hansard and Marketa Irglova


Kelana sudah terbiasa terjatuh. Sudah biasa merasakan sakitnya terjatuh.

Mamanya bilang, jatuh adalah sebuah proses dari pembelajaran. Dan ya, proses pembelajaran seseorang memang tidak pernah lekang dari kata jatuh. Semuanya terbukti dalam kehidupan Lana. Dia sudah merasakannya sendiri.

Di mulai dari proses Lana belajar berjalan, pada usianya yang memasuki umur 11 bulan. Tidak ada bayi yang langsung bisa berjalan, itu berlaku juga bagi Lana kecil. Sejak awal dilahirkan Lana juga melewati banyak proses sampai akhirnya dapat berjalan dengan lancar. Dari mulai bisa membalikkan tubuhnya, mengesot, duduk, hingga merangkak dan berdiri, lalu akhirnya dapat berjalan. Diantara semua proses itu, jatuh pasti pernah dialaminya minimal sekali. Apalagi saat dia mulai belajar berjalan, setiap langkahnya bahkan di selingi oleh tubuhnya yang kehilangan keseimbangan, lalu terjatuh.

Tapi dari terjatuh itulah Lana mulai belajar untuk mempertahankan keseimbangannya, hingga dapat berjalan dengan lancar.

Usianya bertambah, membuat keinginannya untuk mengeksplor dunia juga semakin besar. Lana mulai ingin belajar bermain sepatu roda, sepeda roda dua, sampai enggrang. 

Pertama kali bermain sepatu roda bukanlah hal yang mudah baginya. Keseimbangan adalah hal yang sangat penting untuk dapat terus meluncur menggunakan benda itu. Tapi namanya juga pembelajaran, terjatuh bukanlah hal yang dapat dihindari. Lana terus terjatuh dan menyebabkan beberapa luka di dengkul dan telapak tangannya. Sama halnya ketika ia belajar mengayuh sepeda roda dua. Saat itu, Lana yang masih berusia 10 tahun dengan tinggi badan hanya 120 cm meminjam nekat sepeda papanya untuk belajar menggunakan sepeda yang hanya memiliki dua roda, hanya karena iri melihat teman-teman di ingkungan rumahnya sudah bisa menggunakannya. Sayangnya, baru saja mengeluarkan sepeda itu dari garasi rumah, Lana terjatuh. Kali ini bukan hanya dengkul dan telapak tangannya yang terluka, tapi juga sikutnya.

Beberapa tahun kemudian, Lana lulus SMP. Tak lama dari kelulusannya, mamanya meninggal. Membuat Lana mengetahui satu hal baru.

Terjatuh tak hanya menyebabkan luka di sekujur tubuhnya. Terjatuh tak hanya tentang dengkul baret, sikut berdarah, atau lengan memar. Lana di usia remaja mulai meyakini definisi terjatuh yang baru diketahuinya. Bahwa terjatuh yang paling sakit adalah jatuh pada jurang kesendirian. Disaat menyadari orang yang terpenting baginya meninggalkan Lana begitu saja, itulah arti jatuh yang sesungguhnya bagi Lana.

Kata terjatuh bagi seorang Kelana Ataletha Diaphenia semakin memiliki arti yang terjungkir balik dari sebelumnya. Bukan tentang proses terjatuh itu sendiri, melainkan luka yang diakibatkannya. Dulu yang Lana tau, lukanya selepas terjatuh tak akan berbekas lama. Hanya dengan setetes obat merah dan plester, lukanya akan pulih dalam beberapa hari. Hanya dengan olesan obat gosok, lebam di tubuhnya akan hilang dlam itungan hari.

Berbeda dengan luka yang ia rasakan sekarang.

Luka yang biasanya dapat pulih dalam beberapa hari saja, malah membekas membuat sebuah ruang yang akan terasa jauh lebih menyakitkan jika tersentuh kembali. Ruang yang tanpa Lana sadari, membuat bagian dalam dirinya terus berperang sengit.

Tentang luka di masa lalu,

yang ntah harus terus dibiarkan atau dibuang sejauh mungkin,

ntah harus dikubur atau dibiarkan naik kembali ke permukaan.

BrainwaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang