Sang Pencipta pasti sedang tersenyum bahagia ketika merancang skenario hari ini. Si Biru yang sudah lama dirindukan, kembali menampakkan warnanya di atas sana. Setelah beberapa minggu mengalami musim hujan, langit Indonesia kembali cerah. Tidak ada awan berwarna kelabu terlihat sedikitpun, yang ada hanyalah cahaya matahari yang setengah bersembunyi di balik awan putih, menambah kesan hangat di Sabtu pagi ini.
Langit pagi ini memang sedang indah-indahnya, bukan?
Gadis yang kini sedang menerobos penglihatannya jauh keluar jendela pun sepertinya akan sangat setuju dengan pernyataan itu. Soal keindahan itu. Soal keindaham langit biru yang menjalin bekerja sama baik dengan sinar matahari untuk menjadikan semuanya tampak sempurna.
Lihat, bahkan penglihatannya enggan teralih dari luar sana.
Sangat berbeda jika melihatnya dari dalam pesawat yang sedang terbang- ini membuat tubuhnya seakan-akan sejajar dengan Si Biru. Wah, gadis itu bahkan baru menyadarinya, kemana saja ia selama ini? Keindahan langit bahkan bertambah beratus-ratus kali lipat jika dilihat dari atas ini, membuat jantungnya berdegup kencang untuk sesaat, antusias. Tangan gue bisa nyentuh awan! batinnya.
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah luar, masih tak percaya dengan pemandangan yang tak pernah ia temui sebelumnya. Pemandangan yang membuatnya terlarut dalam dunianya sendiri. Pemandangan yang seakaan membawanya berkelana jauh, menyusuri ambang pikiran yang tak berujung.
Dan untuk pertama kalinya, gadis itu merasa senyaman ini berada di dalam pesawat.
Tak ada ketakutan yang menjalari tubuhnya, juga kepanikan yang membuatnya gelisah. Semuanya mengalir begitu saja.
Jika biasanya ia memilih untuk tidur selama perjalanan menggunakan pesawat, tidak dengan saat ini. Hanya rasa tenang yang tercampur dengan rasa syukur lah yang dapat dirasakannya saat ini. Gadis itu sangat bahagia, rasanya seperti terlahir kembali!
"Ladies and gentleman, as we start our descent, please make sure your seat back..."
Sialnya, pemandangan yang membuatnya tenang hanya dapat dinikmati beberapa menit lagi. Pesawat yang dia tumpangi akan segera mendarat. Padahal baru saja dirinya merasakan hal baru yang membuat nyaman. Haruskah secepat itu berlalu?
Sepertinya indah sekali jika ia punya sedikit waktu lagi untuk merasa tenang seperti tadi.
Jika di ingat kembali, terakhir dia merasakan hal seperti ini adalah setahun lalu. Saat dia, dan ketiga orang lainnya memutuskan berlibur ke sebuah pantai. Euforia yang terjadi hampir sama dengan sekarang. Perasaan asing, namun melegakan menjalar ke seluruh tubuh, tepat seperti saat ini.
Dengusan malas keluar dari mulutnya saat melihat suasana bandara. Dia terus memegangi dada sebelah kirinya, mengukur detakan yang seakan berlari kesana kemari tak karuan. Hingga perlahan, pegangan itu berubah menjadi pukulan. Gadis itu terus menerus mendaratkan pukulan pada dadanya, berharap semua ini akan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brainwave
FanfictionKelana pikir senyuman lebarnya akan menyembuhkan. Tekadnya untuk tetap giat belajar, membangun koneksi baik dengan banyak orang, selalu bertingkah ceria.. Kelana pikir itu semua cukup untuk memperbaiki kerapuhan di dirinya. Menambal sebuah bidang ya...