Gwen dan Erina akhirnya pergi dari pesta pernikahan Gisha, mereka berjalan berdua keluar dengan diam. Gwen melihat Erina yang sedikit menggerakkan lehernya, mungkin ia lelah.
Gwen menarik lembut tangan Erina, Erina yang lelah hanya ikut saja dengan Gwen. Mereka sampai di salah satu kedai coffee, memesan coffee dengan rasa mereka masing - masing.
Mereka duduk saling berhadapan, Erina melihat coffee yang dipesan Gwen
"Americano..?" Tanya Erina
Gwen menoleh dan mengangguk bingung "Iya, kenapa?"
"Pahit, rasa macam apa ituu"
Gwen tersenyum kecil dan menyedot coffee nya
"kenapa responmu sama dengan Gisha? Americano nggak seburuk itu""Pait Gwen!"
"Engga, nih coba" Gwen menyodorkan coffee nya kearah Erina
Dengan ragu Erina menyedot sedikit coffee Gwen
"Akhh.. piuh.. pait Gwen!" Erina mengambil tissue dan menghapus sisa sisa kopi di bibirnya
Gwenpun tertawa melihat tingkah laku Erina "Hahaha .. dasar lemah, tapi udah tau pait masih aja mau coba lagi"
"Yakan siapa tau rasanya udah bedaa Gwen!"
Erina meminum coffee nya sendiri untuk menghilangkan rasa pahit coffee Americano yang gak terlalu dia suka
"Caramel Macchiato ?" Kini giliran Gwen yang bertanya
Erina mengangguk dan memejamkan matanya menikmati manisnya Caramel Macchiato yang ia pesan.
"Kenapa suka coffee itu?" Gwen kembali bertanya
"Nadine"
Gwen sedikit bingung dan hanya diam berharap Erina menjelaskan ada apa dengan Caramel Macchiato dan juga Nadine.
Erina membuka matanya dan melihat ekspresi penasaran Gwen, di tersenyum kecil dan melanjutkan kata - katanya
"Caramel Macchiato adalah satu - satunya coffee yang terus di pesan Nadine, Nadine tak pernah suka coffe tapi dengan manisnya Caramel Macchiato ia jatuh cinta. Sama sepertiku yang terus jatuh cinta saat menikmati betapa manisnya Nadine, hal - hal kecil yang dilakukan Nadine selalu melekat seperti manis caramel macchiato."
"Kamu lucu"
Erina menoleh bingung kepada Gwen, Gwen tersenyum dan menyenderkan badannya santai di kursi
"Maksudnya?"
"Maksudnya adalah, kenapa kamu dengan hebat nyuruh aku ninggalin Gisha dan move on dengan hidup baruku. Sedangkan kamu? Kamu masih saja melihat Nadine yang sudah bahagia dengan Devasya" kata Gwen sinis
"Aku hampir lupa kalau kamu semenyebalkan ini.."
"Tapi itu faktanya"
"Aku hanya merasa Nadine adalah milikku, aku berjuang untuk cintaku. Tapi Gisha? Gisha terlalu payah, belum sempat berjuang dia sudah menyerah"
"Stop berbicara seperti itu tentang Gisha. Kamu tak tahu apa - apa"
"Yayaa.. kamu juga tak tahu apa tentangku"
"Kenapa kamu ngga coba move on aja sih?"
"Dengan siapa? Tak ada yang seperti Nadine"
"Dengan saya"
Erina terkejut dan menoleh heran, menatap dari samping wajah Gwen yang songong itu.
"Apa kau gila?!"
