"Aku tidak percaya kau membatalkan acara dating kita begitu saja hanya karena temanmu ada yang terjatuh!" Bentak Liliana pada Merah. Kesal. Pacarnya itu tampak seperti perempuan yang cemburu berat. Dan.. dia masih melanjutkan dengan betapa dia sangat kecewa.. bla..bla.. bla..
Mereka sedang berada di apartemen Merah pagi ini. Liliana tiba-tiba datang menggedor pintunya tepat ketika dia mau berangkat kerja. Merah tidak tau harus berkata apa dengan pandangan tajam Liliana. Memang sih, ia tidak seharusnya membatalkan kencan indah mereka kemarin.
Tapi, kenapa Liliana begitu marah padahal dia kan sudah bilang kalau dia membantu temannya yang terjatuh. Apa tidak sedikitpun perempuan ini memiliki rasa kemanusiaan?
Menghela nafas berat. Ia duduk di atas kasur memandangi karpet berbulu miliknya. Hanya sabar menunggu sampai kalimat-kalimat amarah Liliana selesai.
"... dan.. aku sungguh saaaaangat kecewa padamu Will!" terduduk di atas kasur samping Merah. Sengaja membuang muka ke arah lain.
" Baiklah.. kau sudah selesai?" masih menatap ke karpetnya. Dia sebenarnya sekalian mau memeriksa apa karpetnya sudah dibersihkan minggu ini sama staf cleaner yang dia bayar melalui apartemen agar tidak berdebu.
Merengut manja "Sudah.." Menatap Merah lagi.
"Apa yang bisa membuatmu tidak marah lagi padaku?" membalas tatapan Liliana dengan senyuman manisnya. Kali ini dia sengaja menggoda Liliana. Bukan mau memberikan alasan terbaiknya untuk mengelak dari cecaran amarah pacarnya itu. Untuknya tidak penting menjawab. Karena dia tau Liliana tidak akan bisa menerima alasan yang sebenarnya dia sendiri tidak yakin. Liliana orang yang sangat kritis dengan alasan.
Liliana langsung tersenyum dan mengalungkan lengannya ke lengan Merah manja. "Kau harus membayar mahal untuk itu" godanya.
"Dengan ini?" mengecup kening Liliana cepat lalu melompat berdiri dan terkekeh geli
Merengut " Ga cukuuup.." Menarik lengan Merah manja sambil memonyongkan mulutnya.
Tertawa kecil lalu menarik Liliana berdiri dari kasur. Memeluknya erat. Liliana sudah dari tadi menggeliat tidak sabar ingin mencium Merah lagi. Dan Merah tau Liliana berharap lebih dari sekedar ciuman di kening. Namun Merah tetap terus memeluknya begitu erat sehingga Liliana tidak bisa bergerak.
"Aku mau kerja Liliana. Dan aku tidak bisa bekerja kalau kau terus menciumiku. Apalagi dalam apartemen ini" kekehnya. Perlahan melepas pelukannya setelah dia tau Liliana tidak lagi gelisah.
Mendengus kesal. Lalu melotot tidak senang pada Merah. Seakan-akan Merah melakukan kesalahan yang sangat besar padanya.
Ia cuek. Mengambil tas laptop. Menarik tangan Liliana cepat. Kemudian berjalan ke pintu. Liliana mau tidak mau mengikutinya tanpa berkata sepatah katapun. Merah yakin dia saat ini sedang menggerutu dalam hati.
Setelah mengunci pintu apartemennya. Merah menarik lengan Liliana dan menahan badan pacarnya itu di pintu. Lalu menciumnya mesra sebentar di bibir. Sebelum Liliana sempat menyadari apa yang terjadi, Merah meninggalkannya sambil tertawa kecil. Sengaja mengganggu biar Liliana makin penasaran padanya.
Liliana buru-buru mengejar. Mengalungkan kembali tangannya ke lengan Merah yang masih saja tertawa geli setelah melihat rengutan manja dan pelototan mata Liliana padanya. Ia yakin, pacarnya ini pasti sudah tidak marah. Malah makin jatuh padanya. Merah.. kau sangat nakal gelaknya dalam hati.
****
"Kenang.. bagaimana kelanjutan kerjasama dengan majalah Travalone itu? Aku sudah tidak sabar mendengar hasil meeting kalian" ujar bosnya Leon Jatmiko beberapa hari setelah hari dia bertemu Merah di restoran Ramen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersemu Merah
FantasyKenangan kecil mengalami tragedi yang sangat menyedihkan. Namun masa itu seperti menghilang dari ingatannya karena seorang sahabat kecil bernama Merah William Atmaja. Anak itu menarik dia keluar dari bayang-bayang gelap mimpi buruk suram. Mengubahn...