Matari (15thn) tau hari ini Merah sedang jalan dengan anak perempuan dari kelas 2A. Si anak cantik dan pintar berkacamata. Nama panggilannya 'Dandel', dari bunga Dandelion. Ia sangat tidak suka pada Dandel karena sering bicara besar pada teman-temannya kalau dia dan Merah sudah jadian. Padahal kan Merah baru mengajaknya jalan hari ini. Hu-uh.
Di tengah Kota Lilin dibangun sebuah taman yang cukup besar untuk warga berolahraga atau sekedar duduk-duduk menikmati hari di pagi sampai malam hari. Tempat itu cukup nyaman. Kesitulah Merah membawa Dandel sepulang sekolah. Tepatnya di salah satu bangku taman itu.
"Ini.. aku tadi beli es krim rasa coklat. Kau pasti suka" kekehnya sambil menyodorkan es krim bercorong yang terlihat menggiurkan itu karena sore ini agak sedikit panas.
Dandel mengambilnya sambil tersenyum malu-malu pada Merah.
" Enak ?" Merah memakan es-nya dengan lahap. Dan bergidik lucu karena dia terkena brain freeze. Lalu tergelak sendiri. Mengerling ke Dandel.
Dandel pun tertawa kecil melihat kelakuan Merah. Ia terlihat sangat terpesona dengan sosok Merah yang ada disampingnya itu. " Setelah dari sini kau akan membawaku kemana lagi Mer?"
Menaikkan alisnya. Berpikir. " Apa kau mau menonton?"
"Menonton film apa? apa ada yang bagus hari ini?" Dandel terlihat bersemangat
Menggeleng "Bukan. Menonton bola di stadion utama kota. Club bola temanku hari ini pertandingan"
Mendengus kesal " Kenapa nonton bola sih? Kan tidak ada romantis-romantisnya. Kenapa tidak nonton film saja?" Dandel jadi merengut.
Merah terkekeh "mungkin.. lain kali ya?" sambil nyengir
"Meeeer... aku butuh bantuanmu?" entah dari mana datangnya, Matari sudah nongol di hadapan mereka sambil berkacak pinggang. Tentu saja Dandel terperangah melihat ketidak sopanan Matari yang datang tidak diundang.
"Hei Matari. Kenapa?" Merah berdiri. Kaget.
Melirik tajam sekilas ke Dandel kemudian membuang muka cuek . Sengaja mengintimidasi."Aku butuh kau pokoknya. Ikuti aku sekarang" Menarik lengan Merah tanpa aba-aba.
Merah dipaksa berjalan dengan wajah yang masih bingung. Mau tidak mau melambaikan tangan kepada Dandel yang bengong tak percaya di bangku taman. Berani-beraninya Matari melakukan itu.
***
Di sekolah keesokan harinya pada jam istirahat. Terlihat kerumunan siswa siswi yang semakin lama semakin banyak itu di depan kelas 3A. Menutupi suatu adegan yang sangat jarang terjadi di sekolah SMP 1 Kota Lilin. 2 makhluk perempuan, tepatnya, Matari dan Dandel sedang jambak-jambakan dengan semangat membara. Sepertinya tidak akan ada yang berhenti jika darah belum tertumpah disitu.
"Beraninya kau merusak acara pacaranku?" menarik rambut Matari kasar. Sedangkan satu tangan Matari juga sudah dari tadi mencengkeram kerah baju dan tangannya yang lain menjambak rambut Dandel.
Matari menarik Dandel lebih dekat ke depan wajahnya. Sehingga dia bisa melihat bola mata Dandel dengan jelas " Siapa kau yang ngaku-ngaku Merah pacarmu? Diajak jalan aja baru kemarin. Kau kira Merah menyukaimu. Dasar perempuan pembohong besar!"
"Kau yang banyak Bacot! Ngaku-ngaku teman Merah. Bilang aja kalau kau suka padanya. Perempuan Jalang munafik!" jerit Dandel berang. Mendorong Matari kasar dan menahannya ke dinding kelas yang ada di belakang Matari.
Sorakan-sorakan anak-anak mulai terdengar bising. Tidak ada yang berani melerainya. Mereka berdua juga sepertinya sangat panas sekali beradu mulut sambil jambak-jambakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersemu Merah
FantasyKenangan kecil mengalami tragedi yang sangat menyedihkan. Namun masa itu seperti menghilang dari ingatannya karena seorang sahabat kecil bernama Merah William Atmaja. Anak itu menarik dia keluar dari bayang-bayang gelap mimpi buruk suram. Mengubahn...