PART 10: Pertemuan

29 2 0
                                    

Terima kasih untuk para pengikut dan readers. Selamat membaca! ^_^

-----------------------------------------------------------

William tercengang lama melihat sosok perempuan yang ada di hadapannya. Perempuan itu tidak perlu repot-repot memperkenalkan diri. William tau siapa dia. Dia benar-benar belum mempersiapkan diri jika hal ini terjadi suatu hari. Perempuan yang sudah lama tidak ia temui.

Wajahnya tidak jauh berbeda dengan dulu. Masih manis dan cantik sekaligus. Dengan hidungnya yang sekarang terlihat lebih mancung. Jelas lebih dewasa dan bukan anak-anak lagi.

Apa dia harus pura-pura tidak kenal? Hah.. dasar bodoh. Tidak mungkin juga dia pura-pura tidak kenal setelah menatapnya lama seperti itu.

"Hai... " mengangkat tangannya dengan senyum kaku.

Kenangan tersenyum gugup menanggapi sapaan Merah. "Apa.. kabar?"

Mengangguk-angguk pelan "Baik" Rasanya canggung sekali. Bertemu dengan orang yang sudah lama sekali tidak bertemu. Apa yang harus dia katakan lagi.

Mereka berdua hanya berdiri canggung. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kenapa Kenangan bisa tau kalau aku di kota ini? Ahhh... Matariii.. jangan-jangan orang yang dia bilang datang ke Kota Lilin adalah Kenangan. Hah. Memegang leher belakangnya. Tiba-tiba dia merasa aliran darah mengalir mentok ke ujung otaknya memikirkan tindakan Matari yang sangat..sangat membuat dia kesal.

"Maaf.. kalau aku tiba-tiba datang menemuimu. Aku, sungguh baru tau kalau kau juga tinggal di kota ini. Karena itu.. aku datang" merasa kalau Merah tidak menginginkan kedatangannya.

Tingkah laku Merah saat ini memang bukan seperti orang yang sangat senang bertemu dengan teman lama. Ia sadar itu.

"haa.. aku juga minta maaf. Aku cuma capek karena seharian bekerja" lalu mengambil tempat duduk di sisi kiri Kenang.

"Tidak apa-apa, Mer. Aku juga harusnya tidak datang malam-malam begini. Tadi aku ke.." Tampak kebingungan

".. ke rumah teman di sekitar sini. Dan.. aku pikir, aku bisa sekalian bertemu denganmu. Kukira kau sedang di rumah" suaranya sedikit bergetar.

Merah mengernyitkan dahi. Barusan tadi resepsionisnya bilang bahwa perempuan ini menunggunya dari tadi. "Oo... kau punya teman juga daerah sini. Kabarmu bagaimana?" tanyanya datar.

"Aku baik" Ia tersenyum sambil menatap Merah lama.

Merah jadi gugup karena diamati seperti itu " Senang bertemu denganmu Kenang" memaksakan senyumnya.

Memperbaiki duduknya. Dan tersenyum tolol. "Aku juga"

Merah tersenyum tipis menanggapi perempuan di depannya itu. Ada perasaan jengah dan tidak ingin berlama-lama bersamanya. Namun, ada juga perasaan lain yang begitu besar bermunculan.

Suasana kembali sepi. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Tiba-tiba Merah terkekeh "Aku juga? Apanya?" Kenapa insting isengnya tiba-tiba muncul. Sama sekali tidak bisa ia tahan.

"Hah?" Kata Kenang dengan ekspresi bodohnya

"Kalau aku mengatakan kalimat seperti 'aku mencintaimu'. Kau baru menjawabnya dengan 'aku juga' Kenang" Menaikkan alisnya sambil terkekeh geli.

Menelengkan kepalanya. Tampak ia sedang terpana akan perkataan Merah barusan.

"Kenang.. kau sama sekali tidak berubah. Persis seperti dulu. Gampang di bully" Sambil terkikik senang.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang