PART 4: Bumi Perkemahan

46 4 1
                                    

Sudah hampir 3 tahun berlalu. Kenangan (12 thn) makin akrab saja dengan ke 7 orang temannya. Namun tahun ini Bintang dan Langit harus pergi mengikuti orangtuanya yang pindah tugas ke Pulau Ujung Timur.

Sudah berbulan-bulan mereka bersedih karena kedua sahabat ini akan pergi. Tapi tetap saja jadwal bermain mereka tidak pernah batal. Seperti hari ini, sepulang sekolah Kenangan langsung mengumpulkan anjing-anjingnya. Mengabsen mereka satu persatu. Lalu memberikan wejangan-wejangan seakan-akan anjing itu mengerti yang dikatakan tuannya. Mereka melompat-lompat kesana kemari. Menyalak jinak. Ada pula yang menggosok-gosokkan badannya ke badan Kenang. Kenang menggeliat geli.

"Pokoknya hari ini kita akan bermain bersama anak-anak lain. Jadi jangan kemana-mana ya?" titahnya kepada para prajurit berkaki empatnya. Lalu berlari ke arah Rimbun dan memanjat cepat. Diikuti oleh anjing-anjing setianya dari belakang yang hanya bisa menyalak-nyalak dari bawah pohon karena tidak bisa naik bersamanya.

Kenangan meneropong dengan tangannya ke arah jalanan. Siapa tau teman-temannya sudah di jalan. Tapi ternyata belum kelihatan satupun orang-orang itu menuju ke pekarangan rumahnya. Iapun memutuskan untuk berbaring sebentar bersama Rimbun. Tidak terasa Kenangan pun tertidur. Angin yang sejuk meninabobokkan dia. Sepertinya Rimbun juga ikutan memberikan suara-suara gemerisik daun agar membuainya masuk ke alam mimpi.

Tidak beberapa lama kemudian, samar-samar terdengar suara cekikikan di kedua telinga Kenangan. Kenangan mengibas-ngibaskan tangannya. Dia kira ada nyamuk. Suara cekikikan pun kembali terdengar.

"Kenangaaaan.." bisik seseorang pelan. Diikuti suara tawa yang semakin besar. Anak itu memain-mainkan jari-jarinya di atas mata Kenangan. Sambil memperlihatkan wajah konyol kepada yang lain.

Kenangan perlahan membuka kedua kelopak matanya. Mengusap-usapnya pelan. "Oh.. kalian?" mendudukkan dirinya dengan susah payah.

"Oooh kaliaaan?" kekehnya mengulang kalimat Kenangan.

Kenangan tersenyum lebar. "Maaf.. aku ketiduran"

Anak-anak yang lain cekikikan menertawai Kenangan yang baru sadar kalau dari tadi dia diledek dan dikerjai Merah. "Meraaaah.. dasar kau tengil!" melompat dari batang Rimbun ke tanah dibawahnya dengan lincah. Merah hanya memeletkan lidahnya dan berlarian menghindar dari apapun yang akan dilakukan Kenangan selanjutnya padanya.

Setelah lelah seharian berlarian dengan anjing-anjing Kenangan. Merekapun menghempaskan dirinya ke halaman yang berumput itu sambil ngos-ngosan. Anjing-anjing itupun langsung mengerumuni mereka. Seperti hendak menggelitiki mereka satu persatu dengan moncongnya. Merekapun tergelak dan cekikikan geli menghadapi anjing-anjing yang tidak mau berhenti menggoda mereka.

"Jadi si putih ini pemimpin mereka ya Kenang?" tanya Malam pada Kenang sambil mengelus-elus si putih yang kalem dan duduk di depan Malam yang sedang berlutut dibelakangnya. Si putih memang besar, kekar dan anjing yang tampan kata Kenang. Rahangnya yang besar membuatnya menjadi anjing yang gagah.

Kenangan mengangguk riang. Saat ini ia sedang menarik-narik si Merah yang meloncat-loncat tidak jelas karena masih mau mengajaknya bermain. "Dia kaptennya" menunjuk ke si putih.

"Kalau yang ini?" tanya Langit menggoyang-goyangkan kepala si kuning ke kanan dan ke kiri membuat si kuning pusing. Terlihat dari dia memutar bola matanya dan mengkaing pelan. Menjilat-jilat tangan Langit.

Kenang tergelak "Dia anjing penyayang. Kalau ada yang sakit dia pasti menjilat-jilat temannya itu. Mungkin dia mau mengatakan cepat sembuh ya?" terkikik.

"Kalo yang ini sifatnya kayanya sama seperti Merah. Tidak bisa diam!" ujar Matari mencibir ke arah Merah. Ketika mau menarik si Merah, ia menghindar dan menggonggongnya riang. Berlari-lari keliling halaman. Melompat-lompat. Merah dan semua anak-anak disitupun ngakak sampai sakit perut.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang