Nadine menoleh kearah Devasya, melihat wajah Devasya dengan lembut dan tersenyum simpul.
"kamu percaya gak kalau aku udah jatuh cinta sama kamu semenjak kita baru pembagian kelas? Eh maksudku bukan jatuh cinta tapi suka. Aku perhatiin semua yang ada di diri kamu dan aku entah dari mana tiba – tiba senyumku mengembang"
kini Devasya yang menoleh dengan tatapan nggak percaya kearah Nadine "kamu serius Nad?"
Nadine kembali tersenyum dan menatap lekat ke mata Devaysa "aku nggak pernah seserius ini Dev, tapi.."
Devasya tampak bingung, bola matanya bergetar seperti menunggu jawaban yang sangat ingin ia ketahui.
Nadine memalingkan matanya "Aku jatuh cinta sama kamu Dev, seiring berjalannya waktu. Kamu selalu berlindung di aku, manja ke aku dan seolah kamu selalu cemburu dengan semua teman yang deket ke aku... itu selalu buat aku berhayal kamu punya perasaan yang sama ke aku Dev. Tapi semuanya bener – bener cuma hayalan aku aja saat kamu ngerasa sangat – sangat jatuh cinta sama Wafda dan aku pernah bilang ke kamu kalau aku cemburu sama Wafda dan kamu bilang ke aku kalau aku gila cemburu sama cowok. Disana udah cukup, kayaknya kamu emang pantes jadi adik aku doang, hingga waktu hatiku aku rasa lagi terluka Erina dateng. Dia selalu ada buat aku, entahlah aku emang belum jatuh ke dia seperti aku jatuh ke kamu. Tapi terkadang dia juga membuatku gugup dan berusaha ikhlas melepaskan perasaanku ke kamu"
"Nad.." suara Devasya bergetar, dalam hatinya ingin sekali ia berteriak kalau sebenarnya ia juga sudah jatuh cinta dengan Nadine
Nadine menoleh lagi kemudian mengacak rambut Devasya "tapi kamu nggak perlu khawatir lagi, we're just friends and always be friends"
"but, I don't want to be your "just friends" " Devasya sedikit menekankan pengucapannya di kata – katanya barusan yang sukses membuat Nadine membulatkan matanya karena kaget sekaligus bingung.
"maksudmu Dev"
"kalau aku juga jatuh cinta sama kamu gimana Nad?" suara Devasya mulai bergetar
"itu nggak mungkin kan Dev, kamu suka banget sama Wafda bahkan setiap hari kamu cuma cerita tentang Wafda aja ke aku dan sialnya hatiku selalu berdebar karena kesakitan dan bodohnya aku harus tetap berusaha kalau aku nggak sedang terluka karena jatuh cinta sama kamu"
"Maafin aku Nad. Awalnya aku emang sayangnya sama Wafda tapi waktu buat aku sadar kalau yang sebenarnya aku sayang itu kamu Nad. Entahlah Nad, tapi aku ngerasa sakit kalau kamu bilang kamu jatuh cinta sama Erina. Aku suka kamu Nad and it's more than friends"
Nadine terdiam, ia seperti tak menyangka tentang apa yang di katakan oleh Devasya. Setiap kata – kata yang Devasya ucapkan seperti susuatu yang sebenarnya tak mungkin terjadi
"tapi kamu pacar Wafda Dev, kamu pasti sayang dia kan"
"sayang aku ke Wafda udah lama hilang Nad, mungkin aku pacaran sama Wafda hanya untuk nutupin betapa aku sayang sama kamu Nad"
Devasya kini memeluk Nadine yang ada disampingnya sedangkan yang dipeluk masih mematung.
"kamu tau Dev, mungkin ini namanya kebodohan yang benar – benar konyol. Aku kira ini hanya ada di film – film atau cerita – cerita dalam novel tapi nyatanya enggak. Jadi sebenarnya ini masalah keberanian yang belum ada pada diri kita masing – masing"
"terus sekarang gimana Nad, apa kamu udah gak sayang lagi sama aku?" Devasya mendongakkan kepalanya untuk melihat Nadine yang juga menatap ke arahnya
"aku sayang kamu Dev"
jantung Devasya berdetag tak karuan antara senang atau apalah ini
Nadine membenarkan anak rambut yang jatuh di pipi Devasya dan merapikannya sebelum akhirnya Nadine melanjutkan kata – katanya