PART 24: Terapung

31 4 4
                                    


Ketika Kenang membuka mata, di kanan kiri sudah banyak kapal-kapal yang menempel ke perahu yang mereka tumpangi itu. Apa mereka datang membantu kami? Perasaannya lega sekarang.

Namun ia tersadar. Ini kepalanya sedang ditidurkan di pangkuan siapa? Kevin berada di depannya menyelonjorkan kaki dan tertidur lelap. Diamatinya satu-satu yang bisa ia lihat di depannya masih sambil menidurkan kepalanya yang terasa berat.

Alfred dan seorang awak kapal ada di sebelah kiri perahu sedang bergurau dengan perahu-perahu di sampingnya. Dan awak lain di kanan juga sedang ngobrol asik. Di ujung ada Weasley yang memotret dengan kamera besar. Gambar apa yang bisa ia tangkap dengan cahaya minim ini?

Tunggu. Tunggu. Bukan itu yang harus kupikirkan sekarang.

Yang dia sandari ini siapa? Panik. Mana tangan orang ini meletakkan tangannya di atas pinggangnya. Oh, jantung. Diam. Jangan berisik. Kau harus diam supaya orang ini tidak menyadari kalau aku sudah bangun!

Sial! Menutup matanya kuat-kuat dan menahan nafasnya seakan-akan jantungnya bisa berdetak dengan normal jika ia melakukan itu.

Perlahan-lahan memutar badannya agar wajahnya menghadap ke atas. Membuka matanya sangaaaat pelan. Menyipitkannya untuk mengintip.

Hah! Mata mereka bertemu.

Sedetik...Dua detik...Tiga detik... Padahal Kenang sudah menahan nafasnya dari tadi agar orang itu tidak tau bahwa ia sudah bangun. Bola matanya membesar. Mulutnya membuka sedikit. Mungkin saat ini mukanya merah, semerah-merahnya.

"Kau sudah baikan?" Pria itu menegakkan duduknya pada tiang atap yang dari tadi di sandarinya. Meringis sedikit. Mungkin punggungnya sakit berjam-jam kena tiang itu.

Kenang menelan ludah. Gugup. Berusaha menyetel wajah datarnya.

Namun, tangan Merah sudah menutup kedua matanya dengan telapak tangan "Tidurlah lagi kalau kau masih tidak enak badan"

Oh, Menepis pelan lengan Merah. Membangunkan badannya. Grogi karena diperlakukan seperti itu oleh Merah " ak..aku udah sehat kok!"

"Mukamu masih pucat. Tidak apa-apa, tidurlah lagi" menarik bahunya agar menidurkan kembali kepalanya ke atas pangkuan Merah.

Kenang yang masih tidak tau berbuat apa-apa hanya manut saja dengan patuh. Menidurkan dirinya. Kembali ke posisinya pertama. Tidur menyamping. Kenangan sangat tidak yakin dia bisa menyembunyikan rasa gugupnya jika dia tidur telentang menghadapkan wajahnya ke arah Merah.

Ditutupnya mata itu erat-erat. Bernafas dengan sangat hati-hati. Tapi seberapa kuatpun keinginannya untuk tidur, kesadarannya tetap membandel. Ia tidak mau menyerah.

"Ada apa dengan perahu-perahu itu?" Lebih baik mengajaknya bicara untuk menenangkan diri, pikir Kenang.

"Oo, perahu-perahu itu nelayan yang suka rela menemani kapal ini dan mengontak teman-teman mereka membawakan bahan bakar dari pulau terdekat. Sebenarnya dari tadi adalah momen yang tepat untuk kau lihat agar bisa menulis hal-hal yang luar biasa ini di majalahmu. Tapi, kau dan Kevin sama saja. Tepar" tergelak dan mencibir pada Kenang.

Merengut " Memangnya siapa yang minta sakit?" orang ini malah meledeknya.

Oh tidak!! Perutnya berbunyi. Ia sontak memegangi perutnya. Apa Merah tadi dengar? Semoga tidak. Suara-suara di luar ini sangat berisik tidak mungkin ia dengar pikirnya. Mukanya makin mengerucut malu.

Pria itu tertawa kecil.

Sial, dia dengar. Mengutuki dirinya.

"Aku juga lapar. Tapi, sayangnya aku tidak punya coklat untuk aku berikan padamu" suara itu terdengar prihatin.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang