PART 28: Mimpi buruk akankah berakhir

25 3 0
                                    

Kenangan terkejut ketika baru saja kakinya menjejakkan langkahnya di pintu rumah sepulang dari Bajo, mama dan Masa terlihat duduk di ruang tamu dengan wajah yang tegang memandanginya masuk. Tidak seperti biasanya mama di rumah jam 6 sore begini.

"Hai ma.. " lirikannya ke Masa mencoba meminta jawaban tentang apa yang terjadi. Namun Masa malah menoleh ke mamanya.

"Sayang, duduk dulu. Kita bicara sebentar boleh?" menepuk tempat di sampingnya agar duduk disitu.

"Kenapa ma? Tegang amat kelihatannya? Apa ada yang terjadi dengan bisnis mama? Atau jangan-jangan kau Masa?" memelototi adiknya. Tapi adiknya menggeleng pelan.

Perasaannya gamang. Sesuatu yang membuat dirinya sangat risih dengan keadaan hening itu. Sama sekali tidak biasa.

Mamanya memberikan dia surat dan sekilas lambang dari kepolisian terlihat di ujung surat. Dahinya mengernyit.

"Surat itu dari kepolisian Kota Lilin Kenang"

Kota Lilin? wajahnya menegang. Dibukanya surat itu pelan. Mencoba membaca satu persatu kalimat disitu tapi dia sama sekali tidak bisa mencerna apa isinya. Lama ia mematung memandangi kertas itu.

Masa mengambilnya" Kak, kepolisian meminta kakak untuk datang ke Kota Lilin secepatnya untuk mengidentifikasi pelaku pembunuhan 13 tahun lalu" mengamati perubahan ekspresi Kenang yang sekarang memandangnya datar. Tapi jelas terlihat kedua tangannya gemetar.

"Sebenarnya sudah beberapa kali pihak kepolisian mengabari mama. Tante Binar juga sudah menghubungi soal polisi meminta kamu untuk terbang ke Kota Lilin. Penyelidikan kembali di buka ketika mereka menemukan kembali kasus yang sama di kota itu beberapa bulan lalu"

"Tepat ketika kita pulang ke Kota Lilin investigasinya di buka kembali. Namun, mereka belum menemukan petunjuk yang cukup untuk melakukan apapun karena itu mama belum memberitahumu. Sekarang sepertinya mereka sudah menemukan pelakunya tapi belum cukup saksi-saksi yang menguatkan. Namun bukti sudah banyak, mereka hanya membutuhkan saksi-saksi"

"Cepat atau lambat kau harus menghadapinya kak" ujarnya iba.

"Aku baik-baik saja, Sa. Akan kulakukan!" Mengepalkan tangannya kuat.

" Mama akan menemanimu. Kau tidak perlu khawatir" lalu menepuk-nepuk lengannya pelan. Kemudian menariknya dalam pelukan penuh rasa sayang.

"Tidak apa-apa ma. Kenang bisa sendiri. Ada Matari juga disana. Dia pasti bisa menemani Kenangan. Mama sangat sibuk disini tidak akan bisa ditinggal. Masa juga kerja. Lebih baik Kenangan sendirian yang terbang ke Kota Lilin. Hanya sebentar kok. " Pelan memisahkan diri dari pelukan itu

"Kak, apa kau yakin?"

Terkekeh" Aku sudah tidak apa-apa kok, Sa. Lagipula aku.. aku senang akhirnya orang itu bisa tertangkap setelah belasan tahun ini" menatap mama dan Masa bergantian dengan senyuman miris. Sebenarnya ia tidak yakin kalau dia pergi sendiri apa dia berani menghadapinya.

"Apa kau pikir kami tidak tau kalau kau mengalami trauma berat dari kejadian itu? kau pikir kami tidak bisa merasakan kau berjuang sendiri untuk menghadapi trauma-mu kak?" wajahnya sedih.

Ia terpana. Berarti selama ini mereka tau?

Mama menepuk-nepuk paha Masa supaya dia tenang " Kenang, kau tidak sendiri nak. Kau tidak perlu menanggung bebanmu sendiri lagi. Kami bisa menolongmu kalau kau mau. Mama minta maaf jika selama ini tidak pernah mengerti akan situasimu atau membantumu melewatinya karena kesibukan mama dengan pekerjaan" menatapnya dengan mata yang mulai berair sambil menyisipkan rambut Kenang ke belakang telinga.

Memandang balik mama "Ma... Kalian tidak perlu khawatir. Aku bisa menghadapinya sendiri. Aku tidak seperti dulu lagi. Percayalah padaku" kembali memandang satu persatu mata mama dan Masa dengan senyuman lembut di bibirnya. Aku bisa. Aku tidak takut lagi. Meyakinkan dirinya sendiri.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang