PART 7: Kertas Kumal

48 4 0
                                    

"Will ... kau lagi apa? bengong liat kertas kumal itu terus dari tadi?" seorang temannya memukul pundaknya dari belakang. Dia memang dari tadi dengar temannya itu sedang sibuk wara wiri di belakang. Cuma kertas itu memang selalu membuatnya terdiam sebentar setiap kali melihatnya. Disimpannya kembali surat itu ke selipan agenda hitam di lacinya.

Menatap temannya malas " Punya waktu sediiiikit saja sendiri kau sudah berkicau. Kenapa? kenapaaa.. bosan?" Temannya itu tergelak melihat William menatapnya dengan tampang malas. Ia malah makin merengut.

"Kau mengundangku ke apartemenmu bukannya untuk kasi tunjuk portfolio? Mana?" memukulkan majalah ke pundak William pelan sambil terkekeh karena dalam waktu bersamaan temannya itu berhasil mengelak.

"Iyaaaa.. bentar!" diambilnya buku berbentuk album foto di laci tempat dia menyimpan buku hitam tadi. Melemparkannya pada temannya yang bernama Rendi. Ia seorang editor di salah satu perusahaan majalah kuliner di Pulau Ujung Selatan Kota Emas. Ini adalah kota metropolitan dan William sangat ingin kembali kesana.

Kamar Apartemen Merah

Sumber Foto: https://www.rumah.com/berita-properti/2016/11/141265/

Sudah 3 tahun dia terdampar di kota ini. Dan, sungguh ia tidak ingin berlama-lama disini kalau tidak karena bosnya yang menarik dia menjadi fotografer travel di majalah Travelone. Saat ini memang majalah Travelone adalah salah satu majalah paling di cari. Karena menyajikan tips-tips travel bagi para solo traveller yang menantang tapi aman. Namun kantor pusatnya sekarang bukan di Kota Emas lagi. Tapi di kota yang tidak pernah menjadi pilihan dalam listnya.

Setiap tahun, hmm... bukan, setiap bulan sepertinya dia meminta kepada bosnya untuk mentransfer dia kembali ke Kota Emas. Kantor perwakilan travalone. Cuma memang bosnya yang satu itu tidak pernah menggubris permintaannya. Katanya alasan tidak cukup kuat untuk mentransfer dia ke kantor perwakilan. Kecuali dia di skors karena melakukan kesalahan besar yang pastinya tidak mungkin. Dia jarang melakukan kesalahan ataupun pelanggaran dalam bekerja. Jadi, ini mustahil. Dia hampir frustrasi memikirkan alasan yang tepat untuk membuat bosnya itu berubah pikiran.

Kota Bunga

Sumber Foto: https://www.coindesk.com/chinese-bitcoin-startups-taking-ideas-worldwide/

"Kenapa sih kau mau pindah ke Kota Emas? Aku saja muak kerja di kota besar seperti itu. Disini kotanya masih nyaman" mengernyitkan dahi sambil menunggu alasan keluar dari mulut temannya yang sedang membaringkan diri di kasurnya.

"Tolong tanyakan lagi alasanku jika aku sudah kau terima bekerja disana" terkekeh sambil memainkan handphonenya.

Menggeleng heran " Apalagi kau sampai mau pindah dari tempat pekerjaanmu sekarang. Memangnya ada yang tidak kau sukai di tempat itu? Atau bosmu yang memang terlalu keras? Aku tidak yakin kau akan cocok jadi fotografer kuliner walaupun aku tau semua hasil fotomu tidak perlu dipertanyakan lagi kualitasnya" membuka-buka portfolio William dengan terkagum-kagum.

Disitu tampak beberapa foto yang diambil dari majalah-majalah travelone edisi-edisi sebelumnya. Hasil karya William. Foto tentang penduduk di pedalaman Desa Bolong pulau ujung selatan, foto alam pegunungan Desa Kayu di pulau ujung barat , foto bawah laut pulau ujung timur tepatnya di Laut Raja.

"Aku lapar. Jika kau mau menanyakan pengalaman dan jadwal interview aku bisa atur waktunya. Yang paling penting aku di terima atau tidak? Aku siap pindah kapan saja" sudah turun dari tempat tidur dan berdiri dekat pintu.

Kenangan Bersemu MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang