"Hitungan 3 kalian sudah ada di lapangan"
"1....."
"2...."
"3...."
Semua siswa berlarian menyesuaikan diri di barisan mereka, Nadine menggenggam erat tangan Luna menuntun ke barisan kelas mereka.
Devasya melihat mereka dan hanya diam, ia belum berani berbicara apapun pada Nadine hingga dia merasakan ada yang memeluknya dari belakang saat ia menunduk.
Devasya menoleh dan ternyata itu Nadine dengan cengirannya, nyaman dan lega sekali rasanya.
"Kamu tuh ya Nad, ngagetin aja""Yalagian kamunya bengong gitu"
"Lagi mikir"
"Mikir apa?"
"Kepo"
"Pasti mikirin kenapa belum di tembak - tembak Wafda ya" Nadine langsung menggigit kecil bahu Devasya dengan gemas
"Is apaan sih Nad, sakit tau" Devasya memukul pelan lengan Nadine
"Dik.. kalian bisa diem nggak?" Tegur salah satu senior mereka
Mereka berdua langsung berbaris tegap sambil menahan tawa.
"Jadi hari ini kalian akan dibagi beberapa kelompok untuk menjalani outbond. Kelompok sesuai kelas kalian, diharapkan hanya membawa barang secukupnya agar mudah di perjalanan dan tidak di perkenankan membawa alat komunikasi. Setiap kelompok akan di dampingi 2 PMR dan 1 senior. Sekian dan selamat melakakukan kegiatan kalian masing - masing"
Semua sudah berbaris kembali untung ancang - ancang berangkat outbond.
"Nad..." Nadine menoleh kearah suara yang memanggilnya.
"Kenapa lun?"
"Aku haid"
"Terus gimana? Gak mau ikut outbond?"
Luna menggeleng cepat "Gak, aku mau ikut outbond. Tapi kamu jangan jauh - jauh dari aku ya, aku takut delep tiba - tiba"
"Yah kan ada PMR lun"
"Pokoknya kamu jangan jauh - jauh"
Apasih Luna, sok manja banget sama Nadine
Devasya sudah sangat gerah mendengar Luna yang merengek kearah Nadine."Iya - iya" Nadine menggenggam tangan Luna sehingga mereka berjalan beriringan
"Ayok Dev" Nadine juga menggandeng tangan Devasya
Devasya merasa seharusnya hanya tangannya yang bertautan dengan Nadine sahabatnya, bukan ditambah dengan orang lain lagi
Mereka mulai berjalan cukup jauh diantara hutan hingga mereka menemukan pos 1. Disana sudah ada beberapa kakak senior yang menjaga mereka.
Barisan berhenti dan disiapkan oleh ketua kelas. Semua sudah berjejer rapi, Devasya tepat di depan Nadine karena ia lebih pendek. Salah satu kakak senior wanita yang bernama Febby sejak tadi menatap Nadine, Devasya menyadari itu dan terus memperhatikan Febby hingga Febby melihatnya.
"Ngapain liat - liat dik?" Devasya langsung menundukkan kepalanya.
Sekarang setiap siswa harus mencari pasangan, Nadine bersama Devasya mereka bingung kenapa harus berpasangan.
Ternyata mereka akan bermain pepero games, masing - masing pasangan diberikan pocky. Entahlah jantung Devasya sangat tidak karuan, sekarang Devasya sudah menggigit satu sisinya begitupun Nadine di sisi lainnya.
Devasya merasa semakin tak karuan kala mata Nadine terus memandanginya, mata itu sangat indah dan terpampang jelas pantulan diri Devasya di dalamnya.