PART 3 : "Malam Kenangan"

60 5 0
                                    

Waktu itu 13 tahun lalu, ketika mereka berusia 12 tahun. Mereka bermain lempar batu pecah piring dengan bola kasti.

 Mereka bermain lempar batu pecah piring dengan bola kasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permainan Lempar Batu Pecah piring

Sumber Foto: http://wajidw29.blogspot.co.id

"Kau tau Kenang, berapa batu yang bisa aku lompati?" kata Merah suatu hari di masa itu. Berjaketkan merahnya. Ia memang suka memakai baju berwarna merah. Mungkin dia setia dengan namanya. Atau mungkin mamanya yang memakaikan warna itu padanya karena ia menyukainya. Entahlah. Tapi warna itu memang cocok untuknya.

Kenangan cuma bisa menggeleng dengan muka bodoh. Sebenarnya dia tidak perduli anak tengil itu bisa melompati berapa batu. Memang apa urusannya.

"Aku bisa lompat yang tinggiiii.." katanya kemudian melompati tumpukan batu bata yang kira-kira 40 cm tingginya. Permainan ini memang tentang menumpuk batu-batu lalu melemparnya dengan bola kasti. Tapi anak ini malah melompat-lompat tidak jelas. Bangganya Merah melompat dan mendarat dengan kaki satu sambil bergaya konyol.

Hari itu adalah hari yang lain ketika teman-teman sekompleksnya bermain bersama di halaman rumah Kenangan. Semua hadir. Dan sepakat untuk bermain lempar batu pecah piring. Merah satu tim dengan Matari, Lili dan Langit. Sedangkan Kenangan bersama Malam, Bumi, dan Bintang. Permainan itu sudah dimenangkan oleh regu Kenangan 3-2. Namun Merah bertingkah setelahnya.

"..kau memang terlalu pendek. Tidak punya harapan bertumbuh ke atas" tertawa cekikikan bersama satu gengnya. Memang anak ini sengaja mengolok-ngolok Kenangan. Mungkin hidupnya tidak bahagia jika tidak begitu. Padahal Kenangan terkenal tinggi dibanding dengan anak-anak perempuan lain.

"Heiii.. liat aja aku bisa lompat lebih tinggi juga!" tanpa aba-aba Kenangan langsung melarikan kakinya. Berjuang melompati batu-batu itu. Berusaha tidak menyentuhkan kaki-kakinya namun..........Brakkkk.. Saking ingin memperlihatkan kemahirannya melompat, Kenangan terlalu terburu-buru.

"Huaaaaa... nangis.. nangis..." nyanyi teman-teman main yang lain sambil menunjuk-nunjuk menuduh Merah. Malam dan Matari langsung berlari kecil mendekati Kenangan yang terjatuh. Takut temannya itu kenapa-kenapa.

Anak tengil itu malah cuma memeletkan lidah kearah Kenangan yang terduduk di tanah mengusap-ngusap lututnya yang terluka kecil. Lalu berlari-lari riang keliling halaman seakan-akan dia mendapatkan home run seperti di permainan baseball.

Mata Kenangan berkaca-kaca tapi airmata itu tertahan karena ledekan teman-teman lain membuatnya malu. "Meraaaaah.... " teriak Kenangan kesal.

Merah terkikik geli melarikan diri sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

*****

"Kapan coba ma hidup Kenangan bisa tenang kalau punya teman seperti itu" Kenangan nangis sampai sesenggukan bercerita ke mama di kamar orangtuanya. Malam itu papa masih di kantor. Jadi dia punya waktu ngadu ke mama soal itu.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang