Broke

3.7K 247 30
                                    

Gwen menikmati sorenya dengan sekaleng beer, menikmati bagaimana senja akan berakhir saat matahari tenggelam dengan keindahannya sendiri. Dia juga sadar bahkan semua sesuatu yang indahpun pasti berakhir, rasanya pengecut memang melarikan diri kesini tapi ia juga tau ini keputusan tepat untuk berhenti menyakiti hatinya sendiri.

Gwen melihat kapal baru sampai dan membawa beberapa dus dengan label kesehatan mungkin memang untuk medis disini, Gwen terus memperhatikan orang - orang yang keluar dari kapal itu hingga yang paling terakhir seorang wanita juga turun dari kapal bersamaan dengan tenggelamnya matahari senja itu hingga tak membuat jelas wajahnya terlihat.

Gwen kembali meneguk beer ditangannya, memejamkan matanya hingga dia merasa seseorang duduk disampingnya. Gwen menoleh dan ternyata Nadine, Gwen kembali memalingkan wajahnya dan menatap lurus kedepan.

"Ngapain" tanya Nadine

Gwen tak memperdulikannya, Gwen hanya terus meneguk beer kalengnya hingga habis.

"Jangan terlalu kaku Gwen, aku tau semua tentangmu. Gisha juga sahabatku, dan aku tau semua tentang kalian. Kenapa kamu mau pindah tugas kesini, kamu sudah menyerah sama Gisha?" Kali ini Suara Nadine tampak terdengar serius

Gwen tersenyum kecut, rasanya masih sangat nyeri kala ia mendengar nama itu. Gwen menggigit bibir bawahnya, rasanya ia tak mampu mengingat semuanya. Dia ingin lupa, iya lupaa.

"Aku sudah selesai sama dia" akhirnya Gwen berbicara

"Kenapa? Karena Gisha belum berani bersamamu?"

Gwen mengangguk "aku nggak pengin ngelepasin dia, tapi dia yang melepaskan diri dari aku"

"Aku rasa dia juga sedang menderita sekarang"

"Lebih baik sekarang kan, dia terlalu banyak terluka bersamaku. Dia akan menemukan laki - laki yang berhak bersamanya nanti dan sesuai pilihan keluarganya"

Rasanya sakit sekali telinga Nadine mendengar ucapan Gwen, ia tak tahu juga bagaimana hubungannya nanti dengan Devasya tapi dia tetap berharap semuanya ada jalan.

Nadine meninju pelan lengan Gwen, Gwen menatapnya. Nadine tersenyum tapi matanya sedikit memerah, Nadine bukan orang baru bagi Gwen tapi sayangnya Nadine juga mengingatkannya pada Gisha.

Disatu sisi Nadine juga merasa iba dengan keadaan mereka yang benar - benar harus terpisah hanya karena keadaan orang tua, ia kenal Gisha dari bangku kuliah hingga Nadine tau jika Gisha pacar Gwen bahkan ia tak menyangka akan mendapatkan pekerjaan yang sama dengan Gwen, ia tau bagaimana kisah cinta mereka yang bergitu harmonis dan kadang membuatnya iri kala merindukan Devasya disampingnya.

"Jangan kasian sama aku Nad"

Nadine menoleh, ingin rasanya ia tendang pantat kampret satu ini tapi untungnya itu hanya ingin.

"Aku mencintainya bukan untuk putus, aku mencintainya bukan untuk patah hati Nad. Aku mencintainya untuk terus mencintainya Nad, aku mencintainya untuk terus bersamanya"

"Bodoh, jika kamu mencintainya untuk terus bersamanya kenapa kamu menyerah" Nadine menarik kerah baju Gwen

Gwen menghempaskan tangan Nadine kasar "Aku lelah seperti orang bodoh Nad, aku lelah berjuang sendiri. Kau tau bagaimana Gisha hanya diam!"

"Cihh, kau tau apa tentang Gisha yang diam. Kau tau apa tentang dia. Dia menjagamu!" Emosi Nadine tersulut

Gwen hanya diam, tatapannya tak berpaling.

"Gisha juga menangis, dia juga menderita. Aku bahkan gak tau dia gimana sekarang di Belanda. Kenapa kalian sama - sama lari"

"Aku gak takut dengan keluarganya, aku gak perlu dia menjagaku. Keluargaku bahkan gak seremeh itu, kau tau itu Nad. Aku hanya tak mau bergantung dengan uang mereka, tapi Gisha terlalu cepat menyimpulkan jika dengan dia pergi dia akan membuatku bahagia"

AlmostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang