Aku menatap Nadine dengan mata yang berkaca - kaca. Senyumannya semakin merekah, indah sekali dan hari ini ia memintaku menjadi miliknya sepenuhnya.
"Baby, I'm yours and forever will be yours" aku langsung memeluk Nadine.
Airmataku sudah tak bisa kutahan lagi, aku menangis di pundak Nadine
"So?" Tanya nya lagi
"Of course I will" Nadine langsung mencium kepalaku dari samping
"Thankyou"
Aku hanya mengangguk dan masih memeluknya. Selang beberapa lama kemudian, Nadine melepaskan pelukan kami tapi tidak sepenuhnya, iya tetap memeluk pinggangku sambil melihat kearah Gwen.
Mereka berdua saling senyum seperti memberikan kode, aku yang bingung terus menatap Nadine meminta penjelasan.
Nadine sepertinya menyadari aku yang udah penasaran, setelahnya Nadine menyuruhku duduk bersamanya di pasir sambil melihat kearah Gwen.
"Ngapain?" Tanyaku
"It's her turn" Jawab Nadine sambil tersenyum
Erina Pov
Aku sekarang sedang di pinggir pantai, melihat Nadine akhirnya melamar gadis yang ia cintai sejak dulu. Kami pernah tumbuh bersama dengan perasaan yang berbeda. Aku tau semua yang pernah mereka lalui, harus jatuh cinta dulu dengan orang lain, berpisah hingga akhirnya bersama.
Aku bahagia akhirnya semuanya selesai, kini tangankku juga sudah digenggam dengan nyaman oleh seseorang disampingku yang selalu menatapku dengan punuh cinta.
Gwen Valerie
Apakah kalian terkejut? Mungkin iya, mungkin tidak. Perjalanan cintaku dengan Gwen memang tak sepanjang Devasya dan Nadine tapi sedikit lebih rumit, Gwen menunjukkan dia akan selalu bersamaku dan selalu berusaha untukku.
Apakah kalian ingat dulu waktu kita pulang dari pernikahan Gisha ? Gwen terus menggenggam tanganku, awalnya aku biarkan saja karena aku pikir ia sedang patah hati. Tapi alasan yang paling jujur adalah aku merasakan nyaman disana setelah terakhir kali aku merasakannya pada Nadine.
Saat kami sampai, aku melihat Nadine dan Devasya berciuman di depan mata kepalaku. Aku refleks langsung melepaskan tangan Gwen dan pergi menjauh. Aku menatap langit sambil menghirup dalamnya udara malam. Rasanya hatiku penuh dengan sesak, aku ingin lepas dari perasaan menjijikan ini. Jauh dalam hatiku aku ingin membiarkan Devasya dan Nadine bahagia tapi sisi gelapku yang lain terus seperti berkata Nadine hanya untukku.
Aku memejamkan mataku tapi beberapa detik kemudian aku merasakan tangan seseorang meraih pergelangan tanganku.
"Hatimu terluka lagi?"
Aku hanya diam menatap mata coklatnya. Ia langsung mengunci pandanganku dengan tatapannya.
"Tolong berhentilah terluka, hatimu terlalu halus untuk merasakan hal bodoh itu"
Akhirnya aku mengalihkan pandanganku, berusaha menekan rasa sesak hatiku. Namun kali ini tangannya menangkup wajahku.
"Jika kamu tidak bisa bahagia sendiri, saya mau bahagia bersama kamu. Jika kmu tidak tau caranya, saya mau belajar bersama denganmu. Jika kamu tidak tau bagaimana cara memunculkan perasaan itu, saya akan membuat perasaan itu muncul. Kamu, saya akan membuatmu jatuh cinta pada saya"
Mataku membulat sempurna dan aku sangat terkejut, bagaimana manusia menyebalkan dan dingin seperti dia dapat berkata seperti itu. Aku masih diam, dia perlahan melepaskan semua sentuhannya dan pergi meninggalkanku yang masih tak percaya dengan apa yang tadi terjadi.