"Apa kau tidak datang dengan Masa atau mamamu? Kau yakin kau tidak takut Kenang?" tantenya dari sejak kemarin malam selalu saja mengulang-ulang pertanyaan itu.
"Kau kira gampang sekali menghadapi penjahat di dalam kantor polisi seperti itu, walaupun mereka di dalam penjara. Kau harusnya membawa mamamu Amari, atau Masa. Tidak usah sok-sok berani!"
Iya, dia tau dia pasti ketakutan. Sekarang saja jantungnya berdetak tidak seirama. Kaki dan tangannya dingin. Ia sungguh tidak selera makan pagi ini mengingat apa yang akan dia hadapi siang nanti. Perutnya seperti melilit.
Tapi, kalau dia tidak makan dia bisa pingsan sebelum masuk ruangan polisi. Sementara tantenya ini mengoceh tidak henti-henti sambil menyajikan sarapan pagi dengan kalimat yang serupa tapi tidak sama. Cuma membolak-balik kalimatnya yang sangat mengganggu di telinga Kenangan. Dia hanya diam saja. Sekali-kali mengangguk. Apa tantenya ini tidak bisa diam ya? iya.. iya.. dia takut. Namun kan harus dihadapi juga. Hu-uh.
Setelah sarapan yang penuh dengan wejangan-wejangan itu, Kenangan mendudukkan dirinya di beranda depan rumah tantenya. Sebisa mungkin menghindar berada dekat tante Binar. Ia memang tidak bisa menghadapi orang yang terlalu banyak bicara dan menuntut, selalu mendominasi pembicaraan. Meskipun sekarang jauh lebih baik.
Sempat terpikir juga, apa dia menelfon Matari saja. Kalau Matari tau dia ke kota Lilin tanpa memberitahunya dia pasti marah pada Kenangan. Tapi kenangan tidak sedang ingin dimarahi, Dia sedang tidak ingin di ceramahi. Sebaiknya tidak usah memberitahunya pikir Kenang. Menatap ke bunga-bunga warna-warni taman depan beranda tante Binar.
***
Memasuki gerbang kantor polisi terbesar di Kota Lilin itu menimbulkan kewaspadaan yang tinggi. Meskipun dia melihat banyak orang berbaju seragam berlalu lalang dari tadi, namun, dia tetap tidak bisa menyingkirkan pikiran bahwa sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang yang menjadi mimpi terburuknya. Merusak masa kecilnya. Merusak ingatannya tentang masa kecil yang indah.
Kantor Polisi Kota Lilin
Sumber foto: http://terminal4d.org/blog/prediksi-togel-hongkong-senin-27-maret-2017/
Karena dia berjalan sangat pelan dan melihat orang-orang yang melewatinya dengan mata yang takut sesekali menunduk, orang-orang disitu balik memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan curiga.
"Mau bertemu dengan siapa nona?" tanya seorang polisi di depannya dengan suara tegas.
"Hah, emmm..saya di minta kemari.." menunjukkan surat yang dikirimkan kepadanya ke petugas itu.
Mengangguk sambil tersenyum " Tunggu di ruang tunggu saja. Nanti dipanggil" meninggalkannya sambil membawa surat yang diberi Kenang.
Kenangan lalu masuk menuju ruangan tunggu di depannya. Banyak sekali yang sudah duduk disitu dengan berbagai keperluan. Untungnya dia tidak disuruh ke ruang tunggu yang di sebelah kanan. Karena harus mengambil nomor urut. Dan, nomor urutnya sudah yang ke 200-an. Ia tadi seklias melihat layarnya. Seperti mengantri di bank atau rumah sakit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersemu Merah
FantasiKenangan kecil mengalami tragedi yang sangat menyedihkan. Namun masa itu seperti menghilang dari ingatannya karena seorang sahabat kecil bernama Merah William Atmaja. Anak itu menarik dia keluar dari bayang-bayang gelap mimpi buruk suram. Mengubahn...